92
5.6.1. Pergerakan Air dalam Tanah
Pergerakan dan distribusi air dalam tanah di lahan kering merupakan informasi penting untuk konservasi air maupun pengelolaan tanah. Pada sistem
lahan kering, pergerakan air dalam tanah penting untuk meresapkan air hujan sebanyak-banyaknya dan mendistribusikannya. Peresapan air sebanyak-
banyaknya penting untuk konservasi air agar tidak menimbulkan aliran permukaan di lahan miring yang pada gilirannya mengakibatkan erosi, atau
menimbulkan genangan di lahan datar yang dapat menyebabkan surface sealing dan surface crusting bila kering kembali. Namun konservasi air di lahan kering
juga perlu mempertimbangkan air untuk dapat tersimpan di zona perakaran agar dapat dimanfaatkan tanaman. Berdasarkan data yang telah ditampilkan di depan,
maka untuk mencapai perimbangan antara air hujan yang masuk ke dalam tanah dan kemudian keluar dari zona perakaran dengan air untuk ketersediaan bagi
tanaman, maka perlu pengelolaan tanah sehingga terjadi perimbangan antara fluks aliran air, laju perubahan storage, dan kapasitas retensi air maksimum tanah.
Untuk memperoleh cara pengelolaan tanah yang tepat tersebut, perlu adanya penelitian dengan menggunakan berbagai macam perlakuan pada suatu lahan yang
mendapatkan curah hujan tertentu. Menurut
Shipitalo et al., 1990; Edward et al., 1992; dan Sugita et al., 2004,
pergerakan air dalam tanah akibat hujan yang terjadi secara berulang, selain dipengaruhi oleh sifat hujannya, juga dipengaruhi oleh karakter pori dalam tanah.
Seperti telah disebutkan di depan, karakter pori dalam tanah sangat menentukan pergerakan air secara jenuh dan tak jenuh maupun dalam meretensi air.
Berdasarkan kurva pada Gambar 7, untuk konservasi dan ketersediaan air bagi tanaman di lahan kering suatu wilayah, perlu dilakukan pengelolaan tanah agar
kurva lebih mendatar sampai curah hujan pada nilai yang mendekati peluang kejadian 20 . Fluks aliran air mencapai maksimum negatif besar diharapkan
terjadi setelah hujan dengan peluang di bawah 20 . Dengan demikian dapat diharapkan 80 hujan yang terjadi dapat masuk ke dalam tanah. Begitu juga
laju perubahan storage maksimum dapat tercapai pada curah hujan 80 tersebut. Berdasarkan Gambar 7 dan Gambar 10, maka perlu adanya penelitian
93
tentang pengelolaan tanah agar tercapai perimbangan antara nilai fluks aliran air dan laju pergerakan air transient dengan curah hujan hingga peluang kejadian
hujan 20 , agar tercapai ketersediaan dan konservasi air secara maksimum. Hal tersebut dapat dilakukan misalnya dengan melalui penambahan bahan organik
ke dalam tanah, lubang resapan biopori, dan berbagai teknik konservasi tanah dan air yang lain.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fluks aliran air meningkat dengan makin besarnya ruang pori air mobil. Hubungan tersebut menunjukkan
bahwa ruang pori air mobil yang berperan adalah ruang pori air mobil yang berada pada potensial air - 0,33 bar. Ruang pori tersebut sangat baik untuk ketersediaan
air bagi tanaman. Untuk lebih meningkatkan air agar terkonservasi, maka perlu adanya pengelolaan tanah agar ruang pori air mobil yang berada pada potensial
- 0,33 bar ruang pori drainase dapat meningkat. Untuk mendapatkan cara pengelolaan yang tepat agar tercapai proporsi pori untuk konservasi maupun
untuk ketersediaan air bagi tanaman, perlu dilakukan penelitian dengan berbagai macam perlakuan. Selain itu, penelitian seperti ini sangat baik dilakukan pada
daerah lain yang memiliki sebaran curah hujan berbeda agar dapat diketahui karakter pori yang mempengaruhi fluks aliran air; sehingga dapat digunakan
sebagai saran untuk pengelolaan tanah selanjutnya dalam usaha konservasi dan ketersediaan air bagi tanaman.
Dengan mengetahui laju aliran air transient laju perubahan storage suatu tanah, maka dengan menggunakan pendekatan neraca air, maka dapat diprediksi
kebutuhan air irigasi tiap hari sebagai berikut: d
θdt = P – ET – DI ........................................21 di mana: d
θdt = laju perubahan storage mmhari P = presipitasi curah hujan mm
ET = evapotranspirasi mm D = drainaseperkolasi mm
I = Irigasi mm Apabila curah hujan yang ada berlebih maka akan terdrainase, tetapi apabila curah
hujan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi dan laju
94
perubahan storage maka perlu ditambahkan irigasi. Laju aliran transient dapat ditingkatkan nilainya maupun ditingkatkan nilai maksimumnya sampai curah
hujan yang lebih tinggi Gambar 10, melalui perbaikan karakteristik pori dalam tanah, misalnya dengan penambahan bahan organik, sehingga kemampuan tanah
meretensi air meningkat. Penambahan bahan organik ke dalam tanah telah banyak terbukti dapat
meningkatkan ketersediaan air dalam tanah melalui peningkatan kadar air pada kondisi kapasitas lapang Lal dan Shukla, 2004 maupun meningkatkan agregasi
tanah sehingga dapat meningkatkan jumlah pori struktural yang terdapat dalam makroagregat. Oleh karena itu, penambahan bahan organik perlu dilakukan pada
lahan yang memiliki pori mikro lebih dominan, agar pergerakan air lebih cepat dan aerasi tanah tercukupi. Karena sifat bahan organik yang multifungsi, maka
penambahan bahan organik juga sangat disarankan untuk lahan kering dalam rangka adaptasi terhadap kekeringan di musim kemarau Bot dan Benites, 2005.
5.6.2. Kadar Hara dalam Tanah