Pengertian Kejahatan Lintas Negara

8. Majlis Perbankan ASEAN ASEAN Banking Council ditubuhkan untuk menyelaras kegiatan bank-bank perdagangan di wilayah ASEAN 9. Syarikat Keuangan ASEAN dibentuk untuk memberikan kemudahan keuangan kepada negara-negara yang terlibat dalam projek-projek usaha sama ASEAN. 10. Mengadakan kerjasama dalam bidang komunikasi 11. Pemasangan kabel laut ASEAN menghubungkan negara anggota 12. Mengadakan kerjasama dalam sektor makanan dan pertanian 13. Penubuhan Pusat Perancangan Pembangunan Pertanian ASEAN sebagai bank data mengenai masalah pertanian 14. IMT-GT Pertumbuhan Segi Tiga Indonesia-Malaysia-Thailand 22 Keanggotaan antara Indonesia dan Malaysia dalam ASEAN sangat penting demi membangun ASEAN dan menjaga wilayah ASEAN dengan Negara anggota lainnya maupun Negara di luar dari wilayah Asia Tenggara

C. Pengertian Kejahatan Lintas Negara

Kejahatan lintas Negara sekarang ini sudah berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi serta globalisasi yang meningkat sangat pesat yang dapat memicu seseorang untuk melakukan kejahatan antar Negara karena dipermudahnya melakukan interaksi antara Negara satu dan Negara lain nya yang membuat beberapa pihak harus serius dan siap menangani. Transnational Crimes atau Kejahatan Lintas Negara ini memiliki beberapa defenisi hal ini terkait dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, serta 22 http:testingrema.blogspot.com201111asean.html diakses pada tanggal 14 Februari 2015 Universitas Sumatera Utara kepentingan yang menyebabkan beberapa Ahli merumuskan definisi Transnational Crimes serta Radikalisme sangat bervariasi , namun secara gari besar terdapat kata kunci yang dapat digunakan sebagai panduan dalam merumuskan pengertian transnational crime adalah : 1. Suatu perbuatan sebagai suatu kejahatan. 2. Terjadi antar Negara atau Lintas Negara. Kedua kata kunci tadi dapat dijelaskan bahwa Transnational Crime merupakan suatu kejahatan yang terjadi lintas Negara dalam pengertian bahwa suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai kejahatan apabila terdapat piranti hukum yang dilanggar sehingga bisa saja terjadi suatu perbuatan yang dirumuskan, dirancang, disiapkan, dilaksanakan dalam suatu Negara bisa saja bukan merupakan kejahatan namun ketika hasil kejahatan yang diatur, disiapkan melakukan lintas batas Negara untuk masuk ke yuridiksi Negara yang berbeda lantas dikategorikan sebagai kejahatan Transnational Crimes. 23 Namun sampai saat ini belum terdapat suatu ketentuan di dalam hukum internasional, baik dalam perjanjian-perjanjan internasional maupun di dalam kebiasaan internasional yang menetapkan istilah International Crimes. Perdebatan ini mengenai istilah ini disebabkan oleh pengertian istilah International Crimes telah membawa dampak yang lebih luas. Tidak hanya menyangkut perubahan substansi, tetapi juga menyangkut masalah siapa yang dapat dipertanggungjawabkan dalam hal terjadinya International Crimes tersebut. 23 https:jurnalsrigunting.wordpress.com20111205kejahatan-transnasional diakses pada tanggal 14 Februari pukul 12.58 Universitas Sumatera Utara Apalagi pelakunya tidak hanya orang perorangan atau kelompok, tetapi juga sebuah Negara merdeka dan berdaulat. 24 Dalam tingkat multilateral, PBB memprakarsai dan melakukan langkah- langkah peningkatan kerjasama internasional memberantas kejahatan lintas negara, sejalan dengan implementasi konvensi-konvensi terkait yang ada, seperti: UNTOC dan 3 Protokolnya, UNCAC, Single Convention on Narcotics Drugs 1961, Convention on Psychotropic Substances 1971 dan United Nation Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances 1988. Terkait dengan itu, juga telah dibangun jejaring antar instansi focal point masing-masing negara sebagaimana yang dimandatkan oleh masing-masing Seiring perkembangan jaman, terdapat berbagai kejahatan lintas negara lainnya yang perlu ditangani secara bersama dalam kerangka multilateral, seperti kejahatan pencurian dan penyelundupan obyek-obyek budaya, perdagangan organ tubuh manusia, environmental crime seperti illegal logging dan illegal fishing, cyber crime dan identity’s-related crime. Meskipun belum terdapat kesepakatan mengenai konsep dan definisi atas beberapa kejahatan tersebut, secara umum kejahatan ini merujuk secara luas kepada non-violent crime yang pada umumnya mengakibatkan kerugian finansial. Semakin beragam dan meluasnya tindak kejahatan lintas negara tersebut telah menarik perhatian dan mendorong negara-negara di dunia melakukan kerjasama untuk menanggulangi kejahatan tersebut di tingkat bilateral, regional dan multilateral. 24 Romli Atmasasmita, “Dampak Ratifikasi Konvensi Transnasional Organized Crime TOC,BPHN, Jakarta, 2004 Universitas Sumatera Utara Konvensi, yang diharapkan dapat mempercepat penanganan terhadap kejahatan lintas negara. 25 Menurut Romli Atmasasmitha, pengertian international crimes tidak ditegaskan dalam konvensi internasional, tetapi berkembang dakan doktrin sarjana hukum internasional. Doktrin tersebut merujuk pada pelanggaran terhadap Chapter VII tentang “Threaten to the peace and security of mankind” yang menjadi landasan hukum penyusunan Statuta Roma 26 Begitu juga menurut Enny Soeprapto 27 menyatakan bahwa sampai sekarang ini tidak ada instrument hukum internasional yang mendefenisikan istilah international crimes. Beliau memperkirakan keadaan ini akan berlanjut. Lebih lanjut, dikemukakan bahwa suatu kejahatan yang dikategorikan sebagai kejahatan internasional mempunyai sebagian atau semua ciri karakteristik sebagai berikut 28 1. Dinyatakannya secara eksplisit kejahatan yang bersangkutan sebagai kejahatan internasional atau kejahatan menurut hukum internasional dalam instrument hukum internasional yang bersangkutan; : 2. Mewajibkan Negara tempat dilakukannya kejahatan yang bersangkutan atau yang warga Negara atau penduduknya 25 http:www.kemlu.go.idPagesIIssueDisplay.aspx?IDP=20l=id diakses pada tanggal 14 Februari 2015 26 Romli atmasasmita, Pengantar mempelajari hukum pidana internasional bahan penataran nasional hukum pidana dan kriminologi, disampaikan dalam penataran Nasional Hukum Pidana dan Kriminologi XI tahun 2005, kerja sama ASPEHUPIKI, FORUM 2004 dan UBAYA, tanggal 14-16 Maret 2005, Surabaya 2005, h.2 27 Enny Soeprapto, Kejahatan Perang, Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, dan Kejahatan Genosida sebagai Kejahatan Internasional: beberapa catatan makalah yang disampaikan dalam sosialisasi peradilan HAM, FH Unpad, tanggal 5 Juni 2007, h.1 28 Ibid, h 1-2 Universitas Sumatera Utara melakukannya untuk melakukan: penuntutan, penghukuman atau ekstradisi dan kerja sama dengan Negara lain dalam penuntutan dan penghukuman termasuk bantuan yudisial dalam proses pemidanaan 3. Memberi hak kepada komunitas internasional untuk melakukan penuntutan dan penghukuman dalam hal Negara tempat dilakukannya kejahatan yang bersangkutan atau yang warga Negara atau penduduknya melakukannya tidak mau atau tidak mampu melakukan penuntutan dan penghukuman; 4. Berlakunya konsep pertanggungjawaban individual 5. Tidak dianutnya sistem pertanggungajawaban intitusional 6. Berlakunya sistem pertanggungjawaban atasan; 7. Tidak dapat digunakannya perintah atasan sebagai dasar untuk menghindari pertanggungjawaban individual 8. Dapat dikesampingkannya asas legalitas 9. Dapat dikesampingkannya asas nonretroaktif; dan 10. Tidak berlakunya ketentuan kadaluwarsa bagi penuntutan kejahatan yang bersangkutan

F. Faktor Terjadinya Kejahatan Lintas Negara

Dokumen yang terkait

Mekanisme Penyelesaian Sengketa oleh Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dalam Penyelesaian Sengketa Antar Negara Anggota ASEAN.

10 123 100

KEPPRES0072011 PANITIA NASIONAL KEKETUAAN INDONESIA UNTUK ASSOCIATION OF SOUTH EAST ASIAN NATIONS TAHUN 2011

0 0 7

Tinjauan Peranan Assocoation of South East Asian Nation (ASEAN) dalam Penyelesaian Persengketaan Wilayah Sabah Antara Negara Malaysia dan Philipina - Ubaya Repository

0 0 10

Kesepakatan Antara Indonesia Dengan Malaysia Sebagai Anggota Association Of South East Asian Nations (Asean) Dalam Memberantas Kejahatan Lintas

0 0 1

ASEAN Association of South East Asian na

0 0 21

BAB II PENGATURAN - Mekanisme Penyelesaian Sengketa oleh Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dalam Penyelesaian Sengketa Antar Negara Anggota ASEAN.

0 0 21

BAB II ASEAN DAN HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA ASEAN DALAM LINGKUP INTERNASIONAL TERHADAP KEJAHATAN LINTAS NEGARA - Kesepakatan Antara Indonesia Dengan Malaysia Sebagai Anggota Association Of South East Asian Nations (Asean) Dalam Memberantas Kejahatan Lintas Ne

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN - Kesepakatan Antara Indonesia Dengan Malaysia Sebagai Anggota Association Of South East Asian Nations (Asean) Dalam Memberantas Kejahatan Lintas Negara

0 1 12

ANALISIS DETERMINAN TOTAL PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA ASSOCIATION OF SOUTH EAST ASIAN NATIONS (ASEAN): PENDEKATAN GRAVITY MODEL PERIODE 1999-2010 - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 10

B. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian - ANALISIS DETERMINAN TOTAL PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA ASSOCIATION OF SOUTH EAST ASIAN NATIONS (ASEAN): PENDEKATAN GRAVITY MODEL PERIODE 1999-2010 - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 27