Kecepatan Kapal 5 Stabilitas Kapal

tetap atau cenderung bergerak bergantung pada frekuensi, panjang dan amplitudo gelombang Gillmer dan Johnson 1982. Pusat gaya apung, yang posisinya bergantung pada kemiringan waterplan pada tiap draft, akan meninggalkan vertical line melewati pusat gaya berat jika waterline cenderung naik. Bhattacharya 1978 memberikan acuan periode oleng untuk berbagai jenis kapal laut dimana untuk kapal perikanan ditentukan antara 5,5 – 7,0 detik. Selanjutnya dikatakan bahwa daerah pengoperasian dianggap aman jika periode oleng kapal lebih cepat dibandingkan periode gelombang, dan dianggap berbahaya jika periode oleng kapal lebih lambat dibandingkan periode gelombang. Gambar 4 Enam gerakan bebas kapal di laut

2.6 Kecepatan Kapal

Kecepatan kapal selain dipengaruhi oleh bentuk badan kapal juga dipengaruhi oleh tenaga penggerak yang digunakan Fyson 1985. Ukuran utama, koefisien kemontokan, trim, jenis mesin dan sebagainya merupakan faktor yang menentukan kecepatan kapal Nomura 1975. Kecepatan kapal biasanya dinyatakan dengan satuan knot atau mil laut per jam 1 knot = 1 mil laut per jam, 1 mil laut = 1.852 m. Pemakaian tenaga penggerak tergantung GT kapal dan jenis alat tangkap yang digunakan. Besarnya tenaga penggerak dari mesin yang dipakai menentukan kecepatan kapal, sehingga tenaga penggerak perlu diperhitungkan sesuai dengan keadaan dan fungsi kapal. Satuan tenaga penggerak adalah tenaga kuda horse Rolling Heaving Swaying Yawing Pitching Surging Sumber: Lioyd 1989 z y x power, HP, satu HP sama dengan 75 Kg-m per detik atau sama dengan 632 K kal per jam, sedangkan besar HP suatu mesin dapat ditentukan dengan rumus: HP = C.D 2 .N Keterangan : D = diameter silinder mesin cm N = jumlah silinder mesin C = konstanta lihat Tabel 1. Tabel 1 Hubungan diameter silinder D dan konstanta C No Jenis mesin Diameter silinder, D cm Konstanta, C 1 Semi diesel engine D 20 0.037 20 D 35 0.042 D 35 0.045 2 Diesel engine D 22 0.062 22 D 26 0.066 D 26 0.070 3 Electric ignition engine: - 2 cycle - 0.038 - 4 cycle - 0.044 Sumber: Ayodhyoa 1972. Hubungan antara tenaga mesin HP dan kecepatan kapal knot dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: 3 V = √ IHP x CΔ 23 Keterangan : V = Kecepatan kapal knot Δ = Displacement C = Admiralty coefficient IHP = Indicated horse power besarnya = 1,25 HP Berdasarkan rumus di atas ternyata kecepatan kapal dipengaruhi langsung oleh besarnya kekuatan mesin kapal yang dipakai. Pemakaian mesin yang sesuai sangat penting untuk efisiensi eksploitasi kapal ikan. Mesin yang terlalu besar memerlukan biaya yang lebih besar, pemakaian bahan bakar yang banyak serta pemeliharaan yang lebih besar. Sebaliknya, mesin yang terlalu kecil akan dapat menghasilkan pekerjaan yang mengecewakan. Oleh karena itu, kekuatan suatu tipe mesin haruslah seimbang dengan ukuran, bentuk dan jenis kapal. Mesin yang sesuai dengan kapal jika digunakan dan dipelihara dengan baik akan menghasilkan pekerjaan yang efisien dan tidak banyak mengalami kesulitan. Hubungan kecepatan kapal dan panjang kapal dapat ditentukan dengan nilai speed length ratio SLR, yaitu : V SLR = --------- L Keterangan : V = kecepatan kapal knot L = panjang kapal feet, 1 feet = 0.3048 meter. Dengan demikian didapatkan nilai SLR untuk kecepatan rendah, normal economical speed dan kecepatan tinggi masing-masing 0.80, 1.00, dan 1.20 Nomura 1975. Besarnya tenaga mesin yang menggerakkan kapal pada kecepatan normal menurut Nomura 1975 dapat dihitung dengan mengaplikasikan admiralty coefficient C, yaitu : Δ 23 V 3 Δ 23 V 3 C = ----------, ---------- IHP = ---------- IHP C Keterangan : C = admiralty coefficient 60 - 100 Δ = displacement V = kecepatan kapal knot Dalam penentuan HP dikenal beberapa istilah, yaitu: indicated horse power IHP, tenaga pertama yang dihasilkan untuk menggerakkan silinder; brake horse power BHP, tenaga yang digunakan untuk memutar poros baling-baling; shaft horse power SHP, tenaga yang digunakan untuk memutar baling-baling; dan effective horse power EHP, tenaga yang menggerakkan kapal. Hubungan antara horse power ini adalah: BHP = 0.80 IHP, SHP = 0.94 BHP, EHP = 0.23 SHP dan EHP = 0.173 IHP. Nilai perbandingan BHP dan IHP dikenal sebagai rendemen mekanis yang besarnya untuk marine diesel engine adalah 79 - 83. Berkurangnya nilai HP mesin antara lain disebabkan oleh hilangnya tenaga untuk peralatan mesin sebesar 2, pada poros baling- baling 4, akibat melawan arus sebesar 2,5 Handriyanto 1982.

2.7 Pemakaian Bahan Bakar Minyak