IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis
Lokasi penelitian terletak di desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Secara geografis desa tersebut terletak antara 106
o
45’0” BT – 106
o
45’30” BT dan antara 06
o
30’0” LS – 06
o
30’30” LS.
4.2. Iklim
Berdasarkan data dari stasiun klimatologi Pangkalan TNI-AU Atang Senjaya Bogor tahun pengamatan 1994-2005 Lampiran 6, daerah penelitian memiliki
curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3470 mmtahun. Suhu udara rata-rata bulanan tidak menunjukkan variasi yang besar, yaitu antara 25,6
o
C sampai 26,8
o
C dengan suhu maksimum 31,4
o
C dan suhu minimum 21,1
o
C. Kelembaban udara rata-rata bulanan antara 76,9 sampai 84,3 . Kecepatan angin rata-rata
antara 2,0 – 5,6 kmjam, dan lama penyinaran matahari antara 51,4 minimum dan 69,7 maksimum.
Menurut klasifikasi iklim Schmith dan Ferguson, daerah penelitian memiliki tipe iklim A basah dengan jumlah bulan basah BB, bulan dengan
curah hujan 100 mm 11 bulan terjadi pada bulan September sampai Juli, dengan satu bulan lembab 60 mm curah hujan 100 mm terjadi pada bulan
Agustus. Menurut sistem klasifikasi Oldeman, daerah ini termasuk tipe iklim B1 dengan jumlah bulan basah bulan dengan curah hujan 200 mm terjadi pada
bulan Oktober sampai dengan Mei, bulan lembab 100 mm curah hujan 200 mm terjadi pada bulan Juni, Juli, dan September, serta bulan kering curah hujan
100 mm terjadi pada bulan Agustus. Neraca air bulanan menurut Thornthwaite dan Mather 1957 di lokasi penelitian berdasar penyebaran curah hujan tahun
pengamatan 1994 - 2005 ditampilkan pada Gambar 4 dan Lampiran 7. Neraca air bulanan pada lahan di lokasi penelitian menunjukkan terjadi
defisit sebesar 9 mm pada bulan Agustus, tidak terjadi surplus maupun defisit pada bulan September, dan terjadi surplus pada bulan Oktober sampai Juli sebesar
44
1383 mm. Defisit terjadi karena kadar air tanah tidak cukup lagi untuk proses evapotranspirasi potensial. Menurut Thornthwaite dan Mather 1957, apabila
evapotranspirasi yang terjadi lebih rendah dari evapotranspirasi potensial, maka dalam tanah dianggap terjadi defisit air. Walaupun kadar air tanah selama bulan
Agustus masih jauh di atas titik layu permanen, menurut kriteria yang ditetapkan oleh Allen et al. 1998 Lampiran 5, kadar air minimum tersedia bagi tanaman
jagung manis di lokasi penelitian adalah sebesar 178,5 mm. Adapun menurut USDA 1991 Lampiran 8, kadar air pada bulan Agustus telah dapat
menurunkan produksi tanaman, karena kadar air tanah minimal untuk pertumbuhan optimum tanaman menurut USDA 1991 adalah 80 air tersedia
204 mm.
Neraca air mingguan menurut Thornthwaite dan Mather 1957 selama waktu penelitian ditampilkan pada Gambar 5 dan Lampiran 9. Karena lahan
penelitian merupakan lahan kering yang relatif datar, maka aliran permukaan besarnya nol. Semua air hujan yang merupakan surplus dalam neraca air menjadi
air drainase dalam D yang bergerak ke bawah ke luar zona perakaran. Air hujan yang jatuh di permukaan tanah langsung masuk ke dalam tanah sebagai infiltrasi,
Ket: Chef = curah hujan efektif, ETP = evapotranspirasi potensial, ETA = evapotranspirasi actual
Gambar 4. Neraca air lahan bulanan di lokasi penelitian
Neraca air bulanan di lokasi penelitian
100 200
300 400
Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Waktu bulan
C H
e f,
ET P
, ET A
m m
CHef ETP
ETA
45
sedangkan sisanya menjadi genangan sementara di atas permukaan tanah menunggu sampai terinfiltrasi semua dan sebagian terevaporasi. Air yang
terdrainase, keluar dari zona perakaran. Air dari zona di bawah perakaran tersebut dapat bergerak kembali ke lapisan atas sebagai aliran tak jenuh apabila kadar air
di lapisan atas lebih rendah daripada lapisan bawah. Pada lahan kering, keadaan ini dapat terjadi hanya pada hari-hari tanpa hujan akibat evaporasi di
permukaan tanah. Air yang bergerak ke atas tersebut umumnya terjadi pada potensial
yang relatif rendah sehingga tidak tersedia bagi tanaman, tetapi hanya
cukup untuk pengisian pori bagi kebutuhan evaporasi. Air dari aliran kapiler yang dapat tersedia bagi tanaman hanya apabila berasal dari zona jenuh yang relatif
dangkal di bawah zona perakaran atau lapisan bawah yang relatif mendekati jenuh akibat pergerakan ke lapisan bawah sangat lambat dan pergerakan ke atas
lebih mungkin untuk terjadi.
4.3. Tanah dan Topografi