Tabel interaksi antara tempat tumbuh dan jenis provenans diperoleh bahwa nilai kadar air basah dan kering udara berbeda nyata. Dengan kata lain kadar air
basah dan kering udara dari beberapa provenans dan lokasi tempat tumbuh terdapat saling mempengaruhi. Pada Tabel 6 nilai kadar air basah terbesar ialah
Kuru di Parung Panjang dengan nilai 76,11 dan nilai terkecil ialah Kuru- Martapura dengan nilai 41,13 Sedangkan untuk kadar air kering udara nilai
rata-rata kadar air terbesar ialah Lake Muray-Parung Panjang dengan nilai 17,41 dan terkecil ialah Lake Muray-Martapura dengan nilai 10,72 . Hal ini diduga
karena lokasi geografis, tingkat kerapatan penyebaran pohon crown class dan tingkat kesuburan suatu lokasi, khususnya yang berhubungan dengan kandungan
air tanah telah diketahui turut mempengaruhi beberapa sifat fisis kayu Tim Peneliti Puslitbang Hutan Bogor, 1993 didukung oleh curah hujan di Parung
Panjang yang lebih tinggi yaitu 3000 mmtahun dibandingkan dengan curah hujan di Martapura yaitu 2800 mmtahun yang menyebabkan kadar air basah di Parung
Panjang lebih tinggi dibadingkan dengan kadar air basah di Martapura sedangkan untuk tingginya kadar air kering udara di Parung Panjang dibadingkan dengan
kadar air kering udara di Martapura karena BJ kayu pada Provenans dari Parung Panjang lebih tinggi, apabila BJ tinggi maka proporsi dinding sel pada kayu juga
tinggi sehingga mampu menyerap uap air yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu dengan BJ yang rendah karena sifat kayu yang higroskopis Pandit, 2002
2. Berat Jenis BJ
BJ merupakan sifat fisis kayu yang banyak digunakan untuk menduga sifat- sifat kayu lainnya. BJ kayu ditentukan oleh tebal dinding sel dan ukuran rongga sel.
Bahan kimia yang terdapat pada dinding sel juga akan mempengaruhi nilai BJ kayu Haygreen dan Bowyer, 1982.
Tsoumis 1991 mengatakan bahwa variasi nilai BJ kayu dapat terjadi dalam satu pohon maupun antar pohon pada spesies yang sama. Variasi dalam satu pohon
dapat terjadi pada arah vertikal pangkal, tengah, ujung maupun horizontal teras, gubal, dekat empulur; sedangkan variasi antar pohon dalam spesies yang sama
disebabkan oleh perbedaan kondisi dan lingkungan tempat tumbuh serta faktor keturunan.
Dari hasil analisis keragaman didapat bahwa faktor tempat tumbuh Martapura dan Parung Panjang beda nyata tetapi untuk faktor provenans dan interaksi antara
provenans dan tempat tumbuh tidak berbeda nyata atau dengan kata lain tidak adanya pengaruh diantara faktor-faktor antar provenans dan tempat tumbuh dengan
provenans. Nilai rata-rata BJ pada setiap provenans di dua tempat tumbuh secara lengkap
dan menunjukkan interaksi antara tempat tumbuh dengan provenans ialah : Tabel 7. Nilai Rata-Rata BJ pada Setiap Provenans di Dua Tempat Tumbuh
Interaksi BJ
1A 0,48 1B 0,49
2A 0,47 2B 0,49
3A 0,52
3B 0,51 4A 0,42
4B 0,49 5A 0,43
5B 0,49 6A
0,39 6B 0,48
Keterangan : A : Martapura
B : Parung Panjang 1 : Claudia River, QLD 2 : Lake Muray, PNG
3 : Kuru, PNG 4 : Wipin, PNG
5 : Rini, PNG 6 : Kiriwo, PNG
Rata-rata nilai BJ pada kayu mangium ialah 0,39 – 0,52 untuk pengukuran pada kondisi kering udara nilai rata-rata terendah terdapat pada Kiriwo-Martapura
sedangkan tertinggi terdapat pada Kuru-Martapura. Variabilitas nilai BJ kayu dapat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya adalah jenis kayu species, kondisi
tempat tumbuh, letak kayu dalam pohon, kayu gubal dan kayu teras, dan faktor genetik. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi ukuran dan ketebalan dinding
sel, sehingga mempengaruhi nilai BJ dan juga kerapatan kayu dalam satu pohon, sehingga lazim apabila kerapatan atau BJ kayu dalam satu pohon bervariasi
Haygreen dan Bowyer, 1982. Oey Djoen Seng 1954 dalam Pandit 2002 menyatakan bahwa pada
umur yang lebih tua akan dibentuk kayu yang lebih berat daripada umur yang lebih muda. Karena dalam penelitian ini digunakan contoh uji dari pohon yang
berumur sama umur 14 tahun, maka diperoleh berat jenis kayu yang relatif seragam di antara provenan-provenan tersebut.
Tingginya nilai BJ di Parung Panjang disebabkan oleh sesuainya jenis pohon mangium ditanam di areal Parung Panjang karena menurut Tim Peneliti
Puslitbang Hutan Bogor 1993 menyatakan bahwa persyaratan tempat tumbuh bagi pohon mangium yaitu mangium dapat tumbuh baik pada lahan yang
mengalami erosi, berbatu dan tanah aluvial serta tanah yang memiliki PH rendah yaitu 4,2. Tumbuh pada ketinggian antara 30-130 mdpl dengan curah hujan antara
1000-4500 mmtahun. Seperti jenis pionir yang cepat tumbuh dan berdaun lebar jenis ini sangat membutuhkan sinar matahari intoleran apabila mendapatkan
naungan akan tumbuh kurang sempurna dengan bentuk tinggi dan kurus. Sesuai dengan keadaan lapang di Parung Panjang dengan PH 4,8 sedangkan di Martapura
PH tanahnya ialah 3,7-4 hal tersebut mungkin mempengaruhi pertumbuhan mangium di Martapura sehingga BJ nya cenderung lebih kecil dibandingkan BJ
kayu mangium di Parung Panjang.
B. Sifat Mekanis