Kesimpulan Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor Potensial di Kabupaten Semarang” (Pendekatan Model Basis Ekonomi dan SWOT)

96

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sektor ekonomi yang paling potensial dan strategis untuk dikembangkan guna memacu dan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang ada yaitu sektor industri pengolahan kemudian sektor jasa-jasa. 2. Keterkaitan Kabupaten Semarang dengan daerah lain di sekitarnya paling kuat adalah dengan Kota Semarang, Kedua dengan Kabupaten Demak, ketiga dengan Kota Salatiga, keempat dengan Kabupaten Kendal dan kelima interaksi dengan Kabupaten Grobogan. Keterkaitan dengan kota Semarang ini paling besar karena kedua daerah tersebut mempunyai jarak yang cukup dekat sehingga interaksi keduanya paling kuat. Interaksi dengan daerah ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan jarak antara kedua daerah. 3. Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada di lapangan, beberapa strategi yang dapat diterapkan berhubungan dengan pengembangan industri pengolahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 96 97 a. Untuk Industri Tekstil dan Garmen Industri Makro 1. Meningktakan produktivitas komoditas industri, untuk terus memanfaatkan pasar internasional dengan tetap mempertahankan kualitas. 2. Dengan orientasi pasar internasional, maka sudah seharusnya dilakukan peningkatan kualitas terhadap produk komoditi industri itu sehingga dapat bersaing di pasar luar daerah maupun pasar internasional. 3. Usaha ini harus disiplin terhadap order. 4. Manajemen kehatihatian, mengingat usaha besar resiko juga besar 5. Peningkatan kualitas SDM agar menguasai teknologi dan didukung dengan melimpahnya Sumber Daya Alam akan mendorong pengelolaan industri tersebut secara mandiri 6. Menghadapi persaingan di pasar internasional yang ketat, dengan kualitas komoditi industri bermutu rendah, komoditi industri kita masih bisa bersaing dengan memanfaatkan rendahnya upah tenaga kerja sehingga biaya produksipun dapat ditekan yang pada akhirnya harga komoditi industri kita lebih dibanding produk dari luar daerah ataupun negaradaerah lain dengan kualitas yang sama 7. Komoditi industri di Kabupaten Semarang tidak terlepas dengan sub sektor lainnya sehingga perlu membangun keterkaitan industri dengan sub sektor lainnya misalnya dengan sektor pengangkutan dan pertanian terutama untuk pengrajin enceng gondok. 98 8. Pengembangan garmen dengan memasyarakatkan atau menggunakan merek dagang sendiri lokal karena selama ini masih mendompleng merek dagang dari luar. 9. Rumitnya jalur birokasi yang harus ditepuh oleh para eksportir akan melemahkan semangat para pengusaha industri kerajinan untuk mengekspor hasil usahanya. Oleh karena itu jalur birokasi perlu diperbaiki, sehingga mempermudah pemberian lisensi bagi para eksportir. 10. Terbatasnya SDA yang ada untuk mencukupi pasar, dapat dikurangi dengan pengembangan teknologi guna menemukan bahan baku pengganti. b. Untuk Industri Enceng Gondok Industri Mikro 1. Pengoptimalan pengelolaan enceng gondok melalui proses kreatif, inovatif dan tetap menjaga kualitas 2. Memperluas jangkauan pasar dengan memanfaatkan jalan Joglosemar 3. Mempertahankan kecirikhasan dari produk ini dalam bersaing dengan produk dari daerah lain dengan tetap memanfaatkan kandungan lokal. 4. Memprioritaskan bahan baku untuk produksi di Kabupaten Semarang terlebih dahulu, kemudian baru luar daerah seperti Yogyakarta. 5. Membangun kemitraan dengan pengumpul enceng gondok juga perguruan tinggi dalam mendesain produk mereka. 99 6. Perlunya peningkatan dukungan dan pembinaan kewirausahawan bagi para pengusaha di sektor industri kecil karena rata-rata mereka mempunyai keterbatasan dalam manajemen. 7. Meningkatkan kegiatan promosi produk yang dihasilkan akan mendorong semangat para pengusaha industri untuk mengekspor hasil komoditinya. 8. Pemanfaatan teknologi baru misalnya teknologi mesin penganyaman dan komputerisasi bila perlu.

B. Saran 1. Bagi Kabupaten Semarang