1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi nasional sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan salah
satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang tersurat pada alenia IV Pembukaan UUD 1945, Pembangunan sebagai salah
satu cermin pengamalan Pancasila terutama dijiwai sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat
Indonesia. Dalam GBHN 1998 Poin F : Penjelasan ke-10 disebutkan bahwa
arah dan kebijakan pembangunan daerah adalah untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat, menggalakkan prakarsa dan peranserta aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu
dalam mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Karena itu penting
dan sangat krusial untuk mewujudkan tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah sehingga
keadilan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan merata di seluruh tanah air. Hal tersebut tidak mungkin tercapai dalam waktu singkat tetapi memerlukan
waktu, karena itu yang paling penting adalah semua upaya harus diarahkan
1
2
sedemikian rupa sehingga proses-proses dan pelaksanaan pembangunan setiap tahun makin mendekatkan pada tujuan nasional.
Berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah
mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan penyelenggaran pemerintah bagi kepentingan dan
kesejahteraan masyarakat daerah yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan daerah diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 1999
yang kemudian diganti dengan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah
tidak hanya kesiapan aparat pemerintah saja, tetapi juga masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah
dengan pemanfaatan sumber-sumber daya secara optimal. Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta
aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki
oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya
proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai
untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat
perubahan ekonomi. Menurut Sukirno 1994:10, pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksikan bertambah dan kemakmuran masyarakat
3
meningkat. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih
kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk dan apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur ekonomi.
Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah adalah data mengenai Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas
dasar harga yang berlaku ataupun atas dasar harga konstan. Suatu masyarakat dipandang mengalami suatu pertumbuhan dalam kemakmuran masyarakat
apabila pendapatan perkapita menurut harga atau pendapatan terus menerus bertambah.
Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Kabupaten Semarang Tahun 1993-2003
Atas Dasar Harga Konstan 1993 Juta Rp
Tahun PDRB
Laju Pertumbuhan Persen
1993 738436,14 -
1994 787528,95 6,65 1995 856922,51 8,81
1996 1154995,76 34,78 1997 1198451,05 3,76
1998 985228,37 -17,79 1999 999629,79 1,46
2000 1047365,80 4,78 2001 1082378,77 3,34
2002 1124598,05 3,90 2003 1167267,05 3.79
Sumber BPS, Pendapatan Regional Kabupaten Semarang
4
Laju pertumbuhan PDRB kabupaten Semarang disumbang oleh 9 sembilan sektor yaitu : pertanian; pertambangan dan penggalian; industri
pengolahan; listrik, gas dan air bersih; konstruksi; perdagangan rumah makan dan jasa akomodasi; angkutan, pergudangan dan komunikasi;
lembaga keuangan, real estate, persewaan dan jasa perusahaan; jasa-jasa BPS 2000:2.
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi kabupaten Semarang pada tahun 2003 tercatat 3,79 persen menurut harga
konstan. Secara riil pertumbuhan tahun 2003 ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana tahun 2002 tumbuh 3,90
persen. Apabila kita bandingkan dengan keadaan ekonomi sebelum krisis, menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi paska krisis masih di
bawah laju pertumbuhan sebelum masa krisis tahun 1997. Rata-rata pertumbuhan tahun 1993-1996 sebesar 16,74 persen sedangkan tahun 1997-
2003 sebesar 0,47 persen. Ini menunjukkan bahwa secara umum keadaan perekonomian sebelum krisis ekonomi lebih baik dibandingkan saat sekarang.
Dalam rangka pengembangan kawasan strategis dan kawasan prioritas kabupaten atau kota di propinsi Jawa Tengah dikelompokkan menjadi 8
delapan Kawasan Kerjasama antar-daerah KabupatenKota yaitu Perda RTRWP 2003-2018:
1. Kawasan Barlingmascakep Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen;
2. Kawasan Purwomanggung Purworejo, Wonosobo, Magelang dan Temanggung;
5
3. Kawasan Subosukowonosraten Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten;
4. Kawasan Banglor Rembang dan Blora; 5. Kawasan Wanarakuti Juwana, Jepara, Kudus dan Pati;
6. Kawasan Kedungsepur Kendal, Demak, Ungaran Baca Kabupaten Semarang, Salatiga, Semarang dan Purwadadi;
7. Kawasan Tangkallangka Batang, Pekalongan, Pemalang dan Kajen; 8. Kawasan Bregas Brebes, Tegal dan Slawi.
Adapun pertumbuhan ekonomi untuk daerah-daerah yang satu kawasan dengan Kabupaten Semarang dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Semarang Kawasan Kedungsepur
KabupatenKota 1999 2000
2001 2002 2003
Rata-rata
Kendal 1.97 2.21
2.71 2.33
2.15 2.27
Demak 2.33 2.89
3.32 2.66
2.87 2.81
Ungaran Kab. Semarang
1.46 4.47
3.34 3.90
3.79 3.39
Salatiga 1.79 3.57
3.65 3.81
3.94 3.35
Kota Semarang 3.40
4.97 5.11
4.10 4.63
4.44 Purwadadi
Grobogan -3.28
5.55 4.22
3.19 4.27
2.79 Sumber BPS, PDRB Jawa Tengah Tahun 2003 diolah
B. Penegasan Istilah