Pertumbuhan Biomassa F. oxysporum Pengamatan Mikroskopis

Gambar 7 . Pertumbuhan Isolat F. oxysporum setelah Diinkubasi Selama 7 Hari pada Media PDA pH 7 E, PSA pH 7 F PDA pH 8 G dan PSA pH 8 H 0,00 1,50 3,00 4,50 6,00 7,50 9,00 10,50 1 2 3 4 5 6 7 Lama Inkubasi Hari Diameter Koloni cm pH 2 pH 3 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 pH 8 Gambar 8 . Pertumbuhan F. oxysporum pada Media PDA dengan Berbagai Tingkat pH 0,00 1,50 3,00 4,50 6,00 7,50 9,00 10,50 1 2 3 4 5 6 7 Lama Inkubasi Hari Diam eter Koloni cm pH 2 pH 3 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 pH 8 Gambar 9 . Pertumbuhan F. oxysporum pada Media PSA dengan Berbagai Tingkat pH

2. Pertumbuhan Biomassa F. oxysporum

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pH dan penggoyangan media serta interaksi ke dua faktor berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering miselia, sedangkan macam media dan interaksinya dengan ke dua faktor yang lain tidak berpengaruh Tabel Lampiran 11. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan yang dilakukan pada bobot kering miselia pada kombinasi perlakuan pH dan penggoyangan media pada medium PDL diperoleh bahwa pada pH 4 memberikan respon yang paling tinggi dan berbeda nyata dengan pH - pH yang lain Gambar Lampiran 21 dan 22. Hal yang sama juga terjadi pada medium PSL Gambar Lampiran 23 dan 24. Hasil inkubasi cendawan F. oxysporum pada media yang diberikan perlakuan penggoyangan menunjukkan bahwa pada medium PSL pH 4 dihasilkan bobot kering miselia tertinggi dengan bobot 0.3599 g. Bobot kering miselia tertinggi setelah medium PSL pH 4 adalah: medium PSL pH 3 dan medium PDL pH 4, dengan bobot berturut-turut, 0.3515 g dan 0.3411 g Gambar 11. Hasil inkubasi cendawan F. oxysporum pada media tanpa perlakuan penggoyangan menunjukkan bahwa pada medium PSL pH 4 dihasilkan bobot kering miselia terbesar, yaitu 0.2269 g, dan pada medium PDL pH 4 yang dihasilkan miselia dengan bobot 0.2187 g Gambar 12. Gambar 10 . Pertumbuhan F. oxysporum yang Dibiakkan pada Media Cair. G PDL pH 6 H PSL pH 6 0,15 0,3 0,45 PDL, pH 2 PDL, pH 3 PDL, pH 4 PDL, pH 5 PDL, pH 6 PDL, pH 7 PDL, pH 8 PSL, pH 2 PSL, pH 3 PSL, pH 4 PSL, pH 5 PSL, pH 6 PSL, pH 7 PSL, pH 8 Inkubasi 4 Hari Bobot Kering Miselium g Gambar 11 . Bobot Kering Miselium F. oxysporum dengan Perlakuan Penggoyangan setelah Diinkubasi Empat Hari 0,1 0,2 0,3 PDL, pH 2 PDL, pH 3 PDL, pH 4 PDL, pH 5 PDL, pH 6 PDL, pH 7 PDL, pH 8 PSL, pH 2 PSL, pH 3 PSL, pH 4 PSL, pH 5 PSL, pH 6 PSL, pH 7 PSL, pH 8 Inkubasi 4 Hari Bobot Kering Miselium g Gambar 12 . Bobot Kering Miselium F. oxysporum dengan Tanpa Penggoyangan setelah Diinkubasi Empat Hari

3. Pengamatan Mikroskopis

Hasil pengamatan mikroskopis diperoleh bahwa pada F. oxysporum terdapat tiga jenis spora, yaitu mikrokonidia, makrokonidia dan klamidospora. Gambar 13 . Klamidospora F. oxysporum pada Media PSA dengan pH 4 tanda anak panah a Gambar 14. Percabangan konidiofor F. oxysporum pada media PDA dengan pH 6 tanda anak panah b Gambar 15 . Makrokonidia F. oxysporum pada Media PDA dengan pH 2 Gambar 16 . Mikrokonidia F. oxysporum pada Media PSA dengan pH 8

B. Pembahasan 1. Pengaruh Derajat Kemasaman pH Medium terhadap Pertumbuhan

F. oxysporum

Stakman dan Harrar 1957 menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, diantaranya adalah: oksigen, karbondioksida dan pH. Mengetahui pengaruh dari faktor yang berbeda dalam kecepatan pertumbuhan patogen sangatlah penting, karena dalam perkembangan penyakit mengetahui tentang kecepatan pertumbuhan suatu patogen harus pasti. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa F. oxysporum tumbuh baik pada media dengan kisaran pH 5 - 8. Menurut Walker 1957, cendawan F. oxysporum penyebab layu pada tanaman tomat tumbuh baik pada medium dengan kisaran pH 3.6 - 8.4. Booth 1971 menjelaskan bahwa pH yang digunakan dalam pembiakkan F. oxysporum adalah 6.5- 7.0. Menurut Griffin 1981, tidak banyak data yang dapat disampaikan tentang reaksi dari pH pada pertumbuhan cendawan, dan sebagian besar informasi yang didapat dari sejumlah penelitian tidak mencukupi. Kesulitan dalam penyusunan informasi ini adalah suatu fakta bahwa cendawan sering berubah pada pH dari medium kultur secara drastis selama pertumbuhan. Carlile et al. 2001 dalam Hidayat 2005 menyatakan bahwa konsentrasi ion hidrogen pada medium dapat mempengaruhi pertumbuhan secara tidak langsung, yaitu melalui efek terhadap tersedianya nutrisi atau secara langsung melalui aktivitas pada permukaan sel. Selain itu pH mempunyai efek terhadap proses metabolik, sehingga jamur mampu menggunakan zat tertentu untuk mendapatkan kebutuhan nutrisinya. Lebih lanjut Chang dan Miles 1997 dalam Hidayat 2005 menjelaskan bahwa pengaruh pH adalah pada aktivitas enzim. Pemecahan molekul kedalam ion-ion pada membran permeabel dipengaruhi juga oleh pH. Sebagai contoh ada beberapa kasus suatu spesies jamur dilaporkan tidak dapat memanfaatkan suatu zat tertentu, tetapi studi lebih lanjut