BAB III METODE PENELITIAN
3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2006-Mei 2007, bertempat di persemaian yang terletak di Kelurahan Semplak, Kecamatan Bogor Barat, Kota
Bogor dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman jati asal Muna Sulawesi Tenggara, media tanam tanah dan sekam, object glass, cover
glass , polybag, gelas plastik, inokulum Glomus etunicatum, aquades, KOH 2,5 ,
HCl 2 , gliserol, asam laktat, trypan blue, vermikompos, tissue. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pinset, pisau, bak plastik,
oven, mikroskop binokuler, mikroskop stereo, cawan Petri, tabung sentrifuse, gelas ukur, gunting stek, timbangan, ember plastik, pengaduk, mistar, kaliper, alat
tulis, alat hitung, tally sheet, dan kamera.
3.3 Pelaksanaan Penelitian 3.3.1 Perkecambahan benih jati
Penyiapan bedeng tabur
Tempat perkecambahan berupa bedeng tabur semi permanen terbuat dari kayu sengon dengan ukuran 1 x 5 meter. Bedeng tabur diberi penutup berupa
plastik bening untuk mengurangi evapotranspirasi dan menjaga kelembaban bedeng.
Penyiapan media perkecambahan
Media perkecambahan
benih jati
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir. Pasir tersebut tidak disterilisasi tetapi dibersihkan dari kotoran-
kotoran, kemudian diayak dengan ayakan. Media tersebut dimasukkan ke dalam bedeng tabur dan disiram dengan air untuk meningkatkan kelembaban media
perkecambahan
Pemecahan dormansi benih jati
Pemecahan dormansi benih jati yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan perendaman dan penjemuran. Benih jati yang dimasukan dalam
karung direndam selama semalam yaitu dari pukul 18.00-06.00 di dalam air. Setelah itu benih jati dijemur di bawah sinar matahari pada pukul 06.00-18.00.
perlakuan ini dilakukan selama 3 hari.
Penaburan benih jati
Benih jati yang telah diberi perlakuan untuk pemecahan dormansi ditabur kedalam bedeng tabur dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm.
3.3.2 Penyapihan Penyiapan media sapih
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah dan sekam limbah kandang ayam bercampur kotoran ayam dengan perbandingan 2 : 1.
Tanah tersebut tidak disterilkan tetapi dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti daun, akar, dan ranting kering, kemudian dikering udarakan dan di ayak dengan
ayakan. Tanah dan sekam tersebut dicampur, kemudian dimasukkan dalam polybag dengan ukuran 15 cm x 20 cm.
Penyapihan
Kecambah yang disapih adalah kecambah yang telah memiliki dua daun pertama. Kecambah dimasukkan ke dalam polybag yang telah berisi media sapih.
3.3.3 Pemberian formulasi inokulum FMA dan vermikompos
Inokulasi dilakukan pada saat penyapihan. Proses ini dilakukan dengan cara memberikan inokulum FMA yang telah diformulasi dengan vermikompos ke
lubang tanam.
Gambar 1 Sketsa cara inokulasi formulasi mikoriza dan vermikompos
Mikoriza + Vermikompos
3.3.4 Pemeliharaan
Seluruh semai jati diletakan di bawah paranet dengan intensitas cahaya 70. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore, Untuk pengendalian hama
digunakan insektisida jenis Decis dengan konsentrasi 10. Sedangkan pada minggu ketujuh semai jati dikeluarkan dari bawah paranet untuk mendapatkan
cahaya langsung dan respacing. Selain itu juga dilakukan pembersihan dari gulma dan perbaikan posisi polybag.
3.4 Pengamatan dan Pengambilan Data
Data yang diperlukan adalah data-data yang dipakai untuk membandingkan kondisi semai jati dengan perlakuan-perlakuan tertentu. Data yang diukur berupa:
3.4.1 Tinggi semai
Pengukuran tinggi semai dilakukan setelah penyapihan, selanjutnya tiap dua minggu hingga semai jati berumur 3 bulan setelah tanam. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan mistar mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk semai.
3.4.2 Diameter semai
Pengukuran diameter semai dilakukan dengan menggunakan kaliper, diukur pada ketinggian sekitar 1 cm di atas pangkal batang. Pengukuran dilakukan
dua kali, yaitu setelah penyapihan dan semai jati berumur 3 bulan setelah tanam.
3.4.3 Bobot kering tanaman
Pengukuran dilakukan pada akhir pengamatan. Sampel tanaman dipotong, bagian pucuk dan akarnya dibungkus kertas secara terpisah, kemudian dioven
pada suhu 70 °C selama 72 jam. Setelah tercapai bobot kering yang konstan
dilakukan penimbangan dengan timbangan elektrik Ohaus. Dari hasil penimbangan didapat data bobot kering pucuk dan bobot kering akar.
Bobot Kering Total semai g Indeks Kualitas semai =
Tinggi semai cm Bobot kering Pucuk g
Diameter semai mm Bobot kering akar g
+ 3.4.4
Nisbah pucuk akar
Nisbah pucuk akar ditentukan dengan membandingkan bobot kering pucuk semai dengan bobot kering akar semai.
3.4.5 Indeks kualitas semai
Semai hasil uji coba dihitung kualitas semainya dengan menggunakan formulasi Soller Santoso 2006, sebagai berikut:
3.4.6 Jumlah spora
Penghitungan jumlah spora dilakukan pada akhir penelitian dengan cara pengamatan pada contoh media tanah sebanyak 50 gram. Prosedur perhitungan
jumlah spora dapat dilihat pada Gambar 2. tanah 50 gram + air hingga total volume 200 ml
↓
penyaringan diameter saringan 500
μm, 125μm, 63 μm
↓
penambahan larutan gula 60
↓
sentrifugasi 2500 rpmmenit
↓
penyaringan, pembilasan dan pemindahan spora ke cawan Petri
↓
penghitungan spora dengan mikroskop perbesaran 10 kali
Gambar 3 Prosedur isolasi dan penghitungan jumlah spora
3.4.7 Persen infeksi FMA
Persen Infeksi FMA merupakan data yang untuk melihat efektivitas Inokulum FMA dalam menginfeksi akar. Menurut Setiadi et al. 1992,
pengukuran persen infeksi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Beberapa contoh akar diambil, dicuci dengan air biasa untuk melepaskan
semua miselium luar. 2. Bagian akar muda serabut diambil dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan direndam dalam larutan KOH 2,5, dibiarkan selama semalam
atau akar sampai berwarna kuning bersih.
3. Setelah akar berwarna kuning bersih larutan KOH 2,5 dibuang dan akar
dibilas dengan air.
4. Akar diasamkan dengan HCl 2, dibiarkan semalam atau sampai akar
berwarna kuning jernih.
5. HCl 2 dibuang, diganti dengan larutan staining gliserol, asam laktat dan aquades dengan perbandingan 2 : 2 : 1 dan ditambah trypan blue sebanyak
0,05 , kemudian dibiarkan semalam. 6. Larutan staining dibuang dan diganti dengan larutan destaining larutan
staining tanpa trypan blue dan dibiarkan semalam.
7. Akar kemudian dipotong-potong sepanjang 1 cm, lalu disusun pada gelas objek 1 gelas objek untuk 10 potong akar, selanjutnya diamati dengan
mikroskop.
8. Jumlah akar yang terinfeksi FMA dari 10 potong akar tersebut dicatat. Penampakan struktur hifa internal, spora, vesikula, dan arbuskula
merupakan suatu indikasi bahwa contoh akar tersebut telah terinfeksi
oleh FMA. 9. Persen akar terinfeksi dihitung berdasarkan rumus :
Akar Terinfeksi =
Σ Bidang Pandang Akar Terinfeksi x 100 Σ Bidang Pandang Akar yang Diamati
3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL pola linear yang terdiri dari 7 perlakuan yang
diulang sebanyak 5 kali dan setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 5 semai. Sehingga terdapat 175 semai yang ditanam. Kombinasi perlakuan yang
diujicobakan sebagai berikut: K = Tanah + sekam kontrol
A = Tanah + sekam + 13,5 gram FMA + 1,5 gram vermikompos B = Tanah + sekam + 12 gram FMA + 3 gram vermikompos
C = Tanah + sekam + 10,5 gram FMA + 4,5 gram vermikompos D = Tanah + sekam + 9 gram FMA + 6 gram vermikompos
M = Tanah + sekam + 15 gram FMA V = Tanah + sekam + 15 gram vermikompos
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap peubah yang diamati, dilakukan analisis keragaman yang diperoleh dari pengolahan data
dengan menggunakan program SAS. Untuk mengetahui adanya pengaruh yang berbeda dalam masing-masing perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan.
Dimana : i = 1, 2, 3, ..., t dan j = 1, 2, 3,..., r Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Rataan umum τ
i
= Pengruh perlakuan ke-i
ε
ij
= Pengruh acak pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j Yij = µ +
τ
i
+ ε
ij
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Parameter yang diamati pada penelitian ini antara lain pertambahan tinggi, pertambahan diameter, berat kering pucuk BKP, berat kering akar BKA, berat
kering total BKT, nisbah pucuk akar NPA, indeks kualitas semai IKS, jumlah spora, dan persen infeksi akar. Untuk mengetahui respon pengaruh perlakuan
pemberian inokulum FMA dengan vermikompos terhadap parameter tanaman, maka dilakukan analisis sidik ragam. Untuk mengetahui adanya pengaruh yang
berbeda dalam masing-masing perlakuan maka dilakukan Uji Berganda Duncan. Hasil ringkasan Anova disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian formulasi inokulum FMA dengan vermikompos terhadap peubah semai jati
Parameter F hitung
Perubahan Tinggi 2.71
Perubahan Diameter 1.74
ns Berat Kering Akar
0.62 ns
Berat Kering Pucuk 1.16
ns Berat Kering Total
1.20 ns
Nisbah Pucuk Akar 0.44
ns Indeks Kualitas Semai
0.86 ns
Jumlah spora 11.86
Persentase Infeksi Akar 9.32
Keterangan : ns = berpengaruh tidak nyata, = berpengaruh nyata p0,05
4.1.1 Pertambahan tinggi
Dari hasil analisis sidik ragam Tabel 1, diperoleh hasil bahwa perlakuan pemberian G. etunicatum 10,5 g dan vermikompos 4,5 g dan perlakuan G.
etunicatum 9 g dan vermikompos 6 g memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap pertumbuhan tinggi semai jati di persemaian. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata pada perlakuan formulasi inokulum FMA
dengan vermikompos maka dilakukan uji berganda Duncan Tabel 2.