pH 6,5 – 8,5, DO 5,11 – 6,0 ppm, nitrat 0,025 – 0,039 ppm, posfat 0,015 – 0,028 ppm. Sedangkan di kawasan Buton bagian utara meliputi Kecamatan Lasalimu,
Kapontori, Gu, Lakudo, Sangiawambulu, Mawasangka Timur, Mawasangka Tengah, Mawasangka dan Talaga Raya, suhu air antara 26 – 33,5
o
C, kecerahan 2,8 – 11 m, kecepatan arus permukaan 0,02 – 0,14 mdetik, salinitas 27,5 – 35
ppt, pH 6,5 – 8, DO 3 – 6,5 ppm, nitrat 0,01 – 0,04 ppm, fosfat 0,02 – 0,029 ppm. Kedalaman perairan di Kabupaten Buton umumnya bervariasi antara satu
wilayah dengan wilayah lainnya, bahkan di sekitar Batuatas dan Siompu kedalam dapat mencapai 2.029 meter.
4.3 Kondisi Sumberdaya Perikanan
Kabupaten Buton merupakan daerah kepulauan dengan wilayah laut yang begitu luas dibanding daratan, di dalamnya terkandung potensi perikanan
yang sangat beragam. Selain memiliki potensi sumberdaya perikanan laut seperti ikan pelagis besar tuna, cakalang, pelagis kecil layang, tongkol dan teri, ikan
demersal lencam, babarakueh, ikan karang kerapu, napoleon, lobster, moluska, kerang mutiara dan rumput laut, perairan ini juga mempunyai prospek
bagi pengembangan potensi wisata bahari. Beberapa ekosistem yang memiliki potensi sumberdaya perikanan cukup
tinggi di wilayah pesisir antara lain meliputi ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun dan ekosistem hutan bakau. Salah satu ekosistem yang
belum banyak diusahakan adalah ekosistem lepas pantai. Umumnya ikan-ikan yang berada di perairan ini bermigrasi cukup jauh seperti tuna, cakalang, tengiri,
dan sebagainya. Sedangkan ikan pelagis kecil seperti layang, kembung merupakan ”shared stock” karenanya usaha pengelolaan jenis-jenis ini harus
dilakukan secara terpadu dengan daerah-daerah lain. Produksi perikanan Kabupaten Buton dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan. Pada tahun 2005 produksi perikanan tercatat sebesar 104.914,88 ton yang terdiri dari perikanan tangkap sebesar 89.842,28 ton dan budidaya laut
15.072,60 ton, pada tahun 2007 naik menjadi 138.686,47 ton yang terdiri dari perikanan tangkap sebesar 119.825,63 ton dan budidaya laut 18.860,84 ton,
dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 16,1.
4.4 Sumberdaya Pelagis Besar
Pengelompokan sumberdaya ikan pelagis besar adalah jenis ikan yang hidup di permukaan, di perairan lepas pantai, mengadakan ruaya jarak jauh
dengan kecepatan 27 kmjam sampai yang cepat 75 kmjam, dapat hidup pada kedalaman laut 40 meter bahkan sampai 200 meter. Termasuk di antaranya
adalah madidihang Thunnus albacares, mata besar Thunnus obesus, albacora Thunnus alalunga, sirip biru Thunnus macoyii, dan abu-abu, long tail tuna
Thunnus tonggol serta ikan pelagis ukuran sedang seperti cakalang Katsuwonus pelamis, tongkol Euthynnus affinis dan lisong Auxis rochel.
Jenis-jenis ikan pelagis besar yang banyak ditangkap dengan pancing tonda di Kabupaten Buton adalah madidihang Thunnus albacares dan cakalang
Katsuwonus pelamis, sedangkan jenis-jenis lainnya seperti diantaranya mata besar Thunnus obesus dan sirip biru Thunnus macoyii, sangat jarang
tertangkap.
4.5 Sumberdaya Pelagis
Kecil
Jenis ikan pelagis kecil adalah jenis-jenis ikan yang berada di sekitar permukaan laut atau di bagian bawahdekat permukaan maupun di lapisan
tengah laut, berenang bergerombol atau sendiri-sendiri. Jenis ikan ini umumnya berada di perairan pantai dan dapat beruaya ke daerah lainnya tetapi tidak
sejauh ikan pelagis besar. Pada umumnya jenis ikan ini dieksploitasi oleh nelayan tradisional dengan alat tangkap yang sangat sederhana. Tingkat pengusahaan
ikan pelagis ini relatif masih kecil dibanding dengan pengusahaan ikan pelagis besar di perairan Kabupaten Buton.
4.6 Sumberdaya Demersal