I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanasan global merupakan salah satu penyebab dari perubahan iklim dunia. Salah satu penyebab terjadinya pemanasan global adalah pencemaran
udara terutama oleh gas-gas emisi seperti CO
2
, CH
4
dan N
2
O, gas-gas tersebut memiliki sifat seperti kaca yakni dapat meneruskan radiasi gelombang pendek
yang berasal dari sinar matahari, mampu menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjangradiasi balik yang berasal dari pancaran bumi yang memiliki
bersifat panas, sehingga suhu atmosfer bumi menjadi meningkat. Sebagian besar negara-negara di seluruh dunia berusaha untuk mengatasinya secara bersama-
sama. Wujud usaha yang dilakukan yaitu dihasilkannya protokol kyoto pada tahun 1997. Protokol kyoto merupakan implementasi konvensi perubahan iklim
diantara negara-negara yang memiliki kepedulian terhadap dampak perubahan iklim yang terjadi. Di dalam protokol kyoto telah disepakati bahwa negara-
negara maju yang tergolong dalam kelompok Annex 1 harus mengurangi emisi gas rumah kaca paling sedikit sebesar 5 dari tingkat emisi yang dicapai pada
tahun 1990. Kewajiban negara-negara maju dalam menekan emisi di negaranya dapat dilakukan dengan mekanisme pembangunan bersih atau CDM Clean
Development Mechanism. Mekanisme ini hanya diikuti oleh negara-negara maju dan berkembang. Mekanisme ini memungkinkan negara maju melakukan
investasi di negara berkembang pada berbagai sektor untuk mencapai target penurunan emisinya.
Penyebab lain adalah pertumbuhan penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi terhadap peningkatan seluruh sektor kebutuhan hidup
termasuk kebutuhan akan lahan. Usaha pemenuhan kebutuhan tersebut mendorong terjadinya pembukaan hutan untuk lahan pertanian, pemukiman
maupun industri. Perubahan penggunaan lahan ini menyebabkan penurunan karbon tersimpan pada suatu ekosistem, karena adanya kehilangan yang cepat dari
biomas di atas permukaan tanah dan penurunan secara gradual pada bahan organik tanah.
Dampak konversi hutan ini baru terasa apabila diikuti dengan degradasi tanah dan hilangnya vegetasi, serta berkurangnya proses fotosintesis akibat
munculnya lahan yang dipenuhi bangunan-bangunan dan aspal sebagai pengganti tanah atau rumput. Meskipun laju fotosistesis pada lahan pertanian dapat
menyamai laju fotosintesis pada hutan, namun jumlah karbon yang terserap lahan pertanian jauh lebih kecil. Selain itu, karbon yang terikat oleh vegetasi hutan akan
segera dilepaskan kembali ke atmosfer melalui pembakaran, dekomposisi sisa panen maupun pengangkutan hasil panen. Masalah utama yang terkait dengan alih
guna lahan adalah perubahan jumlah karbon tersimpan yang semakin lama semakin berkurang.
Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu cara yang efektif dalam melakukan pemantauan perubahan penggunaan lahan dari waktu ke waktu.
Integrasi data lapang dan data spasial perubahan penggunaan lahan dari tahun 1989 sampai tahun 2007 akan memberikan referensi untuk mengetahui seberapa
besar perubahan karbon tersimpan diatas dan dibawah tanah pada suatu penutupanpenggunaan lahan.
1.2 Tujuan