Tinggi semai Diameter semai Bobot kering tanaman Indeks kualitas semai Jumlah spora Persen infeksi FMA

3.3.4 Pemeliharaan

Seluruh semai jati diletakan di bawah paranet dengan intensitas cahaya 70. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore, Untuk pengendalian hama digunakan insektisida jenis Decis dengan konsentrasi 10. Sedangkan pada minggu ketujuh semai jati dikeluarkan dari bawah paranet untuk mendapatkan cahaya langsung dan respacing. Selain itu juga dilakukan pembersihan dari gulma dan perbaikan posisi polybag.

3.4 Pengamatan dan Pengambilan Data

Data yang diperlukan adalah data-data yang dipakai untuk membandingkan kondisi semai jati dengan perlakuan-perlakuan tertentu. Data yang diukur berupa:

3.4.1 Tinggi semai

Pengukuran tinggi semai dilakukan setelah penyapihan, selanjutnya tiap dua minggu hingga semai jati berumur 3 bulan setelah tanam. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk semai.

3.4.2 Diameter semai

Pengukuran diameter semai dilakukan dengan menggunakan kaliper, diukur pada ketinggian sekitar 1 cm di atas pangkal batang. Pengukuran dilakukan dua kali, yaitu setelah penyapihan dan semai jati berumur 3 bulan setelah tanam.

3.4.3 Bobot kering tanaman

Pengukuran dilakukan pada akhir pengamatan. Sampel tanaman dipotong, bagian pucuk dan akarnya dibungkus kertas secara terpisah, kemudian dioven pada suhu 70 °C selama 72 jam. Setelah tercapai bobot kering yang konstan dilakukan penimbangan dengan timbangan elektrik Ohaus. Dari hasil penimbangan didapat data bobot kering pucuk dan bobot kering akar. Bobot Kering Total semai g Indeks Kualitas semai = Tinggi semai cm Bobot kering Pucuk g Diameter semai mm Bobot kering akar g + 3.4.4 Nisbah pucuk akar Nisbah pucuk akar ditentukan dengan membandingkan bobot kering pucuk semai dengan bobot kering akar semai.

3.4.5 Indeks kualitas semai

Semai hasil uji coba dihitung kualitas semainya dengan menggunakan formulasi Soller Santoso 2006, sebagai berikut:

3.4.6 Jumlah spora

Penghitungan jumlah spora dilakukan pada akhir penelitian dengan cara pengamatan pada contoh media tanah sebanyak 50 gram. Prosedur perhitungan jumlah spora dapat dilihat pada Gambar 2. tanah 50 gram + air hingga total volume 200 ml ↓ penyaringan diameter saringan 500 μm, 125μm, 63 μm ↓ penambahan larutan gula 60 ↓ sentrifugasi 2500 rpmmenit ↓ penyaringan, pembilasan dan pemindahan spora ke cawan Petri ↓ penghitungan spora dengan mikroskop perbesaran 10 kali Gambar 3 Prosedur isolasi dan penghitungan jumlah spora

3.4.7 Persen infeksi FMA

Persen Infeksi FMA merupakan data yang untuk melihat efektivitas Inokulum FMA dalam menginfeksi akar. Menurut Setiadi et al. 1992, pengukuran persen infeksi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Beberapa contoh akar diambil, dicuci dengan air biasa untuk melepaskan semua miselium luar. 2. Bagian akar muda serabut diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan direndam dalam larutan KOH 2,5, dibiarkan selama semalam atau akar sampai berwarna kuning bersih. 3. Setelah akar berwarna kuning bersih larutan KOH 2,5 dibuang dan akar dibilas dengan air. 4. Akar diasamkan dengan HCl 2, dibiarkan semalam atau sampai akar berwarna kuning jernih. 5. HCl 2 dibuang, diganti dengan larutan staining gliserol, asam laktat dan aquades dengan perbandingan 2 : 2 : 1 dan ditambah trypan blue sebanyak 0,05 , kemudian dibiarkan semalam. 6. Larutan staining dibuang dan diganti dengan larutan destaining larutan staining tanpa trypan blue dan dibiarkan semalam. 7. Akar kemudian dipotong-potong sepanjang 1 cm, lalu disusun pada gelas objek 1 gelas objek untuk 10 potong akar, selanjutnya diamati dengan mikroskop. 8. Jumlah akar yang terinfeksi FMA dari 10 potong akar tersebut dicatat. Penampakan struktur hifa internal, spora, vesikula, dan arbuskula merupakan suatu indikasi bahwa contoh akar tersebut telah terinfeksi oleh FMA. 9. Persen akar terinfeksi dihitung berdasarkan rumus : Akar Terinfeksi = Σ Bidang Pandang Akar Terinfeksi x 100 Σ Bidang Pandang Akar yang Diamati

3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data