menanggulanginya maka perlu dilakukan uji provenasi guna memilih sumber benih yang paling produktif sebelum dikembangkan sebagai tanaman komersial
yang nantinya akan menghasilkan kayu dengan sifat fisis dan mekanis yang baik. Sampai sekarang, masih banyak keraguan dalam pengembangan mangium
mengingat bahwa kayu mangium memiliki berbagai kelemahan disamping keunggulannya, dan juga bahwa pengkajian atas sifat dan manfaat kayunya yang
belum banyak dilakukan. Salah satu karakteristik mangium yang perlu mendapat perhatian diantaranya ialah sifat fisis dan mekanis kayu. Oleh karena itu penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisis mekanis kayu mangium beberapa provenans sehingga membuka pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya atau
yang dapat disimak dari pengalaman ahli yang menekuni sifat dan pemanfaatan kayu mangium yang dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam penggunaan kayu
mangium untuk berbagai keperluan seperti bahan konstruksi bangunan, furniture, kayu pertukangan dan lain-lain.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk : a. Mengetahui sifat fisis dan mekanis kayu Acacia mangium dari Martapura,
Sumatra Selatan dan Parung Panjang, Jawa Barat. b. Membandingkan sifat fisis dan mekanis kayu Acacia mangium dari
Martapura, Sumatra Selatan dan Parung Panjang, Jawa Barat.
C. Manfaat
Dengan mengetahui sifat fisis dan mekanis kayu mangium beberapa provenans dari dua tempat tumbuh diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam pengembangan kayu mangium sebagai bahan baku industri sesuai sifatnya. Juga diketahui provenans dan tempat tumbuh yang baik sehingga mempermudah
dalam pengembangan jenis pohon mangium dan hasil kayu yang sesuai peruntukannya.
TINJAUAN PUSTAKA A. Keterangan Umum Mangium
1. Pengenalan botanis
Acacia mangium merupakan salah satu jenis tanaman cepat tumbuh fast growing species dan mudah tumbuh adaptive pada kondisi lahan yang tidak
subur tingkat kesuburannya. Riap diameter dapat mencapai 2,5-3,5 cmtahun, tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi, dapat tumbuh pada lahan yang
marginal dengan PH rendah, tanah berbatu serta tanah yang telah mengalami erosi. Mangium juga termasuk jenis yang sesuai ditanam di daerah terbuka,
kayunya dapat dimanfaatkan sebagai penghara pulp dan kertas serta meubel dan flooring. Karena kelebihan yang dimilikinya tersebut jenis ini banyak digunakan
dalam kegiatan HTI, rehabilitasi hutan dan lahan Indonesia Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Hutan, 2003.
Klasifikasi secara lengkap Acacia mangium Willd. menurut National Research Council 1983 adalah sebagai berikut :
Sub Kingdom : Embryophyta Phylum :
Tracheophyta Sub Phylum : Pteropsida
Class :
Angiospermae Sub Class
: Dycotyledone Family
: Leguminoceae Sub Family
: Mimosaidae Species :
Acacia mangium. Willd Mangium ialah pohon yang besar, tingginya dapat mecapai 25-30 meter.
Bebas cabang dapat lebih dari setengah tinggi pohon kadang-kadang silindris pada batang bawah dan diameter jarang lebih dari 50 cm dan bercabang banyak atau
simpodial Khaerodin, 1994.
2. Persebaran dan tempat tumbuh
Acacia mangium Willd. tersebar secara alami dari Australia, Papua Nugini, Maluku Rokas, Kep. Aru dan Seram bagian barat, Papua bagian utara
Semenajnung Vogelkop, Monokwari, Fak-fak, dan Papua bagian selatan Merauke, Erambu dan Muting. Tumbuh pada ketinggian antara 30-130 meter di
atas permukaan laut dengan curah hujan yang bervariasi antara 1000-4500 mm setiap tahun Leksono, 1996.
3. Sifat-sifat kayu
Ginoga 1997 dalam Malik 2003 menyatakan bahwa kayu mangium termasuk jenis kayu cepat tumbuh fast growing species yang mempunyai batas
lingkaran tumbuh yang jelas pada bagian terasnya dengan lebar 1 – 2 cm. Hal ini mungkin disebabkan oleh pertumbuhannya yang cepat serta adanya kayu muda
juvenile wood. Dengan demikian diduga lingkaran tumbuh pada kayu mangium tidak berkorelasi dengan kerapatan
.
Warna kayu teras dan gubal pada kayu mangium dapat dilihat jelas; bagian teras berwarna lebih gelap, sedangkan gubalnya berwarna putih dan lebih tipis.
Warna kayu teras agak kecoklatan, hampir mendekati kayu jati, kadang-kadang mendekati warna jati gembol. Arah serat lurus sampai berpadu.
Tabel 1. Tebal Gubal dan Teras Dolok Kayu Mangium Acacia mangium Willd. Pada Kondisi Basah
Umur tahun
Bagian dari
Dolok Tebal gubal dan teras cm
Bontos pangkal Bontos ujung
Gubal Teras
Gubal Teras
10 A
B C
4,3 4,7
4,0 19,3
14,6 15,0
4,2 4,2
4,2 15,1
14,8 14,1
9 A
B C
5,5 4,3
4,2 18,5
16,7 14,5
4,0 3,8
3,5 17,0
15,2 14,2
Sumber Ginoga 1997 dalam Malik 2003 Keterangan:
A : Dolok pangkal B : Dolok tenggah C : Dolok ujung
Tebal kayu gubal dan teras berpengaruh terhadap kekuatan kayu. Tabel 1 memperlihatkan hasil pengamatan Ginoga 1997 dalam Malik 2003 terhadap
dolok kayu mangium yang berasal dari Benakat, Sumatera Selatan. Tabel tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa makin tinggi umur kayu maka bagian kayu
terasnya makin tebal. Sifat fisis-mekanis yang umum dijadikan dasar dalam penggunaan kayu
adalah berat jenis BJ, kadar air KA dan keteguhan lentur statis MOE MOR. Sifat-sifat tersebut untuk kayu dengan kelas umur II-IV ditampilkan dalam
Tabel 2. Tabel 2. Berat Jenis dan Kadar Air Kayu Mangium Acacia mangium Willd.
Menurut Umur Tanaman
Umur tahun
BJ basah BJ ku
BJ ko KA
Rata2 S
Kisaran Rata2 S
Kisaran Rata2 S
Kisaran Basah
Ku 10
0,95 0,132
0,92- 0,98
0,52 0,087
0,50- 0,54
0,42 0,065 0,41-0,44
125,4 18,0
9 0,90
0,162 0,86-
0,93 0,51
0,092 0,49-
0,53 0,42
0,080 0,40-0,44 112,9
16,4 7
0,84 0,163
0,80- 0,92
0,50 0,072
0,49- 0,52
0,41 0,061 0,40-0,43
98,6 18,0
5 0,86
0,165 0,82-
0,90 0,49
0,059 0,48-
0,51 0,41
0,048 0,40-0,42 111,1
17,6 4
0,79 0,167
0,75- 0,82
0,47 0,048
0,46- 0,48
0,38 0,40
0,37-0,39 99,9
18,8 Sumber Ginoga 1997 dalam Malik 2003
Keterangan: S = Simpangan baku; ku = Kering udara; ko = kering oven
.
Secara statistik berat jenis kayu pada umur yang berbeda tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata.
Menurut hasil penelitian Ginoga 1997 dalam Malik 2003 berdasarkan berat jenis, keteguhan lentur statis dan tekan sejajar arah serat, maka kayu
mangium termasuk kelas kuat II – III.
B. Provenans
Provenans ialah sumber asal dari biji atau benih. Sumber biji ialah tempat dimana biji dikumpulkan. Untuk memilih provenans yang sesuai dapat
ditunjukkan dengan mempelajari gen ekologis jenis yang bersangkutan secara cermat, disamping menentukan pola keragaman genetik dalam hubungannya
dengan lingkungan. Zobel and Jackson 1995 menyatakan bahwa sifat kayu sangat
berhubungan dengan provenans atau sumber benih. Hubungan tersebut sangat komplek dan sedikit rumit. Hubungan yang kuat seringkali tidak ditemukan secara
kasat mata tetapi seringkali sumber benih menjadi suatu hal yang penting dalam menentukan sifat dari kayu tersebut. Salah satu sifat kayu yang berhubungan
dengan sumber asal benih ialah berat jenis. Secara umum hubungan antara sifat kayu dengan sumber asal benih ialah sebagai berikut :
1. Kayu yang berasal dari berbagai provenans yang tumbuh di lingkungan yang kurang baik cenderung memiliki sifat yang seragam, dibanding jika
tumbuh di lingkungan yang lebih baik. 2. Pertumbuhan Pinus cortora, Abies sp, Picea sp, dan jenis-jenis pinus
daerah tropis dipengaruhi oleh sumber asal benih. Sebagian besar kayu daun lebar tidak dipengaruhi oleh sumber biji, kecuali Eucalyptus.
3. Untuk mengetahui sifat-sifat kayu yang dihasilkan dari suatu provenans yang ditanam dalam suatu lingkungan yang berbeda adalah dengan cara
menanam jenis-jenis kayu tersebut dalam lingkungan berbeda pula. Adapun jenis-jenis yang digunakan dalam penelitian ini sumber benihnya
berasal dari Papua Nugini PNG dan Quensland, Australia QLD yaitu : 1. Claudia River, QLD - 17946
2. Lake Muray, PNG - 18207 3. Kuru, PNG - 18057
4. Wipin District, PNG - 18216 5. Rini WP, PNG - 16938
6. Kiriwo Scrisa, PNG - 18209
C. Sifat Fisis Kayu