Penghambatan Serangan Rhizoctonia solani Terhadap Pertumbuhan

4.6 Penghambatan Serangan Rhizoctonia solani Terhadap Pertumbuhan

Benih Jagung Pengujian dilakukan dengan pemberian bakteri endofit padi dan jagung yang berpotensi terhadap benih jagung melalui perendaman benih ke dalam suspensi bakteri endofit selama 30 menit. Benih ditanam pada campuran tanah kompos yang telah diberi R. solani dengan masing-masing ulangan sebanyak 5 kali. Pengamatan dilakukan selama 30 hari. Hasil penelitian patogenitas dan penghambatan serangan fungi R. solani menunjukkan hasil yang berbeda, seperti yang terlihat pada Gambar 4.6.1. Gambar 4.6.1 Patogenitas dan penghambatan R. solani terhadap benih jagung usia 30 hari a benih dengan perlakuan kontrol +; b kontrol -; c DJ01; d AJ02; e DP01; f AP01; g fungi + DJ01; h fungi + AJ02; i fungi + AP01; j fungi + DP01 Pengamatan setelah persemaian 30 hari Universitas Sumatera Utara R. solani dapat menyerang tanaman pada stadia pembibitan hingga stadia generatif. Perkembangan penyakit diawali dari infeksi R. solani pada bagian upih daun, kemudian berkembang ke arah dalam dan menginfeksi bagian batang tanaman Muslim, 2012. Fungi ini dapat menyebabkan benih membusuk sehingga tidak dapat berkecambah, penyakit layu, serta busuk pada pelepah, batang maupun daunnya. Gejala akibat serangan R. solani berupa bintik kecil berwarna merah kecoklatan dan dimulai dari bagian yang paling dekat dengan permukaan tanah dan menjalar ke bagian atas Nafriana et al., 2013. Hasil penelitian menunjukkan terjadi pengurangan serangan R. solani oleh isolat AJ02, DJ01, AP01 dan DP01 terhadap benih jagung yang ditanam. Isolat AJ02 mampu mengurangi serangan R. solani sebesar 25, isolat DJ01 sebesar 22, isolat AP01 sebesar 22, isolat DP01 sebesar 27, terlihat pada Gambar 4.5.2. Gambar 4.6.2 Persentasi rebah kecambah benih jagung setelah diinokulasikan R. solani dengan bakteri endofit padi dan jagung setelah persemaian 30 hari Grafik tersebut juga menunjukkan terjadinya penghambatan pada benih yang diberi perlakuan penambahan masing-masing isolat. AJ02 sebesar 1, DJ01 sebesar 9 dan AP01 sebesar 11. Penghambatan pada perlakuan DJ01 dan AP01 yang terjadi menunjukkan bahwa pengaruh perubahan kondisi dan situasi tertentu atau terganggunya keseimbangan dari lingkungan alamiah menyebabkan bakteri endofit bersifat kurang menguntungkan. Hal ini juga didukung dengan 34 85 35 43 45 17 60 63 63 58 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 R eb ah k ec am b ah Perlakuan Universitas Sumatera Utara laporan penelitian yang dilakukan oleh Rangkuti 2014, yang menyatakan penurunan tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, dan berat kering tanaman terhadap kontrol menunjukkan bahwa bakteri endofit dalam kondisi dan periode tertentu tidak memperbaiki pertumbuhan tanaman ataupun dapat bersifat patogen, sedangkan DP01 terjadi peningkatan pertumbuhan sebesar 17 dari keadaan normal kontrol -. Namun setiap perlakuan masing-masing bakteri endofit menunjukkan kondisi yang lebih subur dibandingkan dengan perlakuan bakteri endofit yang diinokulasikan R. solani, seperti yang terlihat pada Gambar 4.6.1. Menurut Hallman et al., 1999, bakteri endofit mampu meningkatkan pertumbuhan dan menstimulasi mekanisme pertahanan tanaman. Bakteri endofit berpengaruh pada kesehatan tanaman dalam hal antagonisme langsung atau penguasaan relung atas patogen, menginduksi ketahanan sistemik dan meningkatkan toleransi tanaman terhadap tekanan lingkungan. Rosenblueth Romero 2006 juga menyatakan bakteri endofit dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, menekan patogen, membantu menghilangkan kontaminan, melarutkan fosfat, dan berkontribusi dalam menangkap nitrogen bagi tanaman. Harni et al., 2011 menguji mekanisme bakteri endofit Achromobacter xylosoxidans, Bacillus subtilis, Alcaligenes faecalis, Bacillus cereus dan Pseudomonas putida pada tanaman nilam, beberapa diantaranya mampu meningkatkan kadar asam salisilat, peroksidase dan fenol yaitu senyawa yang berperan dalam mekanisme induksi ketahanan tanaman.

4.7 Pengaruh Bakteri Endofit Terhadap Pertumbuhan Benih Jagung