2 Kapal yang dibangun dengan material yang berbeda mempunyai karakteristik yang berbeda. Dengan kata lain, berbeda jenis material yang dipakai membangun
kapal, akan berbeda pula keragaan teknis kapal yang dihasilkan. 3 Kapal fiberglass yang dibangun secara konvensional tanpa perhitungan kekuatan
struktur konstruksi dan ketebalan plat, dapat menjadi penyebab tingginya biaya pembuatan kapal akibat pemborosan material atau sebaliknya.
4 Pembangunan kapal yang tidak didasari dengan perhitungan arsitek perkapalan naval architecture melainkan hanya berpatokan pada keterampilan turun-
temurun, akan menghasilkan kualitas unjuk kerja kapal yang tidak akurat. 5 Datainformasi tentang kelayakan desain kapal ikan
yang sesuai dengan alat dan metode penangkapan, serta kondisi perairan dan jenis ikan yang menjadi
tujuan penangkapan, belum tersedia. 6 Desain kapal fiberglass yang diadopsi langsung dari rancangan kapal tradisional
tanpa dilakukan penyempurnaan, bentuknya seringkali tidak simetris.
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk: 1 Mengkaji kesesuaian desain kapal pancing tonda dilihat dari rasio dimensi utama
dan coefficient of fineness kapal dengan metode pengoperasian alat tangkap. 2 Mengkaji kualitas stabilitas dan kecepatan kapal pancing tonda dalam berbagai
kondisi distribusi muatan. 3 Menemukan desain bentuk dan tata ruang kapal fiberglass yang ideal sebagai
kapal pancing tonda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan armada perikanan pancing tonda di Kabupaten Buton dan daerah lain yang mempunyai masalah perikanan yang
sama, dan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa karakteristik desain kapal-kapal fiberglass modifikasi dapat meningkatkan kualitas unjuk kerja
kapal penangkap tuna dan cakalang dengan alat tangkap pancing tonda.
1.5 Kerangka Pemikiran
Potensi sumberdaya tuna dan cakalang di perairan Kabupaten Buton belum
dimanfaatkan secara optimal. Belum optimalnya pemanfaatan ini disebabkan karena
armada penangkapan ikan masih didominasi oleh kapal-kapal atau perahu motor berukuran kecil dengan jangkauan operasional yang terbatas. Hal ini menyebabkan
terjadinya ketimpangan pemanfaatan sumberdaya ikan antara pesisir dan lepas pantai yang selanjutnya berdampak pada rendahnya hasil tangkapan nelayan. Pemanfaatan
yang optimal dapat dilakukan apabila kemampuan armada penangkap ikan lebih ditingkatkan melalui penyempurnaan desain kapal, termasuk di antaranya pemilihan
material konstruksi yang tepat. Konstruksi kapal pancing tonda yang dibangun para pengrajin di Kabupaten
Buton umumnya terbuat dari kayu. Pemilihan material ini dianggap lebih murah dan mudah dikerjakan berdasarkan pengalaman turun-temurun. Kayu yang diambil untuk
konstruksi kapal pancing tonda terdiri dari jenis-jenis yang berdiameter besar sesuai ukuran kapal yang dibangun. Permintaan kapal pancing tonda yang semakin meningkat
maka ekploitasi terhadap jenis kayu ukuran tertentu juga akan semakin meningkat. Jika kondisi ini terjadi dalam kurun waktu yang lama dan tidak dicarikan alternatif pengganti
dengan material lain dapat dipastikan akan mengancam kelangsungan sumberdaya hutan maupun upaya pengembangan sarana tangkap khususnya armada perikanan skala kecil di
daerah ini. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah dengan jalan mengkonversi penggunaan material kayu dengan fiberglass. Material ini diakui lebih mahal dibanding
kayu, namun bila dilihat dari beberapa keunggulan yang dimiliki kapal fiberglass seperti kekuatan material, umur pakai, bobot kapal dan lain-lain, maka secara finansial akan
lebih menguntungkan nelayan. Permasalahan
yang sering dihadapi dalam pembangunan kapal fiberglass ini
adalah minimnya pengetahuan pengrajin dalam mendesain konstruksi kapal yang sesuai dengan peruntukannya. Kebanyakan pengrajin tidak menguasai perhitungan
tentang ketebalan plat dan struktur konstruksi yang memadai sehubungan dengan penggunaan material dan kekuatan kapal yang dibangun. Hal ini dapat mempengaruhi
efisiensi penggunaan material, bahkan terhadap efektivitas unjuk kerja kapal di laut.
Desain kapal dengan material yang kuat, bentuk lambung memanjang bebas, plat yang kedap dan licin, tahanan bentuk di bawah air minimum, olah gerak dengan
radius putaran yang kecil, stabilitas yang baik, kecepatan dan daya apung yang tinggi, hemat dalam pemakaian bahan bakar, dan sanggup menghadapi kondisi alam yang
kurang bersahabat, sangat diharapkan para pengguna agar operasi penangkapan ikan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk menemukan desain kapal fiberglass yang layak untuk dikembangkan sebagai kapal pancing tonda menggantikan generasi kapal kayu.
Secara garis besar rangkaian penelitian ini terdiri dari lima tahapan utama yaitu: tahap identifikasi, tahap konversi material, tahap kaji banding dan evaluasi, tahap
modifikasi dan redesain, dan tahap konstruksi dan aplikasi. 1 Tahap identifikasi; dilakukan melalui survei lapangan untuk mendapatkan data
dan informasi sehubungan dengan pengembangan teknis desain kapal pancing tonda khususnya material fiberglass.
2 Tahap konversi material; dilakukan untuk mendapatkan kapal fiberglass yang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama dengan kapal kayu, untuk dijadikan
pasangan kapal pancing tonda sampel yang sepadan dalam setiap pengkajian. 3 Tahap kaji banding dan evaluasi; tahap ini dilakukan untuk mengetahui
kelemahan dan keunggulan kapal baik kayu maupun fiberglass. Bila hasil kaji banding ternyata kapal fiberglass memiliki kelemahan dibanding kapal kayu,
maka tahap berikutnya dilakukan modifikasi dan redesain. 4 Tahap modifikasi dan redesain; tahap ini merupakan tahap penyempurnaan
terhadap kapal fiberglass agar memiliki karakteristik yang lebih unggul atau minimal sama dengan kapal kayu. Modifikasi dilakukan dengan merubah bentuk
lambung dan meredesain rancangan umum. Hasil modifikasi tersebut kemudian dievaluasi untuk mengetahui keunggulannya sebelum dikonstruksikan.
5 Tahap konstruksi dan aplikasi; merupakan tahap akhir yang dilakukan setelah evaluasi kapal modifikasi menunjukkan perubahan karakteristik yang lebih baik
dibanding sebelum dimodifikasi dan diredesain. Pekerjaan konstruksi dilakukan dengan membuat gambar lines plan berdasarkan nilai tabel offset kapal modifikasi,
kemudian ditransfer ke dalam bentuk mould untuk mencetak kapal fiberglass, untuk selanjutnya diaplikasikan kepada nelayan pengguna.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap beberapa karakteristik seperti stabilitas dan kecepatan yang
dimiliki pasangan kapal kayu dan kapal fiberglass untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan masing-masing kapal. Hal ini penting dilakukan untuk menemukan desain
kapal pancing tonda yang bukan saja laik laut tetapi juga laik tangkap. Secara sederhana kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Diagram alir kerangka pikir penelitian Kapal kayu
KAJI BANDING DAN EVALUASI Stabilitas dan kecepatan
KONSTRUKSI DAN APLIKASI Kapal FRP
Pengumpulan data dimensi utama, bentuk lambung, rancangan umum, jenis dan daya mesin penggerak
Kapal FRP lebih unggul
dari kayu ? KONVERSI MATERIAL
Pengelompokkan data kapal berdasarkan jenis dan daya mesin inboard dan outboard
Pemilihan bentuk dan dimensi kapal yang dominan pada kapal inboard dan outboard
Cetakan moulded
tidak
ya
MODIFIKASI REDESAIN
IDENTIFIKASI
Desain tradisional kapal pancing tonda Kabupaten Buton
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kapal Perikanan