Pengamatan Hifa Abnormal Patogenitas Rhizoctonia solani Terhadap Benih Jagung

iturin, surfaktin, dan enzim kitinase. Yuliar Yuliasni 2005 juga melaporkan bahwa isolat bakteri tanah dan bekteri endofit dapat menghambat pertumbuhan fungi R. solani. Hasil uji invitro yang positif mengindikasikan isolat menghasilkan antifungi iturin. Konsentrasi antifungi yang terkandung pada kultivasi isolat memberikan hasil positif yang berbeda-beda, hal ini terlihat dari jarak penghambatan terhadap R. solani dari masing-masing isolat. Semakin jauh jarak penghambatan kultivasi isolat terhadap R. solani maka semakin besar konsentrasi iturin yang dikandung kultivasi isolat tersebut. Selain iturin pada media kultivasi mungkin pula terdapat anti fungi lain seperti surfaktin. Menurut Pelczar Chan 1988, pengaruh metabolit sekunder dalam merusak dinding sel, merubah permeabilitas sel, merubah molekul protein dan asam nukleat, menghambat kerja enzim, sintesis asam nukleat dan protein dapat mengawali terjadinya perubahan- perubahan yang menuju pada kematian sel. Mekanisme penghambatan pertumbuhan fungi patogen tanaman oleh agen biokontrol melalui antibiotik yang dihasilkannya atau kompetisi makanan. iturin dan surfaktin merupakan antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan fungi. Iturin terdiri atas tujuh buah residu asam amino yang bersifat hidrofilik dan ekor hidrokarbon dengan panjang 10-13 karbon yang bersifat hidrofobik. Surfaktin adalah antibiotik yang memiliki kerja sebagai suatu biosurfaktan, surfaktin dapat merusak permeabilitas membran sel Huang et al., 1993.

4.4 Pengamatan Hifa Abnormal

Pengamatan mikroskopik hifa abnormal R. solani setelah diberi perlakuan antagonis dengan isolat-isolat bakteri endofit berpotensi yang dilakukan setelah hari ketujuh menunjukkan aktivitas antagonis dari kesebelas isolat bakteri endofit memiliki penghambatan yang hampir sama, yaitu menyebabkan pertumbuhan hifa yang abnormal pada R. solani diantaranya hifa lisis, hifa patah, hifa bengkok, hifa melilit, hifa menggulung, dan hifa kerdil. Bakteri endofit mampu menghambat pertumbuhan miselium R. solani, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan mikroskopis yang menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan hifa R. solani Gambar 4.4.1. Hambatan ini diduga Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh pengaruh dari enzim-enzim dan metabolit sekunder bakteri endofit yang dapat merusak proses metabolisme R. solani. Gambar 4.4.1 Morfologi hifa abnormal hasil uji in vitro R. solani dengan bakteri endofit ditunjukkan oleh tanda panah a Normal; b Melengkung; c Patah; d Lisis; e Kerdil; f Keriting; g Patah dan lisis; h membengkak Perbesaran 60 x10

4.5 Patogenitas Rhizoctonia solani Terhadap Benih Jagung

Berdasarkan besar daya hambat terhadap R. solani dan sifat pewarnaannya, isolat yang digunakan untuk uji in vivo yaitu AJ02 dan DJ01 untuk bakteri endofit jagung , AP01 dan DP01 untuk bakteri endofit padi. Hasil uji patogenitas fungi R. solani terhadap benih jagung menunjukkan patogenitas yang cukup tinggi. Efek yang ditimbulkan oleh fungi ini yaitu menyebabkan penyakit rebah kecambah terhadap tanaman jagung , dan menyebabkan benih jagung tidak dapat tumbuh. Pada keadaan normal kontrol - 34 dari benih jagung yang ditanam tidak berkecambah. Pada kontol +, perlakuan dengan penambahan R. solani pada benih, 85 benih tidak tumbuh dan mengalami rebah, sehingga persentase rebah kecambah yang disebabkan oleh R. solani terhadap benih jagung yaitu sebesar 51. Serangan R. solani dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan tanah. Infeksi R. solani dapat terjadi sebelum bibit berkecambah. Bibit menjadi lunak dan berwarna coklat, membusuk dan tidak dapat tumbuh. Infeksi setelah perkecambahan menyebabkan sistem perakaran hingga pangkal batang terlihat Universitas Sumatera Utara seperti membusuk, basah, lunak dan berwarna coklat. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.5.1. Gambar 4.5.1. Serangan R. solani pada benih jagung a sebelum benih tumbuh; b setelah benih tumbuh, sistem perakaran dan pangkal batang yang tampak membusuk; c sistem perakaran dan pangkal batang normal Pengamatan setelah persemaian 30 hari Menurut Muis 2007, fungi R. solani cocok tumbuh pada kondisi panas dan lembap. Fungi ini juga menyebabkan busuk benih seed rot dan busuk bibit seedling blight pada tanaman jagung. Menurut Sweets Wrather 2000, busuk benih terjadi sebelum benih tumbuh. Pada fase ini benih menjadi lunak dan berwarna coklat. Busuk bibit dapat menyerang baik pada fase pratumbuh maupun pada saat benih tumbuh, tetapi bibit mati sebelum muncul ke atas permukaan tanah. Serangan dapat juga terjadi pada pascatumbuh, yaitu pada saat benih tumbuh sebelum gejala serangan berkembang. Serangan pada fase pratumbuh menyebabkan koleoptil dan sistem perakaran berwarna coklat dan tampak basah dan busuk, sedangkan serangan pascatumbuh mengakibatkan tanaman berwarna kuning, layu, dan mati. Gejala hawar dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah dan menjalar kebagian atas, pada varietas yang rentan serangan fungi dapat mencapai pucuk atau tongkol. Fungi ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang basah, lembab dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama Wakman Burhanuddin, 2008. a b c Universitas Sumatera Utara

4.6 Penghambatan Serangan Rhizoctonia solani Terhadap Pertumbuhan