populasi mikroba di lingkungan buatan media biakan dalam keadaan laboratorium Stanier et al., 1982. Pembiakan cendawan dapat
menggunakan berbagai macam media. Fardiaz 1992 membagi medium tunggal atau media jamak menjadi tiga macam yaitu :
1. Medium cair yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan termasuk
menumbuhkan atau membiakkan mikroba, fermentasi dan yang lainnya, misalnya Nutrient Broth, Glucose Broth, dan sebagainya.
2. Medium padat, contohnya: Nutrient agar, Plate Count Agar atau Potato
Dextrose Agar yang dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba pada permukaannya sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung
atau diisolasi, dan
3. Medium setengah padat semi solid yang mempunyai konsistensi
diantara medium cair dan medium padat. Selain media-media yang disebutkan oleh Fardiaz 1992 masih banyak
media lain yang dapat digunakan untuk mengisolasi atau membiakan cendawan dan untuk mengetahui sifat-sifat dari mikoorganisme umumnya
dan F. oxysporum khususnya dapat diberikan perlakuan seperti macam media, pH dan penggoyangan.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mengetahui pengaruh macam media terhadap pertumbuhan cendawan F. oxysporum
. 2.
Mengetahui pengaruh pH terhadap pertumbuhan cendawan F. oxysporum
. 3.
Mengetahui pengaruh penggoyangan terhadap pertumbuhan biomassa F. oxysporum
.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang
pertumbuhan cendawan biomassa dan diameter F. oxysporum secara in- vitro
yang diberikan perlakuan macam media, pH dan penggoyangan. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sabagai
informasi untuk menyusun strategi dalam upaya penanggulangan penyakit yang disebabkan patogen F. oxysporum.
D. Hipotesis
1. Pemberian perlakuan macam media berpengaruh terhadap pertumbuhan
cendawan F. oxysporum. 2.
Pemberian perlakuan pH berpengaruh terhadap pertumbuhan cendawan F. oxysporum.
3. Pemberian perlakuan penggoyangan berpengaruh terhadap pertumbuhan
biomassa cendawan F. oxysporum.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Fungi
Gilman 1945 menjelaskan bahwa fungi adalah organisme yang mempunyai sturktur organ vegetatif dan mempunyai sistem seperti pipa tipis
yang bercabang yang biasa disebut miselium. Miselium ini biasanya tumbuh dengan cara radial seperti jari-jari lingkaran, jika kondisinya sama stabil
dari titik asal tersebut. Setiap cabang dari miselium dapat dibatasi oleh dinding yang melintang septa atau dapat tidak dibatasi tidak bersepta, hal
ini tergantung dari spesies cendawan tersebut. Biasanya pertumbuhan miselium terbatas pada daerah yang cukup sempit di permukaan sehingga
miselium tersebut menjadi kumpulan berbentuk bundar di cawan petri atau menjadi lingkaran yang sedang pada daerah yang terbuka.
Semangun 1996 menjelaskan bahwa jamur fungi adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati eukaryotic, biasanya berbentuk benang,
bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin, selulosa, atau keduanya. Jamur adalah organisme heterotrof, absortif dan
membentuk beberapa macam spora. Bagian vegetatif jamur pada umumnya berupa benang-benang memanjang, bersekat septa atau tidak, yang disebut
hifa . Kumpulan benang-benang hifa disebut miselium. Di dalam
Sastrahidayat 1990 dikatakan bahwa dalam perkembangan hidupnya hifa- hifa dapat membentuk berbagai struktur khusus yang mempunyai fungsi
tertentu, antara lain : a.
Haustorium, untuk menyerap unsur hara makanan dari inang. b.
Sclerotium, untuk melindungi diri dari keadaan yang kurang menguntungkan.
c. Apresorium, untuk melekatkan diri pada sumber makanan dan sebagai
persiapan menembus jaringan. d.
Stroma, tempat melekatnya tubuh buah. e.
Plectenchyma, merupakan jaringan yang tebal terbuat dari anyaman hifa, biasanya merupakan dinding badan buah.
f. Alat-alat reproduksi, seperti : gametangium, sporangium dan sporangiofor,
konidium dan konidiofor, khlamidospora dan bermacam-macam tubuh buah.
Baskoro 1994 menjelaskan bahwa fungi termasuk eukariot dan memiliki sifat-sifat tertentu sama dengan tumbuh-tumbuhan, seperti memiliki
dinding sel, vakuola berisi getah sel dan dengan mikroskop dapat diamati aliran plasma dan juga sifat nyata ketidakmampuan untuk bergerak. Fungi
tidak mengandung pigmen fotosintesis dan bersifat khemoorganoheterotrof. Fungi tumbuh pada kondisi aerob dan memperoleh energi dengan
mengoksidasi bahan organik. Menurut Blancard dan Tattar 1981, dalam identifikasi penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi, beberapa pengetahuan tentang klasifikasi mereka dapat bermanfaat. Semakin banyak informasi tentang
organisme patogenik yang diketahui maka semakin besar kesempatan dalam mengontrol mereka, lebih dari 100 000 spesies fungi, kurang dari 2 000
telah terbukti patogenik dalam pohon. Fungi-fungi tersebut telah dikelompokkan dengan menggunakan ciri-ciri: morfologi, nutrisi, biokimia,
ontogeny, dan karakteristik-karakteristik yang lain. Secara tradisional fungi di bagi ke dalam empat kelompok besar ; Phycomycetes, Ascomycetes,
Basidiomycetes, dan Deuteromycetes.