Gambar 3.6.1 Metode pengukuran zona hambat bakteri terhadap koloni fungi; A. Zona hambat bakteri endofit terhadap hifa koloni fungi;
B. Koloni bakteri C. Titik tengah fungi diletakkan; D. Hifa koloni fungi; E. Media; X. Diameter koloni fungi yang terhambat
pertumbuhannya; Y. Diameter koloni fungi normal
3.7 Pengamatan Hifa Abnormal
Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan cara mengamati ujung miselium pada daerah zona hambat fungi patogen. Ujung miselium R. solani yang
tumbuh pada permukaan media PDA + 3 yeast ekstrak dipotong berbentuk block square, kemudian diletakkan pada objek glass. Selanjutnya diamati adanya
abnormalitas pertumbuhan miselium fungi patogen, berupa pembengkokan ujung miselium, miselium pecah, miselium berbelah, miselium bercabang, miselium
lisis dan miselium tumbuh kerdil Lorito et al., 1993.
3.8 Uji Potensi Serangan Rhizoctonia solani
Biakan R. solani diremajakan pada cawan Petri selama 7 hari pada suhu ambien. Selanjutnya diinokulasikan pada 120 ml media GYB di dalam labu Erlenmeyer
250 ml dan di inkubasi pada ambien selama 10 hari. Suspensi R. solani sebanyak 120 ml dicampurkan dengan 1,5 kg campuran tanah dan kompos steril nisbah
3:1 di dalam nampan plastik berukuran 30 cm x 22 cm x 7 cm. Benih tanaman jagung
masing-masing 20 benih ditanam ke dalam tiap nampan. Benih yang ditanam ke dalam media tanam yang tidak dicampurkan dengan suspensi R. solani
digunakan sebagai kontrol negatif. Ulangan dilakukan sebanyak 5 kali pada perlakuan uji potensi R. solani Lampiran 4. Peubah yang diamati adalah
tanamanan yang menunjukkan simptom penyakit selama masa persemaian 30 hari. Persentasi simptom dihitung dari jumlah kecambah yang terserang penyakit
dibagi jumlah seluruh kecambah yang tumbuh Suryanto et al., 2010.
Universitas Sumatera Utara
Reisolasi terhadap R. solani dilakukan dengan memotong jaringan pada bagian daun yang menunjukkan simptom penyakit. Jaringan tersebut kemudian
didesinfeksi dengan menggunakan larutan 1 NaClO selama kurang lebih 10 detik dan dicuci dengan akuades steril sebanyak 3 kali lalu ditanam pada media
PDA. Isolat yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan pada isolat R. solani yang diperoleh pada saat isolasi awal.
Uji potensi dan penghambatan serangan R. solani hanya dilakukan pada benih
jagung , tanpa melakukan pengujian silang terhahadap benih padi, hal ini
dikarenakan pengujian silang yang dilakukan pada benih padi membutuhkan sistem pengairan yang lebih baik. Pengujian silang terhadap benih padi dengan
sistem pengairan yang tidak sama dengan pengairan terhadap benih jagung
, menyebabkan hampir seluruh tanaman padi mati pada minggu ketiga, sehingga
tidak diketahui kematian disebabkan oleh fungi atau kurangnya pengairan.
3.9 Penghambatan Serangan Rhizoctonia solani Pada Benih Jagung