B. Upaya Indonesia dan Malaysia dalam Memberantas Kejahatan Lintas
Negara
Menanggapi semakin berkembangnya kejahatan lintas negara ini, pemerintah Indonesia akan terus meningkatkan peran dan partisipasinya dalam
berbagai forum internasional terkait dengan penanggulangan kejahatan lintas negara. Pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk selalu mengedepankan
kepentingan nasional dalam upaya penanggulangan kejahatan lintas Negara. Indonesia terus mempertegas komitmennya dan mendorong upaya
untuk mencegah dan memberantas kejahatan lintas negara yang terorganisir. Dalam kaitan itu, Indonesia telah meratifikasi UNTOC melalui UU No. 5 Tahun
2009. Selain itu, terdapat sejumlah instrumen hukum internasional lainnya, yang telah ditandatangani dan juga diratifikasi Indonesia seperti:
a. Single Convention on Narcotic Drugs 1961 melalui UU No.8 Tahun 1976
tentang Pengesahan Konvensi Tunggal Narkotika 1961 beserta Protokol yang mengubahnya;
b. Convention on Psychotropic Substances 1971 melalui UU No.8 Tahun
1996 tentang Pengesahan Konvensi Psikotropika 1971; c.
Convention against the Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances 1988 melalui UU No. 7 Tahun 1997 tentang Pengesahan
United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances, 1988 Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa
tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika, 1998;
Universitas Sumatera Utara
d. Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons,
Especially Women and Children melalui UU No. 14 Tahun 2009 tentang Pengesahan Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in
Persons, Especially Women and Children Protokol untuk Mencegah, Menindak, dan Menghukum Perdagangan orang, Terutama Perempuan
dan Anak-anak, Melengkapi Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisasi;
e. Protocol against the Smuggling of Migrants by Land, Air and Sea melalui
UU No. 15 Tahun 2009 tentang Pengesahan Protocol against the Smuggling of Migrants by Land, Air and Sea Protokol Menentang
Penyelundupan Migran Melalui Darat, Laut, dan Udara, Melengkapi Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa Menentang Tindak Pidana
Transnasional yang Terorganisasi; dan f.
United Nations Convention against Corruption 2003 melalui UU No. 7 Tahun 2006.
Indonesia mendorong kerjasama internasional dalam menanggulangi kejahatan lintas negara terorganisir khususnya terkait upaya peningkatan
kapasitas, pemberian bantuan teknis dan pertukaran informasi di antara para pejabat terkait. Indonesia akan terus berupaya menunjukkan kepemimpinannya
yang saat ini telah ditunjukkan dengan menjadi Chair Bali Process on People Smuggling, Trafficking in Persons and Related Transntional Crime, Vice
Universitas Sumatera Utara
President Konferensi Negara Pihak UNCAC Periode 2011-2013, dan Presiden Konferensi UNTOC Periode 2012-2014.
Pada tingkat internasional, Indonesia akan selalu berpartisipasi secara aktif dalam berbagai forum internasional terkait dengan penanggulangan kejahatan
lintas negara, antara lain: 1.
Commission on Narcotic Drugs CND, 2.
Commission on Crime and Criminal Justice CCPCJ, termasuk UN Crime Congress yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali,
3. Conference of Parties dari UNCTOC, termasuk intergovernmental
working groups yang diselenggarakan dalam kerangka UNCTOC, dan 4.
Conference of States Parties dari UNCAC, termasuk
intergovernmental working groups yang diselenggarakan dalam kerangka UNCAC.
Indonesia juga ikut aktif dalam forum sektoral seperti Asia Pacific Group on Money Laundering dan Egmont Group. Kedua forum tersebut membahas isu
pencegahan dan pemberantasan isu pencucian uang dan mendorong kerjasama antar institusi yang secara spesifik menangani isu tersebut yaitu Financial
Intelligence Unit. Sementara itu, terkait penanggulangan korupsi, Indonesia telah menunjukkan keseriusannya dalam upaya pemberantasan korupsi diantaranya
dengan menjadi tuan rumah Konferensi Negara Pihak UNCAC sesi kedua di Bali
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 2008 dan menjadi Wakil Presiden mewakili Kelompok Asia pada Konferensi Negara Pihak UNCAC di Marrakesh, Maroko pada tahun 2011.
59
1. Perjanjian Ekstradisi antara RI dengan Malaysia, yang telah diratifikasi
menjadi Undang-undang nomor 9 Tahun 1974. Akan tetapi, masih terdapat banyak kekurangan pada perjanjian ini terkait dengan belum
ditegaskan perihal wilayah, melainkan hanya pengaturan umum tentang yurisdiksi pejabat yang berwenang untuk melakukan penuntutan terhadap
perkara tersebut. Dalam kerjasamanya antara Indonesia dan Malaysia Kerjasama di bidang
Pertahanan antara Indonesia dan Malaysia diawali melalui Security Arrangement pada tahun 1972, yang kemudian dilanjutkan dengan membentuk Komite
Perbatasan guna melakukan penanganan isu-isu keamanan di wilayah perbatasan. Isu-isu tersebut antara lain berupa perompakan, pembajakan dan penyelundupan,
perambahan hutan ilegal, penggeser-an patok-patok perbatasan, dan masalah pelintas batas. Kerjasama pertahanan dalam bentuk latihan militer seperti Kekar
Malindo, Malindo Jaya, Darsasa, sangat bermanfaat dalam rangka meningkatkan hubungan pertahanan ke dua negara. Perangkat Hukum dalam kerjsama antara
Interpol Indonesia dengan Malaysia dalam menanggulangi kejahatan lintas negara, tertuang di dalam perjanjian-perjanjian bilateral antara lain yaitu :
2. Kedua, Bantuan timbal balik pidana Mutual Legal Assistance yang
berisikan Permintaan Bantuan terkait : Penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan dan perampasan hasil kejahatan.
59
“Kejahatan Lintas Negara” http:www.kemlu.go.idPagesIIssueDisplay.aspx?IDP=20l=id diakses pada tanggal 23 Ferbruari 2015
Universitas Sumatera Utara
3. Ketiga ialah Nota Kesepahaman Memorandum of Understanding.
Ketiga perjanjian inilah yang berperan penting dalam kerjasama bilateral antara RI dengan Malaysia terkait memberantas kejahatan transnasional. Akan
tetapi, di dalam prakteknya kerjasama yang lebih efektif ialah bukan dengan perjanjian ekstradisi dan sebagainya, melainkan ialah kerjasama informal antara
POLRIPolisi Republik Indonesia dengan PDRM Polisi Di Raja Malaysia.
60
Seperti upaya Indonesia dengan Malaysia dengan mengadakan perjanjian antara kedua Negara tersebut. Dalam hal nya, kejahatan pemberontak laut atau sea
piracy antara Indonesia telah melakukan kerjasama geostrategi dengan cara latihan militer bersama Malaysia untuk membangun pertahanan, sarana dan
prasarana serta untuk mensejahterakan anggota TNI. Geostrategi yang dilakukan Malaysia antara lain penguatan alutsista–kapal permukaan dan kapal selam yang
dipasok dari negara lain; pembangunan pangkalan baru Tentara Laut Diraja Malaysia TLDM di Lumut dan Sabah; dan pengembangan pangkalan Angkatan
Indonesia dan Malaysia merupakan Negara yang letaknya berdekatan dan membuat kemungkinan yang besar untuk kedua Negara melakukan tukar menukar
informasi. Dewasa ini, semakin meningkatnya tindakan kriminal antar Negara atau biasa yang disebut Transnational Crimes membuat kedua Negara berusaha
untuk menanggulangi dan mencegah masuknya kejahatan tersebut. Bermacam- macam bentuk kejahatan yang ada membuat Indonesia dan Malaysia melakukan
upaya-upaya untuk memberantas kejahatan lintas Negara tersebut.
60
“Peran Kerjasama Antara Interpol Indonesia dengan Malaysia Ditinjau Dari Perspektif Hukum Internasional” Oky wiratama,
http:download.portalgaruda.orgarticle.php?article=110781val=4131 diakses pada tanggal 23 Februari 2015
Universitas Sumatera Utara
Laut di Teluk Sepanggar Sabah demi memperkuat pertahanan maritim di kawasan Laut Sulu, Laut Sulawesi, dan Laut China Selatan dengan diadakannya
patroli antar perbatasan wilayah Negara. Seperti kasus yang pernah terjadi, dimana terjadnya perompakan di Selat Malaka, dimana selat itu berbatasan antara
Indonesia dan Malaysia pada tahun 2002. Upaya telah dilakukan, baik secara internal dalam bentuk menggelar operasi keamanan laut maupun kerjasama
eksternal dengan negara penjaga selat. Kerjasama eksternal dilakukan dengan patroli terkoordinasi “MALINDO” Malaysia dan Indonesia
61
Malaysia sepakat untuk meningkatkan kerjasama dalam menangani kejahatan transnasional termasuk terorisme dan perdagangan narkoba narkotika,
serta memantau perbatasan bersama melalui kerjasama bertukar informasi antara pasukan polisi Indonesia dan Malaysia melalui penandatanganan naskah
kesepahaman MoU GBC Malindo General Border Commitee Malaysia- Indonesia. Kedua negara sepakat untuk tukar menukar informasi yang bisa
ditindaklanjuti oleh kedua belah pihak dalam upaya penegakan hukum maupun pencegahan terjadinya tindak kejahatan. Standar Operasi Prosedur terkandung
lima jenis kerjasama meliputi pemantauan di laut oleh polisi laut Malaysia dan Indonesia, komunikasi dan penanganan kasus kriminal meliputi kerjasama dalam
pemantauan di perbatasan antara polisi di negara bagian Malaysia Sabah dan polisi di provinsi Kalimantan Timur, dan antara polisi di Serawak, Malaysia dan
polisi di Kalimantan Barat, Indonesia.1Pemantauan termasuk jika salah satu pihak
61
“Efektifitas Mallaca Straits Sea Patroli MSSP dalammenanggulangi masalah perompakan di selat Malaka” Irmayanti Hutahean
http:www.academia.edu4938980EFEKTIVITAS_MALACCA_STRAIT_SEA_PATROLI_MS SP_DALAM_MENANGGULANGI_MASALAH_PEMROMPAKAN_DI_SELAT_MALAKA
diakses pada tanggal 6 Maret 2015
Universitas Sumatera Utara
menangkap tersangka terroris, maka akan diserahkan pada negara yang bersangkutan, begitu juga dengan kasus penyelundupan narkoba yang memasuki
wilayah Indonesia dan Malaysia. Tujuan yang dicapai dalam pelaksanaan patroli terkoordinasi tersebut
antara lain adalah saling berbagi informasi antara POLRI dan PDRM tentang adanya informasi mengenai suatu Tindak Pidana di sekitar perbatasan.
Sementara itu, upaya antara Indonesia dan Malaysia dalam kasus penyelundupan orang atau people smuggling ditandai dengan maraknya
perdagangan orang dan penyelundupan orang di Indonesia tergambar dari situasi di Malaysia. Membanjirnya jumlah tenaga kerja di Malaysia, terutama yang tidak
mempunyai dokumen resmi, dirasakan telah sangat mengganggu keamanan domestik Malaysia
62
Malaysia membutuhkan tenaga kerja kasar karena warga negaranya sudah tidak mau bekerja di sektor ini, tetapi Malaysia menginginkan tenaga kerja kasar
dengan upah murah dan tanpa jaminan apapun, dan warga Malaysia tidak dihukum jika mempekerjakan tenaga kerja ilegal. Malaysia praktis tidak
Upaya penanggulangan perdagangan orang dan penyelundupan orang perlu kerjasama yang lebih konkrit dengan Malaysia sebagai negara penerima
TKI. Prinsipnya pengiriman dan penempatan tenaga kerja di Malaysia harus dilakukan atas dasar Government to Government atau Business to Business,
jangan antar individu. Kerjasama ini terutama menyangkut substansi pemahaman tentang aturan yang ada di Indonesia dan Malaysia.
62
“Sekuritisasi Kejahatan Transnasional: Perdagangan Orang Dan Penyelundupan Orang Dalam Hubungan Indonesia-Malaysia”,Humphrey Wangke
Universitas Sumatera Utara
mempunyai tanggung jawab apapun terhadap TKI ilegal ini. Cara-cara yang ditempuh Malaysia ini telah turut memberi sumbangan terhadap rusaknya sistem
rekrutmen dan pengiriman tenaga kerja ke Malaysia sebab banyak PPTKIS yang pada awalnya mengirim tenaga kerja secara resmi pada akhirnya terbawa arus
untuk mengirim TKI secara ilegal pula. Jika dikirim secara ilegal maka yang dirugikan hanya tenaga kerja saja sebab mereka tidak mempunyai kepastian
tentang masa depan Dalam penanggulangan narkoba, Indonesia dan Malaysia Sebagai negara
berkembang di Asia, Indonesia hingga kini masih menjadi salah satu negara tujuan peredaran narkotika dan obat bahan berbahaya narkoba begitu juga
dengan negara tetangga seperti Malaysia. Indonesia dan Malaysia memiliki letak geografis yang sangat dekat, hal ini menjadi salah satu alasan mudah masuknya
berbagai jenis narkoba. Tidak hanya memiliki batas perairan, antara Indonesia juga memiliki perbatasan darat yang cukup luas yakni di sebelah utara pulau
Kalimantan ditambah dengan akses penerbangan yang semakin mudah dari Malaysia ke Indonesia. Selain melalui jalur resmi penerbangan dan pelabuhan,
para pengedar narkoba asal Malaysia juga biasa memanfaatkan jalur tidak resmi baik jalur tidak resmi perbatasan darat maupun perairan. Dari beberapa kasus
terakhir yang berhasil diungkap, penyelundupan narkoba kerap terjadi di perbatasan Entikong Malaysia, Tanjung Balai Karimun, Dumai, termasuk Aceh
hingga Batam yang memiliki free trade area
63
63
“Penguatan Hubungan Kerjasama Indonesia-Malaysia Dalam Menangani Kejahatan Transnasional”, Irdayanti
.
Universitas Sumatera Utara
Terjadinya upaya penyelundapan narkoba antara Indonesia-Malaysia karena jalur darat yang tidak terawasi dan banyaknya pelabuhan tidak resmi yang
tidak memiliki penjagaan di sepanjang perbatasan perairan antara Indonesia- Malaysia.
C. Kerjasama Bilateral antara Indonesia dan Malaysia