40
Gambar 6. Diagram alir penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan terdiri dari 5 tahapan. Tahap yang pertama peremajaan dan penyediaan stok ganggang mikro media BG 11. Tahap kedua
yaitu kultivasi pada skala laboratorium dan di scale up pada skala lapang pada kolam kanal dalam media terpilih. Tahap ketiga pemanenan dan pengeringan.
Tahap empat produksi biomassa ganggang mikro, tahap lima proses pembuatan etanol dari karbohidrat ganggang mikro terpilih dan tahap enam proses pembuatan
etanol dari biomassa ganggang mikro terpilih.
3.3.1. Seleksi dan Peremajaan Ganggang Mikro
Seleksi ganggang mikro ICBB-CC air tawar bertujuan untuk mendapatkan jenis ganggang mikro dari alam untuk dikultivasi secara murni. Tahapan
peremajaan diawali dengan mempersiapkan media BG 11 Hu et al. 2000 tersaji pada Tabel 8.
Tabel 8. Komposisi media BG 11
Media BG 11 Komposisi gL
NaNO
3
p.a 1.5
K
2
HPO
4
p.a 0.04
MgSO
4
.7H
2
O p.a 0.02
CaCl
2
.2H
2
O p.a 0.036
Citric Acid p.a 0.006
Fe ammonium Citrate 0.006
EDTA p.a 0.001
Na
2
CO
3
p.a 0.075
Trace Metal 1 ml
Komposisi Trace Metal H
3
BO
3
2.86 MnCl
2
.4H
2
O 1.81
ZnSO
4
.7H
2
O 0.222
Na
2
MoO
4
.2H
2
O 0.079
CuSO
4
.5H
2
O 0.39
Karakterisasi etanol
Confidential
41 CoNO
3 2
.6H
2
O 0.049
Sebanyak 2 ml isolat ganggang mikro diinokulasikan ke dalam 50 ml media BG11 dalam botol bening berukuran ± 100 ml. Selanjutnya dilakukan proses
inkubasi selama 3 minggu dengan cara digoyang shaker untuk mencegah pengendapan sel dan diberi cahaya lampu TL tube lamp 40 Watt secara terus
menerus serta suhu ruangan 27-30
o
C. Selama inkubasi dilakukan pengukuran kadar biomassa pertumbuhan dengan cara mengukur optik density OD
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm OD
620nm
. Seleksi ganggang mikro berdasarkan kecepatan tumbuh dan kondisi pertumbuhan.
Peremajaan untuk mendapatkan ganggang mikro terseleksi pada penelitian tahap 1 tersaji pada Gambar 7.
Gambar 7. Penelitian tahap 1 peremajaan ganggang mikro
3.3.2. Tahapan Kultivasi
Kultivasi ganggang
mikro diawali
seleksi media
dengan tujuan
mendapatkan media yang mempunyai laju pertumbuhan terbaik. Media yang digunakan adalah BG 11, PHM dan MBM. Tahapan kultivasi ini dilakukan agar
ganggang mikro terseleksi dapat tumbuh dengan baik untuk mendapatkan biomassa yang cukup untuk digunakan pada tahap uji selanjutnya. Kultur biakan
ganggang mikro diberi aerasi supaya tidak terjadi pengendapan dan diberi cahaya
Ganggang mikro ICBB
Peremajaan ganggang mikro dalam media BG 11
Seleksi ganggang mikro
Confidential
42
lampu TL 2 x 40 Watt terus menerus. Komposisi media PHM Borowitzka 1988 dan media MBM tersaji pada Tabel 9.
Pertumbuhan sel untuk mendapatkan jumlah biomassa diukur berdasarkan OD optical density setiap 24 jam dengan menggunakan spektrofotometer
PharmaSpec UV-1700 SHIMADZU pada panjang gelombang 660 nm Lee et al. 1998. Kultivasi dilakukan dengan memindahkan 20 kultur segar ganggang
mikro ke dalam 50 ml media BG 11, PHM dan MBM. Kultivasi dilakukan pada tiga media BG 11, PHM dan MBM pada suhu ruang di bawah penyinaran lampu
pada selang 500-2000 lux dengan pemberian aerasi. Produktivitas biomassa diukur berdasarkan nilai OD, selama periode pertumbuhan hingga 27 hari, yang
menghasilkan nilai OD 0.5, pada panjang gelombang 620 nm.
Tabel 9. Komposisi media PHM dan MBM
Media PHM Komposisi
mgL Media MBM
Komposisi mgL
KNO
3
1000 NH
4 2
SO
4
2500 K
2
HPO
4
200 K
2
HPO
4
75 MgSO
4
.7H
2
O 200
MgSO
4
7H
2
O 75
FeCl
2
.6H
2
O 0,025
CaCl
2
1000 Citric Acid
- NaCl
100 C
6
H
8
FeNO
7
- C
6
H
8
FeNO
7
6 EDTA
0,019 EDTA
1 Na
2
CO
3
p.a -
TSP 245
Trace Metal 1 ml
Trace Metal 1 ml
Komposisi trace metal Komposisi Trace Metal
H
3
BO
3
0,016 H
3
BO
3
2860 MnCl
2
.4H
2
O 0,038
MnCl
2
.4H
2
O 1810
ZnSO
4
.7H
2
O 0,002
ZnSO
4
.7H
2
O 222
Na
2
MoO
4
.2H
2
O -
Na
2
MoO
4
.2H
2
O 79
CuSO
4
.5H
2
O 0.006
CuSO
4
.5H
2
O 390
CoCl
2
.6H
2
O 0.006
CoNO
3 2
.6H
2
O 49
3.3.3 . Identifikasi Ganggang Mikro
Penelitian tahap 2, identifikasi dilakukan untuk mengetahui galur ganggang mikro terpilih yang digunakan selama proses penelitian Gambar 8.
Identifikasi ganggang mikro yang utama didasarkan pada karakteristik morfologi umum menggunakan mikroskop perbesaran 400 x serta sifat-sifat selular seperti:
sifat pigmen fotosintetik; struktur sel dan flagela yang dibentuk oleh sel-sel yang
Confidential
43
bergerak. Proses identifikasi dilakukan dengan mengacu pada Bold dan Wynne 1985
dalam buku
“ Introduction
to The
Ganggange Structure
and Reproduction” dan Toshiniko Mizuno 1970 dalam buku “Halustrations of The
Fresh water Plankton of Japan”.
Gambar 8. Penelitian tahap 2 penentuan kurva pertumbuhan dan umur panen
3.3.4. Produktivitas dan pemanenan
Media yang menghasilkan laju tumbuh dan kandungan biomassa paling cepat yang dipilih untuk dikembangkan di kolam kanal. Pemanenan biomassa
ganggang mikro dilakukan secara gravitasi dimulai dengan nilai OD ≥ 0,5 secara terus-menerus sampai OD 0,5 konsentrasi nutrien pada media pertumbuhan
menurun dan hasil panen semakin menurun. Selanjutnya biomassa basah di keringkan, biomassa kering kemudian ditimbang. Prosedur pemanenan penelitian
tahap 3 disajikan pada Gambar 9.
Pemanenan Ganggang mikro terpilih
Dikeringkan Kultivasi pada media terpilih
Pengukuran pertumbuhan
sel OD Identifikasi ganggang mikro
Kultivasi ganggang mikro terpilih
Penentuan kurva
pertumbuhan
Filtrasi Biomassa basah
Confidential
44
Gambar 9. Penelitian tahap 3 prosedur pemanenan dan pengeringan
Untuk produktivitas biomassa ganggang mikro terseleksi, dikembangkan di kolam kanal dengan media MBM kombinasi
.
Modifikasi pupuk dilakukan karena TSP merupakan sumber fosfat yang murah dan mudah didapatkan.
Kultivasi ganggang mikro pada media MBM kombinasi di kolam kanal dengan volume 150 L untuk produksi biomassa yang lebih banyak setelah terpilih media
terbaik pada skala labroratoium. Produksi biomassa ganggang mikro terpilih pada media terpilh di kolam kanal tersaji pada Gambar 10.
Pada tahap produksi dan pemanenan biomassa ganggang mikro di skala lapang, dilakukan secara terus menerus pada interval 3 - 5 hari. Laju pertumbuhan
ganggang mikro direpresentasikan oleh nilai kerapatan optik OD minimum yang mencapai 0.5. Penentuan penambahan volume untuk setiap isolat berdasarkan
persamaan linier dari kurva laju pertumbuhan ganggang mikro Kabinawa dan Miyamoto 1988. Pemanenan ganggang mikro dengan metode filtrasi Uduman
et al. 2010 menggunakan metode pemanenan TFT tangensial flow filtrasi dengan pori-pori membran berkisar 0.45 μm. Pengeringan biomassa basah
ganggang mikro secara alami.
Biomassa kering
Ganggang mikro terpilih
Biomassa basah Pemanenan pada fase pertumbuhan dan
metode pemanenan terbaik Kultivasi ganggang mikro terpilih
pada media terpilih di kolam kanal
Confidential
45
Gambar 10. Penelitian tahap 4 produksi biomassa ganggang mikro Setelah diperoleh biomassa ganggang mikro dalam kolam kanal, maka
biomassa dikeringkan untuk dilakukan analisis proksimat. Analisis proksimat
dilakukan sesuai dengan prosedur standar dalam AOAC 2005 meliputi kadar air dengan oven gravimetri, abu dengan tanur gravimetri, N-Total dan protein
ditentukan dengan metoda Kjedahl titrimetri, karbohidrat dengan metoda Phenol Sulfat spektrofotometri, lemak dengan metoda Soxhlet.dan total gula dengan
metode Luff Schrool titrimetri. Hasil analisis karbohidrat biomassa ganggang terpilih dilanjutkan ke penelitian tahap 5, yaitu proses pembuatan etanol pada
Gambar 11.
Pengeringan
Biomassa basah Analisis Kadar Air
Analisis Karbohidrat Analisis Kadar Abu
Analisis Kadar protein Analisis kadar lemak
Gambar 11. Penelitian tahap 5 proses pembuatan etanol dari karbohidrat
biomassa ganggang mikro terpilih
Analisis karbohidrat biomassa ganggang mikro terpilih
Hidrolisis enzim
Glukosa monomer
Fermentasi Etanol
Confidential
46
3.3.5. Hidrolisis enzim ganggang mikro terpilih Choi et al 2011
Tahap hidrolisis enzim dilakukan dengan mnggunakan biomassa ganggang mikro yang telah dikeringkan. Pada tahap hidrolisis terdiri dari 2 tahap, yaitu: 1
Likuifikasi : pada proses ini dilakukan dengan menambahkan enzim α amilase termamyl pada pH 6 dan suhu 95
o
C ke dalam 5g bubuk ganggang mikro yang berukuran 35 mesh, sesuai dengan perlakuan yang digunakan dan 2
Sakarafikasi :
pada proses
ini dilakukan
dengan menambahkan
enzim amiloglukosidase AMG Selanjutnya diatur pH dan Suhu sesuai perlakuan pH
4,5 dan suhu 60
o
C, kemudian dimasukkan ke dalam waterbath shaker selama 48 jam dengan suhu 60
o
C pada 120 rpm.
3.3.6. Fermentasi
Dalam proses ini yeast kultur yang digunakan adalah S. cerevisiae. Gula pereduksi yang dihasilkan di pre-treatment asam dan enzim. Berdasarkan hasil
terbaik pada penelitian tahap ke lima. Selanjutnya dilakukan fermentasi setelah itu dilakukan pengukuran kadar etanol menggunakan gas chromatography GC.
3.3.6.1 . Kultur S. Cerevisiae
Isolat S. cerevisiae diremajakan pada media PDA dan diinkubasi selama dua hari. Setelah itu isolat ditumbuhkan lagi pada 50 ml media YMGP yang
terdiri dari ekstrak yeast 5 gl, malt 5 gl, glukosa 10 gl dan pepton 5 gl di
dalam erlenmeyer 200 ml. Inkubasi dilakukan pada shaker berkecepatan 125 rpm dengan suhu 30 °C selama 24 jam.
3.3.7. Prosedur Pengujian
3.3.7.1. Analisis biokimia ganggang mikro
Analisis biokimia ganggang mikro terdiri dari :
Analisis kadar lemak AOAC 2007
Sampel sebanyak 0,5 gram ditimbang dan dibungkus dengan kertas saring dan diletakkan pada alat ekstraksi soxhlet yang dipasang di atas kondensor serta
labu lemak di bawahnya. Pelarut heksana dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran soxhlet yang digunakan dan dilakukan refluks
Confidential
47
selama minimal 16 jam sampai pelarut turun kembali ke dalam labu lemak. Pelarut di dalam labu lemak didestilasi dan ditampung. Labu lemak yang berisi
lemak hasil ekstraksi kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105
o
C selama lima
jam. Labu
lemak kemudian
didinginkan dalam
desikator selama
20-30 menit dan ditimbang. Kadar lemak dapat dihitung berdasarkan rumus:
Analisis N-Total dan Protein
Penetapan N-total pada ganggang mikro dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl Apriantono et al. 1989. Serbuk ganggang mikro kering
0,5 gram dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 25 ml, lalu ditambahkan 1,9 gram campuran Se, CuSO
4
dan Na
2
SO
4
. Larutan 5 ml H
2
SO
4
pekat ditambahkan ke dalam labu, digoyangkan perlahan-lahan, kemudian lima tetes paraffin cair
ditambahkan dan dipanasi, sambil digoyang perlahan-lahan, kemudian perlahan- lahan api diperbesar hingga diperoleh cairan berwarna terang hijau biru, panasi
15 menit lalu didinginkan. Kemudian aquades ditambahkan kira-kira sebanyak 50 ml, lalu isi labu dipindahkan ke dalam labu destilasi dan ditambahkan 5 ml
NaOH 50. Destilat dititrasi dengan HCl 0,0999 N hingga terjadi perubahan warna dari hijau ke merah muda. Penetapan blanko juga dilakukan dengan cara
yang sama seperti di atas namun tanpa sampel. Kadar protein dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Analisis kadar air AOAC 2007
Lemak = Berat lemak g Berat sampel g
Berat lemak = berat labu + lemak-berat labu X 100
Nitrogen = VHCL x NHCL x BMN x 14.007 x fp Bobot sampel g
Protein = N x Faktor konversi Faktor konversi = 6,25
X 100
Confidential
48
Cawan kosong yang akan digunakan dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 105-110
o
C selama 15 menit atau sampai berat konstan, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang. Sampel kira-kira
sebanyak 2 gram ditimbang dan diletakkan dalam cawan kemudian dipanaskan dalam oven selama 3-4 jam pada suhu 105-110
o
C. Cawan kemudian didinginkan dalam desikator dan setelah dingin ditimbang kembali. Persentase kadar air berat
basah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: B = Berat sampel gram
B1 = Berat sampel + cawan sebelum dikeringkan B2 = Berat sampel + cawan setelah dikeringkan
Analisis kadar abu AOAC 2007
Preparasi sampel biomassa ganggang mikro untuk zat mineral adalah dengan menghilangkan seluruh bahan asing dari sampel, terutama tanah yang
melekat atau pasir, namun untuk mencegah terjadinya pelepasan, maka tidak mencuci sampel secara berlebihan. Sampel segera dikeringkan untuk mencegah
dekomposisi atau kehilangan berat. Sampel sebanyak dua gram ditempatkan dalam wadah porselin kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 60-105
o
C selama delapan jam. Kemudian sampel yang sudah kering dibakar menggunakan
hotplate sampai tidak berasap selama ± 20 menit. Kemudian diabukan dalam tanur bersuhu 600
o
C selama tiga jam lalu ditimbang. Kadar abu dapat dihitung dengan rumus berikut:
Kadar air = B
B2 – B1 X 100
Kadar Abu = bobot cawan + bobot sampel sebelum dioven - bobot cawan + bobot sampel setelah dioven gram bobot
sampel awal gram x 100
Confidential
49
Analisis kadar karbohidrat
Analisis karbohidrat
dilakukan secara
by difference,
yaitu hasil
pengurangan dari 100 dengan kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar
lemak, sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangannya. Hal ini karena karbohidrat sangat berpengaruh terhadap zat gizi lainnya. Analisis
karbohidrat dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Total gula metode Phenol H
2
SO
4
Dubois et al. 1956 atau HPLC
Sebelum melakukan pengujian sampel maka perlu diketahui kurva standar fenol yang digunakan. Pembuatan kurva standar fenol adalah sebagai berikut : 2
ml larutan glukosa standar yang mengandung 0, 10, 20, 30, 40 dan 60 μg glukosa masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml larutan
fenol 5 dan dikocok. Selanjutnya 5 ml asam sulfat pekat ditambahkan dengan cepat. Biarkan selama 10 menit, kocok lalu tempatkan dalam penanggas air
selama 15 menit. Absorbansinya diukur pada 490 nm. Pengujian sampel sama dengan pembuatan kurva standar fenol, hanya 2 ml larutan glukosa diganti dengan
2 ml sampel.
Total gula pereduksi metode DNS Miller, 1959
Prinsip metode ini adalah dalam suasana alkali gula pereduksi akan mereduksi asam 3,5–dinitrolisilat DNS membentuk senyawa yang dapat diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm. Penyiapan Pereaksi DNS
Pereaksi DNS dibuat dengan melarutkan 10,6 g asam 3,5 dinitrolisilat dan 19,8 NaOH ke dalam 1416 ml air. Setelah itu ditambahkan 306 g Na-K
Tatrat, 7,6 g fenol yang dicairkan pada suhu 50
o
C dan 8,3 g Na- Metabisulfit. Larutan ini diaduk rata, kemudian 3 ml larutan ini dititrasi
dengan HCl 0,1 N dengan indikator fenolftalein. Banyaknya titran berkisar Kadar karbohidrat = 100 - kadar air + kadar abu + kadar lemak + kadar
protein
Confidential
50
5 – 6 ml. Jika kurang dari itu harus ditambahkan 2 g NaOH untuk setiap ml kekurangan HCl 0,1 N.
Penentuan Kurva Standar Kurva standar dibuat dengan mengukur mengetahui nilai gula pereduksi
pada glukosa pada selang 0,2 – 0,5 mgl. Kemudian nilai gula pereduksi dicari dengan metode DNS. Hasil yang didapatkan diplotkan dalam grafik
secaara linear. Penetapan Total Gula Pereduksi
Pengujian gula pereduksi menggunakan kurva standar DNS adalah sebagai berikut : 1 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 3 ml pereaksi DNS. Larutan tersebut ditempatkan dalam air mendidih selama 5 menit. Biarkan sampai dingin pada suhu ruang. Ukur
absorbansi pada panjang gelombang 550 nm.
Kadar Etanol vv
Setelah proses
farmentasi dilanjutkan
dengan proses
pengujian menggunakan kromatografi gas GC. Kromatografi gas merupakan metode yang
tepat dan cepat untuk memisahkan senyawa organik yang mudah menguap. Kelebihan kromatografi gas, diantaranya dapat menggunakan kolom lebih
panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. Gas dan uap mempunyai viskositas yang rendah, demikian juga kesetimbangan partisi antara
gas dan cairan berlangsung cepat, sehingga analisis relatif cepat dan
sensitifitasnya tinggi. lembam seperti helium, nitrogen, argon bahkan hidrogen digerakkan dengan tekanan melalui pipa yang berisi fase diam. Perhitungan
Rendemen etanol ww Rendemen etanol =
3.3.7.2. Isolasi DNA
Confidential
51
Isolasi DNA dilakukan dengan menggunakan metode CTAB Cetil Trimetil Amonium Bromida menurut Doyle dan Doyle 1990 yang dimodifikasi
oleh Manoj et al. 2007. Sebanyak 0,1g biomassa ganggang mikro ditambahkan nitrogen cair kemudian digerus dalam mortar sampai menjadi serbuk lalu
dimasukkan kedalam tabung ependorf yang berisi 600 µl campuran buffer ekstrak [2 bv CTAB, 0,02M EDTA, 1M Tris HCl pH 8, 1,4 M NaC dan 2
PolyVinil Pyrllidon]. Ekstrak diinkubasi pada suhu 65
o
C selama 30 menit. Pemurnian dilakukan di dalam campuran larutan kloroform dan isoamil alkohol
CIAA dengan perbandingan 24 : 1 sebanyak satu kali volume ekstrak. Suspensi dibolak-baliksecara perlahan. Suspensi disentrifiugasi pada kecepatan 10.000 rpm
pada suhu 4
o
C selama 20 menit. Supernatan yang diperoleh ditambahkan dengan satu kali volume campuran larutan PCI Phenol : Khloroform : Isoamil alkohol
dengan perbandingan 25 : 24 : 1 lalu dibolak-balik. Campuran disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm pada suhu 4
o
C selama 20 menit. Supernatan diendapkan dengan sodium asetat 2 M pH 5,2 sebanyak 0,1 kali volume dan
etanol absolut sebanyak dua kali volume kemudian disentrifugasi 10.000 rpm pada suhu kemudian dikeringkan dengan vakum, lalu disuspensikan dengan 50 µl
aquabidest. Selanjutnya ditambahkan 0,1 kali RNAse 10mgml,diinkubasi semalam pada suhu 37
o
C dan dipanaskan pada suhu 70
o
C selama 30 detik. Kuantitas
DNA total
dianalisis dengan
menggunakan spektrofotometer,
absorbansi diukur pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Keutuhan DNA total dianalisis secara kualitatif menggunakan metode elektroforesis, dengan
memigrasikan DNA pada gel agarosa 1 bv di dalmbuffer TAE IX.
Confidential
52
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Eksplorasi dan Seleksi Ganggang Mikro
Persyaratan ganggang mikro yang berpotensi sebagai etanol selain kandungan karbohidrat yang tinggi adalah karakteristik pertumbuhannya yang
menentukan jumlah dan lamanya pemanenan. Karakteristik pertumbuhan
ganggang mikro yang diamati pertumbuhan relatif dan waktu mencapai puncak populasi. 15 isolat anggang mikro air tawar Tabel 7 koleksi Indonesian Center
for Biotechnology and Biodiversity Culture Collection of Microorganisms ICBB- CC dari beberapa perairan tawar yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 10. Sumber Isolat ganggang mikro koleksi ICBB-CC Kode Isolat
Sumber Isolat 155
Pekunden Kuto Winangun, Kebumen
Confidential
53
160 Batas Purworejo - Jogyakarta
183 Pakis, Delanggu - Klaten
195 Sitokaton, Siwali, Gondangrejo - Karanganyar
205 227
Ngadul, Sumbu Lawang – Sragen Mayahan,Tawangharjo
238 Bledug Kuwu - Grobogan
248 Bledug Kuwu - Grobogan
9111 Gunung Salak- Bogor
9112 Singa Jaya – Indramayu
PLB 6354 Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo
9114 Telaga Warna – Puncak
293 Banyudono, Kaliori – Rembang
346 Pargan, Kedung Haur - Indramayu
Sumber : ICBB-CC Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 21 hari pada proses
kultur puncak pertumbuhan fase eksponensial rata-rata pada hari ke 14 dengan media BG 11 diperoleh perkembangan pertumbuhan 15 isolat ganggang mikro,
seperti terlihat pada Gambar 12.
Confidential