55
RUPS untuk menyetujui Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan, pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan
jangka waktu berdirinya, dan pembubaran Perseroan dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 34 tiga perempat bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 34 tiga perempat bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali
anggaran dasar
menentukan kuorum
kehadiran danatau
ketentuan tentang
persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa RUPS memutuskan hal-hal penting
mengenai kebijakan suatu perseroan yang tidak terbatas pada pengangkatan atau pemberhentian komisaris dan direksi saja. Wewenang RUPS tersebut terwujud dalam
bentuk jumlah suara yang dikeluarkan dalam setiap rapat. Hak suara dalam RUPS dapat digunakan untuk berbagai maksud dan tujuan seperti, rencana penjualan asset
dan pemberian jaminan utang,pengangkatan dan pemberhentian anggota direksi danataukomisaris, menyetujui laporan keuangan yang disampaikan oleh direksi,
pertanggungjawaban direksi, rencana penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan rencana pembubaran perseroan.
2. Direksi
Direksi adalah organ perseroan
yang bertanggung jawabpenuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan1perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
Universitas Sumatera Utara
56
dasar. Direksi kedudukannya sebagai eksekutif dalam perseroan, tindakannya dibatasi oleh anggaran dasar perseroan.
72
PT sebagai badan hukum dalam melakukan perbuatan hokum melalui pengurusnya yaitu Direksi. Tanpa adanya pengurus, badan hukum itu tidak akan
dapat berfungsi. Ketergantungan antara badan hukum dan pengurus menjadi sebab mengapa antara badan hukum dan Direksi lahir hubungan fidusia fiduciary duties
di mana
pengurus selalu
pihak yang
dipercaya bertindak
dan menggunakanwewenangnya hanya untuk kepentingan perseroan semata.
73
Dalam kedudukannya sebagai pengurus perseroan. Direksi mempunyai tugas untuk mewakili
perseroan. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 92 ayat 1 Undang-undang PerseroanTerbatas yaitu :
a. Mengatur dan menjalankan kegiatan-kegiatan usaha perseroan; b. Mengelola kekayaan perseroan; dan
c. Mewakili perseroan di dalam dan di luar pengadilan. Pengaturan pengurusan dan sampai dimana tugas-tugas dari pengurusan,
biasanya harus dilihat dari anggaran dasarakta pendirian tiap-tiap perseroan.
74
Selanjutnya sesuai aturan Pasal 98 ayat 2 Undang-undang Perseroan Terbatas, jika Direksi terdiri lebih dari satu orang, maka yang berwenang mewakili perseroan
adalah setiap anggota Direksi.
72
Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas Yang Baru, Djambatan, Jakarta 1996, hal. 4
73
Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, Good Corporate Governance, Yogyakarta : Kreasi Total Media, Tahun 2007, halaman.36
74
Sri Redjeki Hartono, op .cit, halaman.59
Universitas Sumatera Utara
57
Walaupun demikian apabila dalam anggaran dasar telah ditentukan Direktur Utama saja yang berhak mewakili perseroan, maka anggota Direksi lainnya tidak
dapat mewakili kecuali jika Direktur Utama memberi kuasa kepadanya. Direksi dalam menjalankan tugasnya mengurus perseroan diwajibkan dengan itikad baik.
Kewajiban tersebut ditegaskan dalam Pasal 97 ayat 2 Undang-undang Perseroan Terbatas, bahwa setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Ini berarti setiap anggota Direksi agar dapat menghindari perbuatan yang menguntungkan kepentingan
pribadi dengan merugikan kepentingan perseroan. Sehubungan dengan hal ini pasal 104 ayat 4 Undang-undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa anggotaDireksi
tidak dapat
dipertanggungjawabkan atas
kerugian perseroan
apabila dapat
membuktikan : a.
Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b.
Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatiandan penuh tanggungjawab untuk kepentingan perseroan dansesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan; c.
Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupuntidak langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan
d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan. Sejalan dengan
prinsip siapa
yang berwenang
mengangkat,dialah yang
berwenang memberhentikannya. Karena anggotaDireksi diangkat oleh RUPS, maka yang
berwenang memberhentikannya adalah RUPS pula. Dalam Undang-undang
Universitas Sumatera Utara
58
Perseroan Terbatas pemberhentian anggota Direksi diatur dalam Pasal 105 dan Pasal 106 Undang-undang Perseroan Terbatas.
Oleh karena tindakan pengurusan meliputi ruang lingkup yang sangat luas, maka Pasal 97 ayat 2 UUPT membebankan kewajiban bagi direksi untuk
melakukan tindakan
pengurusan tersebut
dengan itikad
baik dan
penuh tanggungjawab. Itikad baik dalam hal ini memiliki makna secara objektif yang berarti
bahwa prestasi yang dilakukan direksi dan cara direksi melaksanakan tugas dan kewenangannya mengurus perseroan harus senantiasa mengindahkan norma-norma
hukum, kepatutan dan kesusilaan. Dengan demikian itikad baik pada direksi mengandung suatu kewajiban bagi direksi untuk senantiasa mengutamakan
kepentingan perseroan semata-mata, serta tidak memanfaatkan kedudukannya yang strategis tersebut untuk memperoleh manfaat, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dari perseroan secara tidak adil, serta menghindari benturan kepentingan antara kepentingan pribadi direksi dengan kepentingan perseroan.
75
Direksi dengan demikian mengembang kewajiban fiduciary fiduciary duty dalam menjalankan wewenangnya yang sangat luas dan mandiri tersebut. Prinsip
fiduciary duty merupakan prinsip tanggungjaab direksi yang meletakkan direksi sebagai trustee atau pemegang amanah, sehingga seorang direktur haruslah
mempunyai kepedulian dan kemampuan duty of care dan duty of loyality, beritikad baik, memiliki loyalitas yang tinggi terhadap perseroan dan kejujuran terhadap
75
Gunawan Widjaya, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan Pemilik PT, Jakarta : Forum Sahabat, 2008, halaman. 74.
Universitas Sumatera Utara
59
perseroan yang dipimpinnya dengan derajat yang tinggi.
76
Sedikit saja direksi menyimpang dari kewajiban fiduciarinya maka kepada direksi dapat dimintakan
pertanggungjawaban secara pribadi. Pasal 97 ayat 3 menyatakan bahwa setiap anggota Direksi bertanggung
jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan kewajiban fiduciarinya.
Dengan demikian sedikit saja direksi menyimpang dari kewajiban fiduciarinya dan hal tersebut mengakibatkan kerugian bagi perseroan atau pihak lain, maka kepada
direksi dapat dimintakan pertanggungjawaban secara pribadi atas tindakannya tersebut. Dalam hal Direksi terdiri atas 2 dua anggota Direksi atau lebih, tanggung
jawab sebagaimana dimaksud diatas berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi sesuai ketentuan ayat 4 Pasal 97 dari UUPT.
UUPT terkait dengan tanggungjawab Direksi, menganut prinsip presumsi bersalah presumption of guilt bagi semua anggota direksi.
77
Hal ini berarti bahwa apabila terjadi kerugian terhadap perseroan yang lahir dari tindakan pengurusan oleh
direksi, maka diasumsikan bahwa seluruh anggota direksi bersalah dan secara tanggung renteng bertanggungjawab penuh terhadap kerugian perseroan tersebut.
Namun meskipun demikian, patut diketahui bahwa tidak seluruhnya kerugian perseroan dapat dimintakan pertanggungjawabannya kepada direksi, terlebih lagi
76
Bismar Nasution, “UU No. 40 Tahun 2007 Dalam Perspektif Hukum Bisnis ; Pembelaan Direksi Melalui Prinsip Business Judgment Rule, disampaikan pada Seminar Bisnis 46 Tahun FE
USU, Medan: Sumatera Utara, 2007, halaman 6
77
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru,Bandung : PTCitra Aditya Bakti, 2003halaman. 79.
Universitas Sumatera Utara
60
mengingat kerugian merupakan risiko melekat inherent risk dari suatu keputusan bisnis. Oleh karena itu, dalam hukum perseroan dikenal doktrin business judgment
rule. Doktrin bussiness judgment rule adalah suatu pembelaan kepada direksi untuk
melepaskan diri dari tanggungjawab pribadi atas kerugian perseroan, apabila anggota direksi yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa tindakan pengurusan yang
dilakukannya diyakini
sebagai tindakan
yang terbaik
bagi perseroan
dan dilakukannya secara jujur, beritikad baik dan tindakan tersebut tidak bertentangan
dengan hukum dan anggaran dasar perseroan. Sungguhpun kemudian ternyata tindakan tersebut keliru dan tidak menguntungkan atau bahkan merugikan Perseroan,
maka RUPS dan bahkan pengadilan pun tidak dapat melakukan second guess terhadap keputusan bisnis direksi tersebut.
78
Doktrin ini sejalan dengan ketentuan Pasal 97 ayat 5 UUPT yang berbunyi sebagai berikut :
Anggota Direksi
tidak dapat
dipertanggungjawabkan atas
kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan:
a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung
atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian
tersebut.
78
Bismar Nasution, “ Pertanggungjawaban Direksi dalam Pengelolaan Perusahaan” makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sehari dalam Rangka Menciptakan Good Corporate Governance
pada Sistem Pengelolaan dan Pembinaan BUMN Persero, di selenggarakan oleh Inti Sarana Informatika, Yakarta, Hotel Borobudur , 8 Maret 2007, halaman. 4.
Universitas Sumatera Utara
61
Sebagai perbandingan beberapa pengadilan di Amerika Serikat berpendapat bahwa pertimbangan judgment Direksi tidak dapat dilindungi oleh doktrin business
judgment rule apabila pertimbangan direksi tersebut didasarkan pada suatu kecurangan fraud, mengandung benturan kepentingan conflict of interest,
perbuatan yang melanggar hukum illegality dan menimbulkan kerugian bagi perseroan sebagai akibat kelalaian berat gross negligency dari Direksi.
79
Setidaknya terdapat tiga ukuran untuk memutuskan apakah suatu kerugian disebabkan oleh
keputusan bisnis yang tepat, sehingga dapat terhindar dari pelanggaran duty of care direksi, yaitu :
a. Direksi memiliki informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya bahwa informasi tersebut benar.
b. Tidak memiliki kepentingan dengan keputusan dan memutuskannya dengan itikad baik
c. Memiliki dasar yang rasional untuk mempercayai bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi perusahaan.
80
Oleh karena itu sangat penting bagi Direksi untuk memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan tugas dan wewenangnya mengurus kepentingan
perseroan. Sebagai contoh dari standar “kehati-hatian” itu, antara lain, misalnya : 1 Anggota Direksi tidak boleh melakukan kegiatan-kegiatan atas beban biaya
perseroan, apabila tidak memberikan sama sekali atau memberikan sangat kecil manfaat pribadi yang diperoleh oleh anggota direksi yang bersangkutan.
Meskipun demikian, hal itu dapat dikecualikan apabila dilakukan atas beban biaya representasi jabatan dari anggota direksi yang bersangkutan berdasarkan
keputusan RUPS.
79
Ibid., halaman. 5
80
Ibid., halaman. 5
Universitas Sumatera Utara
62
2 Anggota Direksi tidak boleh menjadi pesaing bagi perseroan yang dipimpinnya, misalnya dengan mengambil sendiri kesempatan bisnis yang seyogianya
disalurkan kepada perseroan. 3 anggota direksi harus menolak untuk mengambil keputusan mengenai sesuatu hal
yang diketahuinya atau sepatutunya diketahui akan dapat mengakibatkan perseroan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sehingga
perseroan terancan dikenai sanksi oleh otoritas yang berwenang, misalnya izin usahanya dicabut atau dibekukan kegiatan usahanya, atau digugat oleh pihak
lain.
4 anggota direksi dengan sengaja atau karena kelalaiannya telah tidak melakukan atau telah tidak cukup melakukan upaya atau tindakan yang perlu diambil untuk
mencegah timbulnya kerugian bagi perseroan. 5 anggota direksi dengan sengaja atau karena kelalaiannya telah tidak melakukan
atau telah tidak cukup melakukan daya atau tindakan yang perlu diambil untuk meningkatkan keuntungan perseroan.
81
3. Dewan Komisaris