Media Studi penentuan tingkat kerawanan kebakaran hutan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Propinsi Sumatera Selatan

tidak berwarna tetapi selanjutnya berwarna krem atau kuning muda kadang- kadang juga menghasilkan warna merah muda atau ungu. F. oxysporum merupakan salah satu bagian dari anggota genus Fusarium yang paling labil dan berubah-ubah Booth, 1971.

D. Media

Smith 1994 menjelaskan bahwa cendawan dapat hidup dimana-mana dan termasuk spesies yang dapat tumbuh dengan variasi lingkungan yang luas dengan menggunakan kumpulan-kumpulan substrat baik secara naturalalami maupun buatan. Beberapa diantaranya adalah jenis yang spesifik, hingga sekarang belum diketahui nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhannya, oleh karena itu mereka tidak dapat tumbuh di media kultur. Secara umum cendawan tumbuh baik di media yang diformulasikan dari bahan-bahan naturalalami yang didapat dari tempat mereka di isolasi. Lebih lanjut Smith 1994 menjelaskan bahwa syarat-syarat untuk pertumbuhan bagi cendawan dapat bervariasi dari satu jenis ke jenis yang lain, walaupun kultur yang dilakukan dari spesies dan genus ditujukan untuk pertumbuhan terbaik pada media yang sama. Sumber-sumber untuk suatu isolat dapat memberikan petunjuk untuk kondisi pertumbuhan yang sesuai, sehingga pemilihan pada media khusus untuk pertumbuhan biasanya dikembangkan selama beberapa tahun dan hasil dari pengalaman. Pada sebagian besar pekerjaan, standarisasi untuk formula media diperlukan. Media akan mempengaruhi morfologi koloni dan warna, walaupun struktur khusus terbentuk dan mempengaruhi penyimpanan dari isolat. Menurut Stanier et al. 1976, tujuan utama dalam menyusun media biakan bagi setiap mikroorganisme adalah memberikan suatu campuran dengan syarat zat gizi yang berimbang dan pada konsentrasi yang dapat memungkinkan pertumbuhan yang baik. Medium yang seluruhnya terdiri dari zat gizi yang ditentukan secara kimiawi disebut medium sintetis. Medium yang berisi bahan-bahan zat kimia yang komposisinya tidak diketahui disebut medium kompleks. Menurut Sarles et al. 1956, jika mikroorganisme dapat tumbuh di atas beberapa bahan atau zat kimia di laboratorium, bahan atau zat kimia tersebut dinamakan media kultur. Dari ribuan media yang berbeda, telah ditemukan dan disusun kedalam suatu susunan kompleksitas yang didapat dari jaringan hidup sampai ke campuran sederhana dari bahan-bahan anorganik. Secara umum media diperuntukan untuk tiga tujuan utama : 1. Untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kultur bakteri. 2. Untuk mempelajari reaksi mikroorganisme terhadap zat-zat yang ada pada medium dan, 3. Dengan penggunaan mikroorganisme dapat membantu beberapa produk khusus atau kombinasi dari beberapa produk. Lebih lanjut Sarles et al. 1956, membagi media menjadi dua macam, yaitu : 1. Media alami, yaitu bahan-bahan alami yang dapat digunakan sebagai media kultur, karena pada kenyataannya mikroorganisme parasit akan tumbuh hanya pada jaringan hidup dan hasil sekresi atau estrak dari jaringan hidup. Potongan kentang atauu wortel dapat digunakan sebagai media kultur, dengan cara kentang atau wortel tersebut direbus hingga lunak dan air rebusan tersebut disterillisasi. Dalam penggunaannya, media tersebut terlebih dahulu dituang dari botol ke tempat yang akan digunakan untuk menginokulasi jaringan tanaman yang telah disterillisasikan. 2. Media buatan, yaitu media yang dibuat dari berbagai macam bahan atau zat, jika komposisi dari bahan-bahan tersebut diketahui, maka medium ini dinamakan medium sintetis. Tetapi jika komposisi dari bahan-bahan tersebut belum diketahui, maka medium ini dinamakan medium nonsintesis. Medium ini dapat digolongkan menjadi medium cair, medium semi padat dan medium padat. Menurut Dhingra dan Sinclair 2000, walaupun pertumbuhan vegetatif atau sporulasi akan dominan, hal itu tergantung pada medium kultur dan konsentrasi dari medium yang dipilih. Lebih lanjut mereka membagi medium kultur menjadi dua, yaitu : 1. Media alami, untuk pertumbuhan dan sporulasi penggunaan media alami lebih baik daripada media sintesis. Hal ini lebih baik, karena penggunaan medium dengan unsur karbon dan atau nitrogen yang dikurangi dapat menghasilkan sporulasi dan menekankan pertumbuhan vegetatif. 2. Media sintesis, media ini dapat lebih mahal daripada media alami dan dalam penyiapannya membutuhkan waktu yang lebih daripada media alami. Pemilihan media ini tergantung pada tujuan dan keperluan dilakukannya percobaan. Secara garis besar tidak ada peraturan umum yang merekomendasikan untuk menggunakan media media sintesis tertentu yang sesuai untuk sporulasi semua fungi. Menurut Cooke 1979, untuk mendapatkan pertumbuhan cendawan yang baik di laboratorium penggunaan media alami lebih baik dari media sintetis media buatan. Dharmaputra 1989 menjelaskan bahwa dilihat dari susunannya, medium dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu, medium alam, medium semi sintetis, medium sintetis. Medium alam mempunyai komposisi nutrisi yang diketahui dengan pasti tiap waktu karena dapat berubah-ubah dalam bahan bahan yang digunakan dan bergantung pada bahan asalnya sebagai contoh, kentang, jagung, serangga, rambut dan sebagainya. Medium semi sintetis terdiri atas bahan hasil pertanian dan juga bahan kimia yang komposisinya telah diketahui dengan pasti. Contoh medium semi sintetis adalah Agar Dextrose Kentang ADK. Dalam medium sintetis, medium alam dan medium semi sintetis dapat diulang secara tepat. Lebih lanjut Dhramaputra 1989 menjelaskan bahwa untuk mengisolasi cendawan dapat digunakan empat jenis medium, yaitu : 1. Medium umum, adalah medium yang mengandung kebutuhan pokok penunjang pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme. 2. Medium elektif, adalah medium yang mengandung nutrisi dalam jumlah minimum yang dapat menunjang pertumbuhan mikroorganisme tertentu. 3. Medium selektif, adalah medium yang dimodifikasi dengan pengaturan pH medium atau dengan menambah zat penghambat, sehingga pertumbuhan mikroorganisme yang tidak dikehendaki dapat dihambat. 4. Medium diferensial, adalah medium yang digunakan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi cendawan tertentu. McKane dan Kandel 1985 menjelaskan bahwa media yang biasa dipakai untuk mengisolasi cendawan adalah Sabourad’s agar, karena dalam media tersebut situasi dan kondisi yang selektif telah disatukan. Dalam penggunaannya dapat ditambahkan antibakteri atau antibiotik untuk mencegah pertumbuhan dari bakteri kontaminan yang dapat tumbuh pada media. Pemilihan media yang akan dipergunakan tergantung dari cendawan yang akan diamati. Menurut Hawksworth 1974, banyak cendawan yang mempunyai kebutuhan khusus untuk pertumbuhan yang optimal dalam kultur buatan. Sebagian besar penyediaan kondisi untuk pertumbuhan cendawan yang optimal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa perlakuan, diantaranya adalah mengatur suhu, cahaya, pH, media dan lain-lain.

E. Derajat Kemasaman pH