tersirat diatur dalam konflik keagenan antara manajemen agent dan pemegang saham principal.
2.2.2 Jenis-jenis Kebijakan Dividen
Menurut Sundjaja 2002 : 341-344, ada tiga jenis kebijakan dividen yaitu:
1. Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan constant-payout-ratio dividend
policy, yaitu bahwa pembayaran dividen didasarkan dalam persentase tertentu dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik setiap periode pembagian
dividen. Salah satu indikator kebijakan ini adalah dengan rasio pembayaran dividen dividend payout ratio, yang adalah persentase dari setiap rupiah
yang dihasilkan, yang dibagikan kepada pemilik saham. 2.
Kebijakan dividen teratur regular dividend policy, yaitu kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam
setiap periode. Kebijakan ini digunakan dengan menggunakan target rasio pembayaran dividen.
3. Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra low-regular-and-extra
dividend policy, yaitu kebijakan dividen yang didasarkan pada pembayaran dividen rendah yang teratur, ditambah dividen ekstra jika ada jaminan
pendapatan.
2.2.3 Teori Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah suatu keputusan untuk menentukan besarnya bagian laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham. Kebijakan
dividen ini sangat penting bagi perusahaan, karena pembayaran dividen mungkin mempengaruhi nilai perusahaan dan laba ditahan yang biasanya merupakan
sumber dana internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan perusahaan. Terdapat beberapa teori yang telah dikembangkan manajemen keuangan
mengenai variabel apa saja yang mempengarui besarnya dividen, Natalia 2013 menuliskan beberapa teori kebijakan dividen dalam penelitiannya yaitu :
1. Hipotesis Sinyal
Hipotesis sinyal dikemukakan oleh Miller Rock menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas tinggi akan membayar dividen lebih tinggi. Jika
sinyal meningkat karena adanya disparitas informasi antara manajer dengan investor, maka perusahaan yang memiliki disparitas informasi besar biasanya
perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan yang rendah akan membayar dividen lebih tinggi hubungan negatif sebagai sinyal bahwa kondisi perusahaan baik.
2. Dividend Irrelevance Theory
Teori ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Mondigliani. Merton Miller dan Franco Mondigliani menyatakan dalilnya pada beberapa
asumsi: a.
Tidak ada pajak pendapatan perseorangan atau perusahaan b.
Tidak ada flotasi saham atau biaya transaksi c.
Bahwa financial laverage tidak berpengaruh terhadap biaya modal d.
Bahwa investor dan manajer memiliki informasi yang sama mengenai prospek perusahaan
e. Bahwa pembagian pendapatan antara deviden dan laba ditahan tidak
berpengaruh terhadap biaya kepemilikan cost of equity perusahaan, dan f.
Bahwa anggaran modal perusahaan tidak tergantung kepada kebijakan dividen-nya.
3. Bird in the hand Theory
Pendapat Myron Gordon dan John Lintner diberi nama Bird-in-the-hand theory. Teori ini dapat dijelaskan dengan menggunakan pemahaman bahwa
sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen dibandingkan dengan pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal
karena komponen hasil dividen risikonya lebih kecil dari komponen keuntungan modal capital gain. Para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan
modal capital gain yang akan dihasilkan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen, karena dividen merupakan faktor yang dapat
dikendalikan oleh perusahaan sedangkan capital gain merupakan faktor yang dikendalikan oleh pasar melalui mekanisme penentuan harga saham.
4. Tax Preference Theory
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy, yang menjelaskan bahwa berkaitan dengan pajak, ada tiga alasan investor lebih memilih pembayaran
dividen yang rendah dibandingkan dividen yang tinggi, yaitu: a.
Keuntungan modal capital gain dikenakan tarif pajak lebih rendah daripada pendapatan dividen. Untuk itu, investor yang memiliki sebagian besar saham
mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanam kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan
kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.
b. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai sahamnya terjual, sehingga
ada efek nilai waktu. c.
Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.
Karena adanya keuntungan-keuntungan ini, para investor mungkin lebih senang apabila perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika
demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian
dividennya tinggi. 5.
Clientle Effect Theory Teori yang menyatakan bahwa kecenderungan perusahaan untuk menarik
jenis investor yang menyukai kebijakan dividennya Brigham dan Houston, 2006:73. Clientlekelompok dari pemegang saham yang berbeda, menyukai
kebijakan dividen yang berbeda pula. 6.
Kebijakan Dividen Residual Suatu kebijakan dimana dividen yang dibayarkan ditetapkan sama dengan
laba aktual dikurangi dengan jumlah laba yang perlu ditahan untuk membiayai anggaran modal perusahaan yang optimal Weston dan Brigham, 1990:205.
7. Teori Hipotesis Pecking Order
Hipotesis Pecking Order yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf menyatakan bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan untuk
membayar dividen relatif lebih rendah dalam rangka memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai proyek investasinya.
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen