Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris pada Mahasiswi Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Sumatera Utara

(1)

KUALITAS HIDUP PASIEN AKNE VULGARIS

PADA MAHASISWI ANGKATAN 2011 FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

OLEH:

M. NEVINO FACHRY 110100317

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KUALITAS HIDUP PASIEN AKNE VULGARIS PADA

MAHASISWI ANGKATAN 2011 FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH:

M. NEVINO FACHRY 110100317

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

ABSTRAK

Akne vulgaris (AV) adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea. Penyebab akne vulgaris yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh seperti sebum, bakteria, faktor genetik, hormon, diet, iklim, psikis, kosmetika, bahan-bahan kimia, reaktivitas. Selain menimbulkan gejala fisik, AV juga dapat berdampak pada psikologis, gangguan sosial dan emosi yang akan mempengaruhi kualitas hidupnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup pasien AV pada mahasiswi angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Sumatra Utara.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode “cross sectional study”dengan jumlah sampel 80 orang, tingkat kepercayaan (d) sebesar 0,1. Sampel diambil dengan teknik accidental sampling.

Hasil penelitian ini didapatkan mayoritas pasien AV berusia 21 tahun (53.8%), menderita akne vulgaris lebih dari 1 tahun (53.8%), lokasi lesi berada di muka (93.8%), mempunyai abang/kakak/adik yang juga menderita akne vulgaris (48.8%), berpendapat bahwa jenis makanan yang dapat mempengaruhi akne vulgaris adalah gorengan (35%), kosmetik yang dapat memicu akne vulgaris adalah alas bedak (foundation) (47.5%), akne vulgaris timbul sebelum menstruasi (52.5%), memiliki IPK 2.51-3.00 (41.3%), dan kualitas hidup sangat baik (70%).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup pasien akne vulgaris pada mahasiswi angkatan 2011 sangat baik.


(5)

ABSTRACT

Acne vulgaris (AV) is obstructive skin disease and chronic inflammation on Pilosebasea unit. The cause of AV is still unknown, but there are several factors that could affect the occurrence of AV such as sebum, bacteria, genetic issue, hormones, diet, climate, psychosocial, cosmetics, chemical liquids, and reactivity affected. Besides effecting physical symptom, AV has also impacted mental, social disturbance and emotion which influence the quality of life.

The study is to determine the quality of life on acne vulgaris patient among the students of Medical Faculty of the North Sumatera University class of 2011.

The study shows that the majority AV patients aged 21 years old (53.8%), suffer AV more than 1 year (53.8%), lesions located on face (93.8%), have siblings with AV issue (48.8%), contend that oily food affects AV (35%), foundation as cosmetic that triggers AV (47.5%), AV develops before menstruation (52.5%), have IPK 2.51-3.00 (41.3%) quality of life is very good (70%).

From the results of the study concluded that the quality of life on acne vulgaris patients among the students class of 2011 is very good


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan kemudahan dan kelancaran serta salawat beriring salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris pada Mahasiswi Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Sumatera Utara”

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK selaku dosen pembimbing KTI penulis yang telah banyak memberi arahan dan masukan, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. dr. T. Helvi Mardiana, M.kes dan dr. Dwi Rita Anggraini,M.Kes, Sp.PA selaku dosen penguji yang selalu memberi saran, kritik, dan masukan yang baik guna menyempurnakan penelitian ini.

4. Keluarga tercinta, Ayahanda Ir. Fachry Hasballah, M.sc Ibunda Dr. dr. Nelva Karmila Jusuf, Sp.KK(K), NekPapa Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah, Sp.OG(K), NekMama Hj. Nurleily Djoeneid Jusuf dan adik Fara Shamara yang selalu memberikan dukungan serta doa hingga peneliti tetap bersemangat dan pantang menyerah dalam pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ini.

5. Kepada Syarifah Khalidazia Almahdaly yang senantiasa memberi dukungan semangat, tenaga, dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.


(7)

6. Teman satu kelompok KTI Devina Monica dan Vivek yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis dalam menyempurnakan karya tulis ini.

7. Teman-teman penulis khususnya Feisal Jabbar, Fawzan Mohammad, Nadyatario Karier, Ahmad Syahril Anwar, Aulia Barizon, Archie Amanta, Nadhira Lesarina, Ressa Hana, Aisha Citra, M. Riza Andhika, Muhammad Iqbal, dr. Wahyu Medsa, dr. Riko Radityatama, dr. Adrian Gustaviano Picauly, Aulia Ananda, Zikri Asmara, Ibnu Balian, Fauzan Aldy, Harry Wisuardhy, Ivanny Adnani, Ibnu Abbas, Adli Auzan, Areizy Mohammad, Alda Fachrian, Rizky Fazar Ananda, Adri Lubis, Louis Siagian, Gita Annisa Raditra, Audi Rosera yang telah membantu dan memberi dukungan.

8. Seluruh Dosen Fakultas Kedokteran USU yang telah membagikan ilmunya kepada penulis. 


9. Seluruh teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2011 dan kelompok praktikum A3 yang bersama-sama berjuang selama perkuliahan. 


10.Terimakasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. 


Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penelitian ini. Penulis berharap hasil penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu Kedokteran.

Medan, Desember 2014


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Akne Vulgaris ... 5

2.1.1 Definisi ... 5

2.1.2 Epidemiologi ... 5

2.1.3 Etiopatogenesis ... 6

2.1.4 Gejala Klinis ... 7

2.1.5 Gradasi ... 8

2.1.6 Diagnosis ... 9

2.1.7 Diagnosis Banding ... 10

2.1.8 Penatalaksanaan ... 10

2.2 Kualitas Hidup ... 12

2.2.1 Definisi ... 12

2.2.2 Efek Akne Vulgaris terhadap Kualitas Hidup ... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 14

3.1 Kerangka Konsep ... 14


(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 16

4.1 Jenis Penelitian ... 16

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 16

4.3.1 Populasi Penelitian ... 16

4.3.2 Sampel Penelitian ... 16

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 17

4.4.1 Data Primer ... 17

4.4.2 Data Sekunder ... 17

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 17

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

5.1 Hasil Penelitian ... 18

5.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian ... 18

5.1.2 Kualitas Hidup Subyek Penelitian ... 23

5.2 Pembahasan ... 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

6.1 Kesimpulan ... 27

6.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Umur... 18 Tabel 5.2 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Lama

Menderita... 19 Tabel 5.3 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Lokasi Lesi... 19 Tabel 5.4 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Riwayat

Keluarga... 20 Tabel 5.5 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis

Makanan... 21 Tabel 5.6 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Pemakaian

Kosmetik... 22 Tabel 5.7 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Siklus

Menstruasi... 22 Tabel 5.8 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan IPK... 23 Tabel 5.9 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Kualitas Hidup... 23


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Nama Gambar Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Lampiran 3 Lembar Persetujuan Lampiran 4 Data Karakteristik Lampiran 5 Kuesioner Skindex-29

Lampiran 6 Ethical Clearance

Lampiran 7 Data Induk

Lampiran 8 Output Data dan Hasil Penelitian Lampiran 9 Validitas dan Reabilitas


(13)

ABSTRAK

Akne vulgaris (AV) adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea. Penyebab akne vulgaris yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh seperti sebum, bakteria, faktor genetik, hormon, diet, iklim, psikis, kosmetika, bahan-bahan kimia, reaktivitas. Selain menimbulkan gejala fisik, AV juga dapat berdampak pada psikologis, gangguan sosial dan emosi yang akan mempengaruhi kualitas hidupnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup pasien AV pada mahasiswi angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Sumatra Utara.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode “cross sectional study”dengan jumlah sampel 80 orang, tingkat kepercayaan (d) sebesar 0,1. Sampel diambil dengan teknik accidental sampling.

Hasil penelitian ini didapatkan mayoritas pasien AV berusia 21 tahun (53.8%), menderita akne vulgaris lebih dari 1 tahun (53.8%), lokasi lesi berada di muka (93.8%), mempunyai abang/kakak/adik yang juga menderita akne vulgaris (48.8%), berpendapat bahwa jenis makanan yang dapat mempengaruhi akne vulgaris adalah gorengan (35%), kosmetik yang dapat memicu akne vulgaris adalah alas bedak (foundation) (47.5%), akne vulgaris timbul sebelum menstruasi (52.5%), memiliki IPK 2.51-3.00 (41.3%), dan kualitas hidup sangat baik (70%).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup pasien akne vulgaris pada mahasiswi angkatan 2011 sangat baik.


(14)

ABSTRACT

Acne vulgaris (AV) is obstructive skin disease and chronic inflammation on Pilosebasea unit. The cause of AV is still unknown, but there are several factors that could affect the occurrence of AV such as sebum, bacteria, genetic issue, hormones, diet, climate, psychosocial, cosmetics, chemical liquids, and reactivity affected. Besides effecting physical symptom, AV has also impacted mental, social disturbance and emotion which influence the quality of life.

The study is to determine the quality of life on acne vulgaris patient among the students of Medical Faculty of the North Sumatera University class of 2011.

The study shows that the majority AV patients aged 21 years old (53.8%), suffer AV more than 1 year (53.8%), lesions located on face (93.8%), have siblings with AV issue (48.8%), contend that oily food affects AV (35%), foundation as cosmetic that triggers AV (47.5%), AV develops before menstruation (52.5%), have IPK 2.51-3.00 (41.3%) quality of life is very good (70%).

From the results of the study concluded that the quality of life on acne vulgaris patients among the students class of 2011 is very good


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akne vulgaris atau lebih sering disebut jerawat, merupakan penyakit kulit yang banyak sekali dijumpai terutama di masyarakat Indonesia (Efendi, 2003)

Akne vulgaris adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja (Zanglein et al, 2008). Ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada tempat predileksi: muka, leher, lengan atas, dada dan punggung (Wasitaatmadja, 2011).

Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling umum diderita oleh masyarakat. Di Amerika Serikat, 85% dari penduduk usia 12-24 tahun menderita akne vulgaris dan data yang hampir serupa didatati pada sebagian besar dunia barat. Di Afrika sendiri, melalui sebuah studi cross sectional, didapati prevalensi akne vulgaris pada remaja sebesar 90,7% (Husein, 2009). Untuk Asia, beberapa data yang bisa diperoleh menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi juga. Di Cina, tepatnya distrik Zhou Hai provinsi Guangdong, prevalensi penderita jerawat sebesar 53,5% remaja ( Wu et al, 2007). Dari survei di Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus jerawat. Sedangkan di Indonesia, catatan kelompok studi dermatologi kosmetika Indonesia, menunjukkan terdapat 60% pasien jerawat pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007. Penelitian yang dilakukan oleh Anggrenni (2014) didapatkan hasil, jumlah pasien akne vulgaris yang berkunjung di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012 berjumlah 182 orang dengan proporsi kejadian sebesar 1,10%. Karakteristik pasien umumnya berjenis kelamin perempuan, terbanyak berusia 16-20 tahun, pekerjaan terbanyak pelajar/mahasiswa, tingkat keparahan terbanyak derajat II, lokasi terbanyak pada wajah, durasi penyakit terbanyak 1 – 52 minggu.


(16)

Penyebab akne vulgaris yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh seperti sebum, bakteria, faktor genetik, hormon, diet, iklim, psikis, kosmetika, bahan-bahan kimia, reaktivitas(Widjadja, 2000).

Keluhan pasien akne vulgaris yang dilaporkan terkait keluhan efek fungsional, sosial, psikologikal, dan emosional mereka sebanding dengan yang dilaporkan oleh pasien dengan penyakit lain (chronic disabling asthma, epilepsi, diabetes, nyeri punggung atau artritis), sehingga akne vulgaris bukanlah penyakit yang bisa diacuhkan dibandingkan dengan kondisi penyakit kronis lain (Jones- Caballero et al.,2007).

Noorbala et al. tahun 2013 menyatakan akne vulgaris adalah kelainan kulit umum dan memberi dampak besar pada kualitas hidup di kalangan remaja (Noorbala et al, 2013).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kualitas hidup (quality of life) sebagai persepsi individual dari keberadaannya dalam hidup, dalam kontekskultural dan sistem nilai dimana dia hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standard dan perhatiannya. (Both et al, 2007).WHO memerintahkan agar pengukuran kesehatan dan efek perawatan kesehatan harus mencakup tidak hanya indikasi perubahan frekuensi dan tingkat keparahan penyakit, tetapi juga perkiraan kualitas hidup (WHOQOL, 1997; Doward, 1998).

Samanthula et al. tahun 2013 melaporkan pasien wanita dengan akne vulgaris memiliki kualitas hidup lebih rendah dibandingkan laki-laki dan tingkat keparahan AV memiliki dampak signifikan terhadap kualitas hidup. Penelitian Kokandi tahun 2010 melaporkan tingkat keparahan akne vulgaris tidak berefek pada perubahan kualitas hidup (Samanthula et al, 2013).

Peneliti berminat mengetahui dan menilai kualitas hidup akne vulgaris pada mahasiswi angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) karena sejauh ini penelitian mengenai hal tersebut belum pernah dilakukan.


(17)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana kualitas hidup pasien akne vulgaris pada mahasiswi angkatan 2011 FK USU?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kualitas hidup akne vulgaris pada mahasiswi angkatan 2011 FK USU

1.3.2. Tujuan Khusus

1.Mengetahui karakteristik pasien akne vulgaris berdasarkan umur

2.Mengetahui karakteristik pasien akne vulgaris berdasarkan lama menderita penyakit

3.Mengetahui karakteristik pasien akne vulgaris berdasarkan lokasi timbulnya akne vulgaris

4.Mengetahui karakteristik pasien akne vulgaris berdasarkan riwayat keluarga 5.Mengetahui karakteristik pasien akne vulgaris berdasarkan diet (jenis

makanan)

6.Mengetahui karakteristik pasien akne vulgaris berdasarkan pemakaaian kosmetik

7.Mengetahui karakteristik pasien akne vulgaris berdasarkan siklus menstruasi 8.Mengetahui karakteristik pasien akne vulgaris berdasarkan Indeks Prestasi

Kumulatif (IPK) 1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1.4.1. Bidang Akademik atau Ilmiah


(18)

Memberikan informasi kepada institusi pendidikan, institusi kesehatan dan pihak-pihak yang terkait lainnya mengenai kualitas hidup akne vulgaris pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011. 1.4.2. Bidang Pelayanan Masyarakat

Membantu memberi informasi tambahan mengenai pencegahan dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya akne vulgaris pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011.

1.4.3. Bidang Pengembangan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar ataupun data pendukung untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai kualitas hidup pada pasien akne vulgaris


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akne Vulgaris 2.1.1 Definisi

Akne Vulgaris adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja (Zanglein et al, 2008). Ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada tempat predileksi: muka, leher, lengan atas, dada dan punggung (Wasitaatmadja, 2011). 2.1.2 Epidemiologi

Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling umum diderita oleh masyarakat. Di Amerika Serikat, 85% dari penduduk usia 12-24 tahun menderita akne vulgaris. Dan data yang hampir serupa didatati pada sebagian besar dunia barat. Di Afrika sendiri, melalui sebuah studi cross sectional, didapati prevalensi akne vulgaris pada remaja sebesar 90,7% (Husein, 2009). Untuk Asia, beberapa data yang bisa diperoleh menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi juga. Di Cina, tepatnya distrik Zhou Hai provinsi Guangdong, prevalensi penderita jerawat sebesar 53,5% remaja ( Wu et al, 2007). Dari survei di Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus jerawat. Sedangkan di Indonesia, catatan kelompok studi dermatologi kosmetika Indonesia, menunjukkan terdapat 60% pasien jerawat pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007. Penelitian yang dilakukan oleh Anggrenni (2014) didapatkan hasil, jumlah pasien akne vulgaris yang berkunjung di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012 berjumlah 182 orang dengan proporsi kejadian sebesar 1,10%. Karakteristik pasien umumnya berjenis kelamin perempuan, terbanyak berusia 16-20 tahun, pekerjaan terbanyak pelajar/mahasiswa, tingkat keparahan terbanyak derajat II, lokasi terbanyak pada wajah, durasi penyakit terbanyak 1 – 52 minggu.


(20)

2.1.3 Etiopatogenesis

Etiologi penyakit ini diduga multifaktorial dan kadang-kadang kontroversial. (Wasitaatmadja, 2011).

Etiologi akne vulgaris belum jelas sepenuhnya. Patogenesis akne adalah multifaktorial, namun telah diidentifikasi empat teori sebagai etiopatogenesis akne. Keempat patogenesis tersebut adalah hiperproliferasi epidermis folikuler, produksi sebum yang berlebih, bakteri Propionibacterium acnes(P. acnes), dan inflamasi (Zaenglein et al, 2008).

2.1.3.1Hiperproliferasi epidermis folikuler

Kulit penderita akne menunjukkan peningkatan densitas reseptor androgen dan aktivitas 5α reduktase yang lebih tinggi. Dihydrotestosterone (DHT) adalah androgen poten yang berperan pada akne. Androgen menyebabkan peningkatan ukuran kelenjar sebasea, menstimulasi produksi sebum, serta menstimulasi proliferasi keratinosit pada duktus kelenjar sebasea dan akroinfundibulum (Zouboulis et al, 2005).

Hiperproliferasi epidermal folikuler menyebabkan terbentuknya lesi primer akne, yaitu mikrokomedo. Epitel folikel rambut bagian atas, infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan disertai peningkatan kohesi keratinosit. Peningkatan sel dan kepekatannya menyebabkan sumbatan pada ostium folikuler. Sumbatan ini menyebabkan terjadinya akumulasi keratin, sebum dan bakteri pada folikel, yang kemudian menyebabkan dilatasi pada folikel rambut bagian atas, dan terjadi mikrokomedo (Zaenglein et al, 2008).

2.1.3.2 Produksi sebum berlebih

Penderita akne memproduksi sebum yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan yang tidak menderita akne. Salah satu komponen sebum yaitu trigliserida, berperan penting dalam patogenesis akne. Flora normal unit pilosebasea yaitu P. acnes akan memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas ini


(21)

akan menyebabkan terjadinya lebih banyak kolonisasi P. acnes, memicu inflamasi, dan selain itu juga bersifat komedogenik (Zaenglein et al, 2008).

2.1.3.3 Bakteri Propionibacterium acnes (P. acnes)

Patogenisitas Propionibacteria diduga disebabkan karena adanya dua hal, yaitu :

a. Produksi enzim eksoseluler dan produk ekstraseluler bioaktif lainnya, seperti protease, lipase, lecithinase, hyaluronat lipase, neuramidase, phospatase, phospolipase, proteinase, dan RNase.

b. Interaksi mikroorganisme dengan sistem imun manusia. 
Pada saat pubertas, jumlah P. acnes pada wajah dan pipi penderita acne meningkat drastis, dan saat dewasa akan menunjukkan jumlah yang konstan. Penelitian tentang DNA P.acnes yang dilakukan oleh Miura et al, menemukan bahwa pada penderita acne berusia 10-14 tahun didapatkan jumlah P.acnes di hidung dan dahi yang lebih tinggi secara signifikan daripada non akne. Namun pada pasien akne berusia lebih dari 15 tahun, tidak didapatkan perbedaan jumlah

P.acnes yang signifikan (Miura et al, 2010). 2.1.3.4 Inflamasi

Beberapa hipotesis menyatakan peran P.acnes dalam terbentuknya acne. Kerusakan jaringan kulit dapat merupakan akibat dari enzim bakteri yang memiliki sifat degradasi, dan mempengaruhi integritas sel epidermis kulit dan fungsi barier dinding folikuler folikel sebaseus. Hal ini menyebabkan pelepasan sitokin pro inflamasi dari keratinosit, yang akan berdifusi ke dermis dan memicu inflamasi (Bruggemann, 2005).

2.1.4 Gejala Klinis

Keluhan penderitaannya sering kali lebih mengarah ke segi estetis daripada fisik. Kadang-kadang saja akne menyebabkan rasa gatal yang mengganggu atau rasa


(22)

sakit kecuali bila telah terjadi pustul atau nodul yang besar. (Wasitaatmadja, 2011). Lesi utama acne adalah mikrokomedo yaitu pelebaran folikel rambut yang mengandung sebum dan

P. acnes. Sedangkan lesi akne lainnya dapat berupa papul, pustul, nodul, dan kista pada daerah predileksi akne yaitu pada wajah, bahu, dada, punggung, dan lengan atas. Komedo yang tetap berada di bawah permukaan kulit tampak sebagai white head, sedangkan komedo yang bagian ujungnya terbuka pada permukaan kulit disebut black head karena secara klinis tampak berwarna hitam pada epidermis (Baumann dan Keri, 2009).

2.1.5 Gradasi

Pada akne tak dikenal adanya stadium atau tahap perjalanan penyakit, yang ada adalah gradasi yaitu tingkat berat ringannya penyakit. Berbagai peneliti membuat gradasi penyakit yang berlainan satu dengan yang lain, misalnya:

A. Pillsbury (1963) membuat gradasi sebagai berikut: Derajat 1: komedo di muka

Derajat 2: komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka

Derajat 3: komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka, dada, punggung

Derajat 4: Akne konglobata. (Adatyan et al, 2009) B. Frank (1970) membuat gradasi sebagai berikut:

Derajat 1: akne komedonal non-inflamasi Derajat 2: akne komedonal inflamasi Derajat 3: akne papular

Derajat 4: akne papulo pustular Derajat 5: akne agak berat Derajat 6: akne berat


(23)

Derajat 7: akne nodulo kistik / konglobata (Adatyan et al, 2009)

C. Sjarif M. Wasitaatmadja (1982) Bagian Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo membuat gradasi sebagai berikut: 1. Ringan: beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi, sedikit lesi tak

beradang pada beberapa tempat predileksi, sedikit lesi beradang pada 1 predileksi.

2. Sedang: banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi, beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi, beberapa lesi beradang pada 1 predileksi, sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi.

3. Berat: banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi, banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi

Catatan: sedikit <5, beberapa 5-10, banyak >10 lesi.

Tak meradang: komedo, papul; meradang: pustul, nodus dan kista (Wasitaatmadja, 2011)

D. Lehman (2003) membuat gradasi sebagai berikut: Ringan : komedo <20, pustul <15, kista = 0, total <30

Sedang: komedo 20-100, pustul 15-20, kista <5, total 30-125

Berat: komedo >100, pustul >50, kista >5, total: >12 (Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia, 2012)

E. International consensus conference on acne classification system membuat gradasi sebagai berikut:

1. Ringan: terdapat sedikit komedo, papul dan pustul, tidak terdapat nodul 2. Sedang : terdapat beberapa komedo, papul dan pustul. Sedikit hingga

beberapa nodul

3. Berat: banyak komedo, papul pustul dan nodul


(24)

2.1.6 Diagnosis

Menurut Wasitaatmadja (2009), diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar: 1. Klinis dan pemeriksaan ekskohliasi sebum yaitu pengeluaran sebum dengan

komedo ekstraktor (sendok unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.

2. Pemeriksaan histologis tidak memperlihatkan suatu gambaran yang spesifik, hanya berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikelpilosebasea dengan massa sebum didalam folikel.

3. Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi dan patogenesis penyakit, namun hasilnya sering tidak memuaskan

4. Pemeriksaan pada susunan kulit dan kadar lipid permukaan kulit dapat pula dilakukan unuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris, kadang asam lemak bebas meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya.

2.1.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding akne vulgaris yaitu (Wasitaatmadja, 2009):

1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh obat misalnya kortikosteroid, isoniazid (INH), barbiturat, yodida, bromida, difenilhidantoin, trimetadion,

adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan lain-lainnya. Klinis berupa erupsi papul-papul yang timbul di berbagai tempat pada kulit tanpa adanya komedo, timbul mendadak, dan kadang-kadang disertai demam. Dapat terjadi pada segala usia.

2. Akne lain, misalnya akne venenata dan akne komedonal oleh rangsangan fisis. Umumnya lesi monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul,


(25)

dengan tempat predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsangan fisisnya.

3. Rosasea (dulu: akne rosasea), merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan gejala eritem, pustul, teleangiektasis dan kadang-kadang disertai papul, pustul, nodulus, atau kista. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan akne.

4. Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita. Klinis berupa polimorfi eritema, papul, dan pustul disekitar mulut yang terasa gatal

2.1.8 Penatalaksanaan

Penanggulangan akne meliputi usaha untuk mencegah terjadinya jerawat (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif). Kedua usaha harus dijalankan bersamaan mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat berbagai faktor yang kadang-kadang tidak dapat dihindari penderita (Wasitaatmadja, 2011).

A. Terapi Topikal

Retinoid topikal merupakan obat dengan efek komedolitik dan antiinflamasi. Obat ini menormalkan hiperkeratinisasi dan hiperproliferasi folikel yang terjadi. Retinoid topikal ini mengurangi jumlah mikrokomedo, komedo dan lesi meradang. Obat ini dapat digunakan sendiri saja ataupun kombinasi dengan obat-obat akne lainnya. Sediaan yang sering termasuk adapalene, tazanotene dan tretinoin. Antibiotik topikal terutama digunakan untuk melawan P. acnes. Obat ini juga memiliki efek antiinflamasi. Antibiotik topikal tidak memiliki efek komedolitik, dan resistensi dapat terjadi pada beberapa jenis obat ini. Resistensi dapat dikurangi jika dikombinasi dengan benzoil peroksida. Sediaan obat yang sering dipakai adalah eritromisin dan


(26)

klindamisin. Produk-produk benzoil peroksida juga efektif digunakan melawan P. acnes dan belum terbukti adanya resistensi pada obat ini (Fulton, 2009)

B. Terapi Sistemik

Menurut Wasitaatmadja (2011), pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktifitas jasad renik di samping dapat juga menekan reaksi radang, menekan produksi sebum dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri dari:

1. Antibakteri sistemik misalnya tetrasiklin, minosiklin, eritromisin, kotrimoksasol atau trimetoprim, linkomisin dan klindamisin. Dosis dari antibiotika dapat diturunkan setelah terlihat adanya perbaikan dan dapat dipertahankan dalam dosis initial dalam jangka waktu lebih lama.

2. Obat hormonal dapat digunakan untuk menekan produksi androgen atau secara kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea. Penggunaan etinil estradiol (50 mg) dan anti androgen seproteron asetat (2 mg) sehari selama 21 hari diselingi waktu istirahat 7 hari selama 4-5 bulan pada wanita dewasa, kawin, dengan akne nodulokistik rekalsitran dapat dipertimbangkan tentunya dengan memikirkan efek sampingnya. 3. Retinoid dan asam vitamin A oral dipakai dengan tujuan menekan

hiperkeratinisasi yang merupakan faktor patofisiologi pada akne.

4. Dengan pemikiran dan tujuan berbeda dipakai obat sistemik berupa antiinflamasi nonsteroid, dapson atau seng sulfat.

C. Bedah kulit

Bedah kulit dapat dilakukan untuk mengurangi peradangan (bedah beku) terutama untuk memperbaiki parut yang terjadi akibat akne. Tindakan dapat dilaksanakan setelah akne sembuh baik dengan cara bedah listrik, bedah kimia, bedah beku, bedah pisau, dermabrasi atau bedah laser.


(27)

2.2 Kualitas Hidup 2.2.1 Definisi

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kualitas hidup (quality of life) sebagai persepsi individual dari keberadaannya dalam hidup, dalam kontekskultural dan sistem nilai dimana dia hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standard dan perhatiannya. (Both et al, 2007)

2.2.2 Efek Akne Vulgaris terhadap Kualitas Hidup

Walaupun akne vulgaris tidak membahayakan kehidupan, tetapi sering menjadi masalah kosmetik pada bentuk akne vulgaris yang berat akibat skar yang ditimbulkan, dan tidak jarang menjadi keluhan psikologis penderita terhadap lingkungan sosial sekelilingnya, bahkan menyebabkan kurang percaya diri pada individu tersebut (Anwar, 2013).

Penampilan seseorang apabila terkena penyakit akne vulgaris terutama pada remaja dengan timbulnya bermacam-macam lesi khususnya pada wajah akan sangat mengganggu penampilan orang tersebut dan dapat mengganggu rasa percaya diri pada remaja tersebut (Anwar,2013).

Akne vulgaris juga dapat memberikan dampak psikologis. Diperkirakan 30% hingga 50% remaja dengan akne mengalami gangguan emosi akibat akne. Penelitian menunjukkan bahwa pasien akne memiliki tingkat gangguan sosial, psikologis dan emosi yang setara dengan pasien asma dan epilepsi (Zanglein et al, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Lasek dan Chren (1998) dengan menggunakan Skindex-29, menunjukkan bahwa akne vulgaris secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Tanpa memperhatikan beratnya akne, orang dewasa lebih dipengaruhi oleh akne mereka.


(28)

Pada penelitian Yandi et al(2013)dengan menggunakan Cardiff Acne Disability Index ( CADI), didapatkan hasil terdapat hubungan antara gradasi akne vulgaris dengan kualitas hidup pada pasien di RSUD Abdul Moeloek Lampung.


(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka konsep tentang kualitas hidup pada pasien akne vulgaris diuraikan seperti berikut:

Gambar 3.1: Kerangka konsep penelitian 3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Mahasiswi adalah panggilan untuk orang (perempuan) yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi.

3.2.2 Akne vulgaris adalah penyakit kulit akibat peradangan dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustul, nodus dan kista. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis yang didiagnosa oleh dokter Akne vulgaris

Umur

lama menderita penyakit

Lokasi timbulnya Riwayat keluarga Jenis makanan Pemakaian kosmetik Siklus menstruasi

Kualitas hidup pasien akne vulgaris


(30)

spesialis kulit dan kelamin.

3.2.3 Lama menderita penyakit adalah lama menderita akne sebelumnya yang dinyatakan dalam dua kategori, yaitu <1 tahun dan >1 tahun.

3.2.4 Lokasi timbulnya akne vulgaris adalah tempat predileksi seperti muka, leher, lengan atas, dada dan punggung.

3.2.5 Riwayat keluarga adalah faktor bawaan yang diturunkan dari orangtua ataupun keluarga yang menderita akne.

3.2.6 Pemakaian kosmetik adalah sediaan atau bahan yang digunakan untuk perawatan ataupun memperindah kulit, terutama di wajah.

3.2.7 Siklus menstruasi adalah perubahan kadar hormon pada pasien yang mempengaruhi timbulnya akne vulgaris pada saat menstruasi .

3.2.8 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah mekanisme penilaian keseluruhan prestasi terhadap mahasiswa dalam sistim perkuliahan selama masa kuliah yang dinilai dengan merata-ratakan indeks prestasi di setiap semester.

3.2.9 Kualitas hidup (quality of life) adalah persepsi individual dari keberadaannya dalam hidup, dalam konteks kultural dan system nilai dimana dia hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standard dan perhatiannya. (Both, et al, 2007). Diukur dengan Skindex-29.

3.2.10 Skindex-29 adalah instrumen spesifik dermatologi untuk menilai kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan, yang terdiri dari 29 pertanyaan, dimana jawaban kuesioner diberikan dalam 5 skala poin yaitu nilai 1= tidak pernah; nilai 2= jarang sekali; nilai 3= kadang-kadang; nilai 4= sering; nilai 5= terus-menerus, yang terdiri dari tiga subskala, pengukuran gejala, emosi dan fungsi.

Hasil ukur: kualitas hidup pasien akne vulgaris dikategorikan berdasarkan jumlah nilai dari Skindex-29, yang terdiri dari:

a. Nilai 29 – 58 : sangat baik b. Nilai 59 – 88 : baik c. Nilai 89 – 118 : sedang d. Nilai 119 – 145 : buruk


(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode “cross sectional study” untuk mengetahui kualitas hidup pasien akne vulgaris pada mahasiswi angkatan 2011 FK USU.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di FK USU. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan Agustus sampai Desember 2014

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswi FK USU.

4.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah mahasiswi angkatan 2011 FK USU.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah mahasiswi angkatan 2011 FK USU yang memenuhi kriteria inklusi.

Perkiraan besar sampel minimal diambil berdasarkan rumus dibawah ini (Notoatmodjo, 2005):

Dimana: n

=

n = Jumlah sampel N = Besar populasi


(32)

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan n =

= 72,52

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Accidental Sampling, yaitu, mengambil responden yang kebetulan ada dan tersedia.

Kriteria inklusi sampel:

1. Mahasiswi yang menderita akne vulgaris minimal 6 bulan

2. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan/

informed consent

Kriteria eksklusi sampel:

1. Penderita penyakit kronis seperti chronic disabling asthma, epilepsi, diabetes, nyeri punggung atau artritis, tuberculosis dan kanker

2. Menjalani operasi dalam 1 bulan terakhir 3. Tidak mengisi kuesioner secara lengkap

4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden yang akan dikumpul secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak Kemahasiswaan FK USU yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa di fakultas yang bersangkutan.


(33)

Data yang diperoleh dari setiap responden akan dianalisis menggunakan program statistika dan kemudian didistribusikan secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi


(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diperoleh dari observasi dan pemberian kuesioner pada 80 mahasiswi angkatan 2011 FK USU yang telah dipilih dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil observasi dan pemberian kuesioner kemudian dianalisis, sehingga dapat dipaparkan hasil penelitian sebagai berikut.

5.1.1Karakteristik Subyek Penelitian

Subyek penelitian di dalam penelitian ini meliputi mahasiswi yang menderita akne vulgaris di angkatan 2011 FK USU dengan jumlah 80 orang peserta. Dari keseluruhan subyek penelitian yang ada, disajikan karakteristik yang meliputi: umur, lama menderita, lokasi timbulnya, riwayat keluarga, diet, pemakaian kosmetik, siklus menstruasi dan IPK.

Tabel 5.1 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Umur

Umur (tahun) n %

20 23 28.7

21 43 53.8

22 12 15

23 2 2.5


(35)

Pada tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa umur yang paling banyak ditemui adalah kelompok umur 21 tahun yaitu sebanyak 43 orang (53.8%), diikuti oleh kelompok umur 20 tahun sebanyak 23 orang (28.7%), kelompok umur 22 tahun sebanyak 12 orang (15%) dan kelompok umur 23 tahun sebanyak 2 orang (2.5%).

Tabel 5.2. Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Lama Menderita

Lama menderita n %

< 1 tahun (>6 bulan) 37 46.3

> 1 tahun 43 53.8

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.2 subyek penelitian yang menderita akne vulgaris lebih dari 1 tahun adalah 43 orang (53.8%) dan yang menderita akne vulgaris kurang dari 1 tahun 37 orang (46.3%).

Tabel 5.3Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Lokasi Lesi

Lokasi Lesi n %

Muka 75 93.8

Leher 1 1.3

Lengan atas 1 1.3

Muka, Punggung 1 1.3

Punggung 2 2.5

Total 80 100

Pada table 5.3 diatas menunjukkan bahwa lokasi lesi akne vulgaris pertama kali yang paling banyak adalah muka yaitu sebanyak 75 orang (93.8%), diikuti punggung


(36)

sebanyak 2 orang(2.5%), kemudian dengan jumlah yang sama pada bagian leher, lengan atas dan muka, punggung masing-masing sebanyak 1 orang (1.3%).

Tabel 5.4Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Riwayat Keluarga

Anggota Keluarga n %

Kakek/ nenek 1 1.3

Ayah/ibu 14 18.8

Ayah/ibu dan

abang/kakak/adik 4 5

Abang/kakak/adik 39 48.8

Seluruh anggota keluarga

9 11.3

Lain- lain 13 16.3

Total 80 100

Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa riwayat keluarga yang terkena akne vulgaris paling banyak adalah abang/kakak/adik sebanyak 39 orang (48.8%), diikuti ayah/ibu sebanyak 14 orang (18.8%), lain lain (seperti: paman,sepupu, tidak ada) sebanyak 13 orang (16.3%), seluruh anggota keluarga sebanyak 9 orang (11.3%), dan ayah/ibu beserta abang/kakak/adik sebanyak 4 orang (5%).


(37)

Tabel 5.5 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Makanan

Jenis Makanan n %

Kacang 17 21.3

Kacang dan coklat 3 3.8

Kacang, coklat dan gorengan

2 2.5

Kacang, coklat, gorengan dan susu

1 1.3

Kacang, coklat, gorengan dan lain- lain

1 1.3

Kacang dan gorengan 2 2.5

Kacang, gorengan dan lain-lain

1 1.3

Kacang dan susu 1 1.3

Coklat 4 5

Coklat dan gorengan 2 2.5

Gorengan 28 35

Gorengan dan lain- lain 2 2.5

Lain- lain 16 20

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.5 responden paling banyak berpendapat bahwa jenis makanan yang dapat berpengaruh pada akne vulgaris adalah gorengan sebanyak 28 orang (35%), diikuti kacang sebanyak 17 orang (21.3%).


(38)

Tabel 5.6 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Pemakaian Kosmetik

Kosmetik n %

Alas bedak (foundation) 38 47.5

Bedak 21 26.3

Sunscreen/sunblock 5 6.3

Lain-lain 16 20

Total 80 100

Dari tabel diatas didapatkan pemakaian kosmetik yang dapat memperparah akne vulgaris yang paling banyak adalah alas bedak (foundation) yaitu sebanyak 38 orang (47.5%), diikuti bedak sebanyak 21 orang (26.3%), lain-lain (tidak ada, pembersih muka) sebanyak 16 orang (20%) dan sunscreen/sunblock sebanyak 5 orang (6.3%).

Tabel 5.7 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Siklus Menstruasi

Siklus Menstruasi n %

Jerawat timbul sebelum menstruasi

42 52.5

Jerawat timbul pada saat menstruasi

8 10

Jerawat timbul setelah

dan sebelum menstruasi

26 32.5

Tidak timbul jerawat 4 5


(39)

Dari tabel 5.7 diatas menunjukkan berdasarkan siklus menstruasi, jerawat timbul sebelum menstruasi sebanyak 42 orang (52.5%), diikuti jerawat timbul setelah dan sebelum menstruasi sebanyak 26 orang (32.5%), Jerawat timbul pada saat menstruasi 8 orang (10%) dan tidak timbul jerawat sebelum, pada saat, dan setelah menstruasi sebanyak 4 orang (5%).

Tabel 5.8 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan IPK

IPK n %

2.00 – 2.50 12 15

2.51 – 3.00 33 41.3

3.01 – 3.50 27 33.8

3.51 – 4.00 8 10

Total 80 100

Dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa mahasiswi dengan IPK 2.51 – 3.00 sebanyak 33 orang (41.3%), diikuti IPK 3.01 – 3.50 sebanyak 27 orang (33.8%), IPK 2.00 – 2.50 sebanyak 12 orang (15%), dan IPK 3.51 – 4.00 sebanyak 8 orang (10%).

5.1.2 Kualitas Hidup Subyek Penelitian

Tabel 5.9 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Kualitas Hidup

Kualitas Hidup n %

Sangat baik 56 70

baik 19 23.8

sedang 6 6.3

buruk 0 0


(40)

Dari tabel 5.9 menunjukkan bahwa kualitas hidup subyek penelitian yang paling banyak adalah sangat baik yaitu sebanyak 56 orang (70%), diikuti baik sebanyak 19 orang (23.8%) dan sedang sebanyak 5 orang (6.3%) sedangkan dengan kualitas hidup buruk tidak ada.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian tertinggi akne vulgaris terjadi pada umur 21 tahun. Meskipun memang kebanyakan akne vulgaris timbul pada masa remaja atau dewasa muda tetapi nyatanya akne vulgaris dapat datang kapan saja, dimana saja dan pada siapa saja. Akne vulgaris dapat timbul sewaktu stres (menghadapi ujian) dan dapat menetap sampai dekade umur 30-an atau bahkan lebih (Wasitaatmadja, 2009; Wasitaatmadja, 2011).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa persentase yang menderita akne vulgaris terbesar adalah > 1 tahun, yaitu 53.8% (43 orang). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ravi (2011) diperoleh 76.7% sampelnya menderita akne vulgaris dalam jangka waktu > 1 tahun. Akne vulgaris merupakan penyakit kronik yang mempunyai karakteristik adanya periode eksaserbasi, remisi dan residif (Nelson et al, 2008).

Dari hasil penelitian, ternyata mayoritas lokasi timbulnya akne vulgaris adalah pada bagian muka diikuti punggung, leher dan lengan atas. Hal ini sesuai dengan kepustakaaan yang menyatakan bahwa tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, leher, lengan atas, dada dan punggung (Wasitaatmadja, 2011). Biswass S (2010), pada penelitiannya menjumpai lokasi paling banyak adalah pada wajah 65%, sementara pada daerah lain seperti dada, bahu dijumpai 18%. Kelenjar sebasea paling besar dan paling padat di muka dan scalp (400-900/cm2) (Biswass et al, 2010).


(41)

Dari hasil penelitian, anggota keluarga yang memiliki masalah dengan akne vulgaris yang paling banyak adalah abang/kakak/adik diikuti oleh ayah/ibu. Akne vulgaris mungkin merupakan penyakit genetik akibat adanya peningkatan kepekaan unit pilosebsea terhadap kadar androgen yang normal. Adapun dugaan, bahkan faktor genetik ini berperan dalam menentukan bentuk dan gambaran klinis, penyebaran lesi dan durasi penyakit. Pada lebih 80% penderita mempunyai minimal seorang saudara kandung mempunyai yang sama dan pada ebih dari 60% penderita mempunyai minimal salah satu orang tua dengan akne vulgaris juga (Efendi, 2003).

Berdasarkan hasil penelitan, ditemukan bahwa makanan yang paling berpengaruh/memperparah akne vulgaris adalah gorengan, diikuti dengan kacang. Faktor diet sudah lama menjadi perdebatan di kalangan dermatologis, sebagian setuju dan sebagian menolak (Wasitaatmadja, 2011). Pada penelitian sebelumnya ditemukanbahwa makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat mempengaruhi perkembangandan keparahan akne vulgaris (Smith, 2007). Akan tetapi kacang, coklat dan susu merupakan makanan dengan indeks glikemik rendah (Smith, 2007). Diduga makanan dengan indeks glikemik dan beban glikemik yang tinggi terlibat dalam patogenesis akne vulgaris melalui hiperinsulinemia, peningkatan IGF-1, peningkatan hormon androgen yang menyebabkan peningkatan produksi sebum (Burns et al, 2013). Namun pada penelitian Panjaitan et al (2010) menemukan tidak ada hubungan antara indeks glikemik dan beban glikemik dengan kadar Insulin Growth Factor– 1 (IGF-1) pada pasien akne vulgaris. Demikian juga Panjaitan et al (2010) tidak menemukan adanya hubungan antara kadar IGF-1 dengan derajat keparahan akne vulgaris.Juga belum ada bukti-bukti yang baik bahwa gorengan (makanan berminyak) berpengaruh dalam patogenesis akne vulgaris.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kosmetik yang dapat berpengaruh dalam timbulnya akne vulgaris adalah alas bedak (foundation).


(42)

Bahan-bahan yang dapat memacu timbulnya komedo disebut sebagai komedogenik. Berbagai zat bahan kosmetik telah diketahui sebagai zat komedogenik, yaitu: asam lemak (fatty acids) dan derivatnya misalnya asam laurat, asam miristat, asam palmitat, butyl stearat, desil oleat, isopropil miristat, isopropil palmitat, isopropil isostearat, butyl stearat, oktil stearat dan oktil palmitat. Zat-zat ini terdapat dalam alas bedak (foundation) (Wasitaatmadja, 2011).

Dari hasil penelitian, mayoritas akne vulgaris timbul sebelum menstruasi. Pada periode menstruasi kulit menjadi lebih berminyak dan dapatmenimbulkan akne premenstrual. Kulit berminyak tersebut mencerminkanpeningkatan aktivitas kelenjar sebasea (Zouboulis et al, 2002). Aktivitas kelenjar sebasea yang meningkatdipengaruhi oleh hormon androgen, tetapi pada wanita hormon androgen tidakmeningkat pada sekitar periode menstruasi. Penjelasan untuk peningkatan aktivitaskelenjar sebasea sekitar periode menstruasi mungkin tidak berhubungan dengan kadarhormon androgen pada wanita tetapi lebih berhubungan dengan kadar hormon estrogen yang sangat rendah tepat sebelum dan selama periode menstruasi.Hal inimenyebabkan pada periode menstruasi perempuan lebih banyak menderita aknevulgaris maupun eksaserbasinya (Healthy Women, 2011).

Dari hasil didapatkan mayoritas subyek penelitian memiliki IPK 2.51 – 3.00 yaitu sebanyak 33 orang (41.3%). pada remaja Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebagai mahasiswa menghadapibeban belajar yang tinggi, jadwal yang padat dan pola tidur yang tidak teratur menyebabkan mereka mengalami kondisi yang tertekan ataupun stres. Dengan kondisi stres, berlaku pengeluaran hormon adrenalin yang dalam tubuh merangsang keluarnya zat-zat lain yang pada akhirnya mempengaruhi aliran darah, peningkatan sekresi asam dilambung dan gangguan pada aliran saraf sehingga muncul gejala-gejala pada fisik seperti akne vulgaris (Wasitaatmadja,2011).


(43)

Berdasarkan hasil penelitian, kualitas hidup pasien akne vulgaris pada mahasiswi angkatan 2011 FK USU yang terbanyak adalah sangat baik (70%) diikuti baik (23.8%). Pada penelitian Ismail (2011) yang dilakukan di klinik yang berada di kota Erbil, didapatkan hasil bahwa akne vulgaris berdampak negatif terhadap kualitas hidup, dampaknya lebih terlihat pada wanita daripada pria, kelompok umur terbanyak adalah 21-25 tahun dan semakin berat akne vulgaris seseorang maka semakin berpengaruh pula pada kualitas hidup orang tersebut. Penelitian Noorbala

et al (2013) yang dilakukan di sekolah menengah atas di Yazd, Iran mendapat hasil bahwa akne vulgaris adalah gangguan umum danmemiliki dampak yang cukup besar pada kualitas hidup di kalangan remaja. Pada penelitian ini hasil sangat baik kemungkinan dikarenakan mahasiswi angkatan 2011 FK USU sudah mempelajari dan cukup memahami akne vulgaris sehingga tidak terlalu berdampak terhadap kualitas hidupnya.


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Mahasiswi angkatan 2011 FK USU yang menderita akne vulgaris mayoritas memiliki kualitas hidup sangat baik (70%).

2. Mahasiswi angkatan 2011 FK USU yang menderita akne vulgaris mayoritas berumur 21 tahun (53.8%).

3. Mahasiswi angkatan 2011 FK USU yang menderita akne vulgaris mayoritas menderita lebih dari 1 tahun (53.8%)

4. Mahasiswi angkatan 2011 FK USU yang menderita akne vulgaris mayoritas lokasi lesi berada di muka (93.8%).

5. Mahasiswi angkatan 2011 FK USU yang menderita akne vulgaris mayoritas mempunyai abang/kakak/adik yang juga menderita akne vulgaris (48.8%).

6. Mahasiswi angkatan 2011 FK USU yang menderita akne vulgaris mayoritas berpendapat bahwa jenis makanan yang dapat mempengaruhi akne vulgaris adalah gorengan (35%).

7. Mahasiswi angkatan 2011 FK USU yang menderita akne vulgaris mayoritas menyatakan kosmetik yang dapat memicu akne vulgaris adalah alas bedak (foundation) (47.5%).

8. Mahasiswi angkatan 2011 FK USU yang menderita akne vulgaris mayoritas akne vulgaris timbul sebelum menstruasi (52.5%).

9. Mahasiswi angkatan 2011 FK USU yang menderita akne vulgaris mayoritas memiliki IPK 2.51-3.00 (41.3%).


(45)

6.2 Saran

1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menilai kualitas hidup pasien akne vulgaris berdasarkan lama menderita dan derajat keparahannya. 2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melibatkan populasi dan jumlah


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Adatyan, B, Kumari, R & Thappa, DM. 2009. Scoring System in Acne Vulgaris. Indian J Dermatol Venerol Leprol; 75:323-6

Anggrenni, O. 2014. Studi Retrospektif Pasien Akne Vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Tahun 2010-2012. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.

Anwar, AI. 2013. Tata Laksana Akne Vulgaris. Edisi pertama. Makassar: Dua Satu Press.

Baumann L, Keri, J. 2009. Acne (Type 1 sensitive skin). In: Baumann, L. Cosmetic Dermatology. 2nd Ed. New York: McGraw-Hill, 121-127.

Biswas, S, Mondal, KK, Saha, I, Dutta, RN, Lahiri, SK. 2010. Clinico-epidemiological features of acne vulgaris a tertirial hospital based study. Irian Journal of Dermatology vol 13;2:37-41

Both, H, Essink-Bot, ML, Busschbach, J, Nijsten, T. 2007. Critical review of generic and dermatology-spesific health-related quality of life instruments. Journal of Investigative Dermatology; 127:2726-2739

Burns, J, Rietkerk, W, & Woolf, K. 2013. Acne: The Role of Medical Nutrition Therapy.


(47)

Bruggemann, H. 2005. Insights in the Pathogenic Potential of Propionibacterium acnes From Its Complete Genome. Semin Cutan Med Surg 24:67-72.

Doward, LC, McKenna, SP.1998. Evolution of quality of life assessment. In: Rajagopalan R, Sheretz EF, Anderson TR, eds. Care Management of Skin Diseases. New York: Marcell- Dekker., 9-94.

Efendi, Z. 2003. Peran Kulit dalam Mengatasi Akne Vulgaris. Available from:

(Accessed: March 20, 2014)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3565/1/histologi-zukesti3.pdf

Fulton, J. 2009. Acne Vulgaris. eMedicine Articles. Available from: (Accessed: March 31, 2014)

Healthy Women. 2011. Androgen. Available from:

(Accessed: November 18, 2014)

Husein, Y. 2009. Acne Vulgaris in Nigeria Adolescent: prevalence, severity, beliefs, perceptions and practices. International Journal of Dermatology;48: 498–505

Jones, CM, Chren, MM, Soler B, Pedrosa, E, Penas, PF. 2007.Quality of life in mild to moderate acne: Relationship to clinical severity and factors influencing change with treatment. JEADV; 219–226.


(48)

Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia PERDOSKI. 2013. Indonesian Acne Expert Meeting 2012. Edisi pertama. Jakarta: Centra Communications.

Lasek, RJ, Chren M. 1998. Acne Vulgaris and the Quality of Life of Adult Dermatology Patients. Arch Dermatol; 134: 454-458

Miura, Y, Ishige, I, Soejima, N, Suzuki, Y, Uchida, K, Kawana, S, Eishi, Y. 2010.

Quantitative PCR of Propionibacterium acnes DNA in samples aspirated from sebaceous follicles on the normal skin of subjects with or without acne. J Mes Dent Sci; 57:65-74.

Nelson, AM, Graber, EM, & Thiboutot, DM. 2008. Biology of Sebaceous GlandsIn : Wolff, K., Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell D.J., editors. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 7th. Ed. New York: McGraw-Hill, 690-702.

Noorbala, M.T, Mozaffary, B & Noorbala, M. 2013. Prevalence of acne and its impact on the quality of life in high school-aged adolescents in Yazd, Iran. Journal of Pakistan Association of Dermatologisist; 23 (2):168-172.

Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Panjaitan, RR, Tala, Z, & Jusuf, NK. 2010. Hubungan Antara Indeks Glikemik dan Beban Glikemik dengan Insulin-Like Growth Factor-1 pada Pasien Akne Vulgaris.


(49)

Ravi, T. 2011. Kualitas Hidup Pada Pasien Akne Vulgaris. Fakultas Kedokteran USU, Medan

Samanthula, H, Kodali, M & Gutta A. 2013.Impact of Acne on Quality of Life – A Gender Based Study.IJMPS.

Smith, RN, Mann, NJ, Braue, A, Makkelainen, H, Varigos, GA. 2007. A low-glycemic-load diet improves symptoms in acne vulgaris patients: a randomized controlled trial 1,2,3. American Society for Clinical Nutrition.

Wasitaatmadja, SM. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Wasitaatmadja, SM. 2011. Dermatologi Kosmetik. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik.

Edisi kedua.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

WHOQOL. 1997. Measuring Quality of Life. Geneva Switzerland: Division of Mental Health and Prevention of Substance Abuse, World Health Organization.

Widjadja, ES. 2000. Rosasea dan Akne Vulgaris. In: Harahap, M. Ilmu Penyakit Kulit. Edisi pertama. Jakarta: Hipokrates.

Wu, TQ, Mei, TQ, Zhong, JX, Gong, LF, Wu, WH, et al. 2007. Prevalence and Risk Factors of Facial Acne Vulgaris among Chinese Adolescent. International Journal of Adolescent Medical Health;19 (4):407-412.


(50)

Yandi, RA, Sibero, HT & Fiana, DN. 2013. Quality of Life of Acne Vulgaris Patient in DR.H.Abdul Moeloek Hospital at Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, lampung.

Zaenglein, AL, Graber, EM, Thiboutot, DM, Strauss, JS. 2008. Acne Vulgaris and Acneiform Eruptions. In : Wolff, K., Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell D.J., editors. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 7th. Ed. New York: McGraw-Hill, 690-702.

Zouboulis, CC, Eady, A, Philpott, M, Goldsmith, LA, Orfanos, C, Cunlife, WC, Rosenfield, R. 2005. What is the pathogenesis of acne?. Exp Dermatol 14: 143-152.

Zouboulis CC, H Seltmann, N Hiroi, W Chen, M Young, Oeff M, et al. Oeff

M, et al. 2002.Corticotropin-releasing hormone: an autocrine Kortikotropin- releasing hormone: Proc Natl Acad Sci USA 99: 7148-7153.


(51)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : M. Nevino Fachry

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 14 Juni 1992

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sei Belutu Gg. Bilal no 29 Medan

Telepon : 08116130914

Orangtua : - Ayah: Ir. Fachry Hasballah, M.sc

- Ibu : Dr. dr. Nelva Karmila Jusuf Sp.KK (K) Riwayat Pendidikan : 1. TK Mandiri Medan

2. SD Harapan 2 Medan 3. SMP Harapan 1 Medan 4. SMA Negeri 1 Medan Riwayat Organisasi : 1. Scoph FK USU


(52)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Dengan Hormat,

Nama saya M. Nevino Fachry, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2011. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris pada Mahasiswi Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Sumatera Utara”.

Akne vulgaris atau jerawat adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja (Zanglein et al, 2008), ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada tempat predileksi: muka, leher, lengan atas, dada dan punggung (Wasitaatmadja, 2011).

Jerawat umumnya timbul pada masa remaja, dapat berdampak pada segi fungsional, sosial, psikologikal, dan emosional yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup penderitanya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup pasien akne vulgaris pada mahasiswi angkatan 2011 fakultas kedokteran universitas sumatera utara. Saya melakukan pengambilan data berupa pembagian kuesioner kepada saudari. Setiap data yang terdapat dalam kuesioner ini tidak akan disebarluaskan dan akan dijamin kerahasiaannya. Adapun informasi yang saya terima tersebut hanya akan digunakan sebagai data penelitian.

Partisipasi saudari bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Jawaban yang saudari berikan akan sangat membantu saya dalam melakukan penelitian ini. Untuk penelitian ini saudari tidak akan dikenakan biaya apapun.

Bila saudari membutuhkan penjelasan lebih lanjut, maka dapat menghubungi saya:


(53)

Nama : M. Nevino Fachry

Alamat : Jl. Sei Belutu Gg. Bilal No. 29, Medan 20131 No.HP : 08116130914

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan saudari bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya persiapkan.

Medan,………2014

Peneliti


(54)

Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Umur : Alamat : No. Telp. :

Telah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dan resiko penelitian ini yang berjudul: KUALITAS HIDUP PASIEN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWI ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dan saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2014

Peneliti Responden


(55)

Lampiran 4

DATA KARAKTERISTIK SUBJEKPENELITIAN DAN KUESIONER

1. Nama : 2. Umur : 3. NIM : 4. IPK :

5. Lama menderita jerawat :  Kurang dari 1 tahun  Lebih dari 1 tahun

6. Lokasi timbulnya jerawat pertama kali :  Muka

 Leher  Lengan atas  Dada  Punggung

7. Anggota keluarga yang memiliki masalah dengan jerawat :  Kakek/ Nenek

 Ayah/ Ibu

 Abang/ kakak/ adik  Seluruh anggota keluarga  Lain-lain (sebutkan)…..


(56)

8. Makanan yang berpengaruh/ memperparah jerawat anda :  Kacang

 Coklat

 Goreng-gorengan  Susu

 Lain-lain (sebutkan)…..

9. Jenis kosmetik yang berpengaruh dalam timbulnya jerawat anda:  Alas bedak (foundation)

 Bedak

Sunscreen/ sunblock

 Lain-lain (sebutkan)…..

10.Di bawah ini yang sesuai dengan anda adalah:  Jerawat timbul sebelum menstruasi  Jerawat timbul pada saat menstruasi

 Jerawat timbul setelah dan sebelum menstruasi


(57)

Lampiran 5

KUESIONER SKINDEX-29

SEBERAPA SERING

SELAMA EMPAT MINGGU TERAKHIR, PERNYATAAN-PERNYATAAN INI MENGGAMBARKAN TENTANG PERASAAN ANDA? TAK PERNAH JARANG SEKALI KADANG- KADANG

SERING TERUS MENERUS

1. Jerawat saya terasa sakit. 2. Jerawat saya sangat

mempengaruhi tidur saya. 3. Saya khawatir jerawat saya

bisa semakin parah.

4. Jerawat saya membuat saya sulit bekerja dan melakukan kegiatan yang saya senangi. 5. Jerawat saya mempengaruhi

kehidupan sosial saya. 6. Jerawat saya membuat saya

depresi.

7. Jerawat saya terasa

panas/sakit dan sangat perih 8. Saya cenderung takut keluar

rumah terus disebabkan jerawat saya.

Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini berkaitan dengan perasanaa-perasaan anda di 4 minggu terakhir tentang kondisi jerawat yang sangat mengganggu anda. Contreng jawaban yang sangat berkaitan dengan apa yang ada rasakan.


(58)

9. Saya khawatir jerawat saya tergores menyebabkan parut/skar

10. Jerawat saya terasa gatal. 11. Jerawat saya mempengaruhi

kedekatan saya dengan orang yang saya cintai. 12. Saya malu dengan kondisi

jerawat saya.

13. Saya khawatir jerawat saya semakin parah.

14. Saya cenderung mengerjakan sesuatu sendirian disebabkan kondisi jerawat saya. 15. Saya kesal dengan kondisi

jerawat saya.

16. Air akan mengganggu kondisi jerawat saya (mandi, cuci muka)

17. Jerawat saya membuat saya sulit menunjukkan kasih saying.

18. Jerawat saya sangat mengganggu.

19. Jerawat saya mempengaruhi interaksi saya dengan orang


(59)

lain.

20. Saya malu dengan kondisi jerawat saya.

21. Jerawat saya menjadi masalah bagi orang-orang yang saya cintai.

22. Saya frustasi dengan kondisi jerawat saya.

23. Jerawat saya sangat sensitif. 24. Kondisi jerawat saya

mempengaruhi hasrat saya bergaul orang lain.

25. Saya merasa terhina dengan kondisi jerawat saya. 26. Jerawat saya berdarah. 27. Saya sangat terganggu

dengan kondisi jerawat saya.

28. Kondisi jerawat saya

mengganggu hubungan seks saya.

29. Kondisi jerawa saya membuat saya tidak semangat


(60)

(61)

(62)

(63)

(1)

9. Saya khawatir jerawat saya tergores menyebabkan parut/skar

10. Jerawat saya terasa gatal. 11. Jerawat saya mempengaruhi

kedekatan saya dengan orang yang saya cintai. 12. Saya malu dengan kondisi

jerawat saya.

13. Saya khawatir jerawat saya semakin parah.

14. Saya cenderung mengerjakan sesuatu sendirian disebabkan kondisi jerawat saya. 15. Saya kesal dengan kondisi

jerawat saya.

16. Air akan mengganggu kondisi jerawat saya (mandi, cuci muka)

17. Jerawat saya membuat saya sulit menunjukkan kasih saying.


(2)

lain.

20. Saya malu dengan kondisi jerawat saya.

21. Jerawat saya menjadi masalah bagi orang-orang yang saya cintai.

22. Saya frustasi dengan kondisi jerawat saya.

23. Jerawat saya sangat sensitif. 24. Kondisi jerawat saya

mempengaruhi hasrat saya bergaul orang lain.

25. Saya merasa terhina dengan kondisi jerawat saya. 26. Jerawat saya berdarah. 27. Saya sangat terganggu

dengan kondisi jerawat saya.

28. Kondisi jerawat saya

mengganggu hubungan seks saya.

29. Kondisi jerawa saya membuat saya tidak semangat


(3)

(4)

(5)

(6)