MODEL TANGGUL HASIL UJI PEMADATAN

USDA. Menurut sistem klasifikasi Unified, tanah Latosol Darmaga ini didasarkan pada analisis konsistensi tanah yaitu dengan menggunakan batas cair dan batas plastis tanah. Nilai batas cair tanah tersebut adalah 61.42 dan batas plastis tanah sebesar 41.36 . Sedangkan nilai indeks plastisitas IP tanah yang merupakan selisih dari batas cair dan batas plastis adalah sebesar 20.06 . Berdasarkan analisis konsistensi tanah tersebut, tanah Latosol Darmaga termasuk dalam tanah berbutir halus karena lebih dari 50 yang lolos dari saringan no. 200 0.075 mm dan kelompok tanah MH, yaitu jenis tanah lanau anorganik atau pasir halus diatome atau dengan kata lain tanah tersebut masuk klasifikasi kandungan liat yang tinggi. Sedangkan klasifikasi menurut segitiga tekstur sistem USDA, tanah Latosol tergolong dalam kelas liat karena komposisi liatnya lebih besar dibandingkan dengan debu dan pasir. Komposisi liatnya 62.13 , debu 12.94 dan pasir 24.93 .

B. MODEL TANGGUL

Tanggul pada penelitian kali ini dan sebelumnya merupakan model dari tanggul pada keadaan umumnya di lapangan, sehingga dimensi dari model tanggul ditentukan berdasarkan skala tertentu dari dimensi pada keadaan sebenarnya. Skala model yang digunakan merupakan skala yang ‘geometrically similiar’, dimana skala horizontal dan vertikal bernilai sama. Tabel 8 berikut disajikan dimensi tanggul pada keadaan sebenarnya dan pada model dengan skala 1 : 12. Secara skematis penampang melintang dan dimensi model tanggul dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 8. Dimensi model tanggul Dimensi Keadaan umumnya Model H tinggi muka air, cm 150 12.5 Hf tinggi jagaan, cm 60 5 Hd tinggi tanggul, cm 210 17.5 b lebar atasmercu, cm 150 12.5 L lebar bawah, cm 1680 140 Gambar 19. Penampang melintang dan dimensi tanggul. Dimensi dari tanggul dibuat berdasarkan analisa dari buku referensi. Pemilihan tinggi muka air rencana, tinggi jagaan dan lebar atas model tanggul diambil berdasarkan nilai minimum yang direkomendasikan pada standar perencanaan irigasi DPU, 1986. Tinggi muka air yang direncanakan atau pada keadaan sebenarnya sebesar 1.50 m, untuk ketinggian muka air tersebut lebar atas w minimum untuk tanggul sebesar 1.50 m sehingga untuk tanggul diambil nilai w sebesar 1.50 m. Menurut Dirjen Pengairan DPU 1986, tinggi jagaan freeboard tanggul antara 0.4 m – 1.0 m sedangkan tinggi jagaan pada pembuatan tanggul yang direncanakan ini sebesar 0.6 m. Menurut kriteria kemiringan talud pada Tabel 6 tanggul dengan bahan jenis tanah Latosol kelas MH menggunakan nilai kemiringan talud antara 1 : 2.5 sampai 1 : 3.5. Pada tanggul yang direncanakan digunakan kemiiringan talud 1 : 3 dengan pertimbangan untuk mempermudah dalam perhitungan.

C. HASIL UJI PEMADATAN

Uji pemadatan tanah dilakukan dengan uji pemadatan standar uji Proctor. Dari hasil uji pemadatan diperoleh kadar air optimum, berat isi kering, berat basah dan berat isi jenuh tanah. Berdasarkan data hasil uji pemadatan pada penelitian Sumarno 2003 diperoleh nilai berat isi basah 1.74 gcm 3 , berat isi kering 1.30 gcm 3 , berat isi jenuh 1.40 gcm 3 dan kadar air optimum sebesar 33.5 . Nilai – nilai tersebut merupakan nilai uji pemadatan standar yang dijadikan sebagai acuan untuk melakukan pengujian pemadatan baik di laboratorium maupun di lapangan. Pemadatan tanah sangat penting dilakukan dalam pembuatan suatu tanggul, karena pemadatan akan mempengaruhi kekuatan tanah, daya rembes air dan lain sebagainya. Model tanggul yang dibuat terdiri dari 8 lapisan tanah dimana setiap lapisan dengan ketinggian 2.5 cm dan dilakukan pemadatan dengan jumlah tumbukan tertentu dan tergantung dari luasan tanah yang dipadatkan. Semakin luas permukaan tanah yang dipadatkan maka jumlah tumbukan yang diberikan juga semakin besar, dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Jumlah tumbukan pada tiap lapisan dengan luas yang berbeda Lapisan tanah ke- Luas permukaan cm 2 Jumlah tumbukan 1 5750 480 2 5250 438 3 4500 375 4 4350 363 5 3300 275 6 3150 263 7 2500 209 8 2150 180 Pasir 125 25 Pada proses pemadatan, berat isi kering maksimum akan meningkat dengan meningkatnya total energi pemadatan. Dimana peningkatan energi pemadatan tersebut cukup untuk menghancurkan struktur tanah dan merubah posisi struktur tanah. Dengan kata lain, jika lebih banyak energi pemadatan yang digunakan untuk memadatkan tanah maka penambahan energi akan mengakibatkan partikel – partikel diatur menjadi luasan yang lebih lebar dengan peningkatan massa partikel tanah per unit volume.

D. HASIL UJI TUMBUK MANUAL