informasi; 2 Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. Kepemilikan
institusional menunjukkan persentase saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan kepemilikan oleh blockholder, yaitu kepemilikan individu atau atas nama
perorangan di atas 5 tetapi tidak termasuk kedalam golongan kepemilikan insider Dewi, 2008.
Pengukuran variabel kepemilikan institusional menggunakan persentase saham yang diperoleh dari jumlah saham institusional dan kepemilikan oleh blockholder
dibagi dengan jumlah keseluruhan saham yang beredar Ismiyanti dan Hanafi, 2003. Kepemilikan institusional memiliki peranan untuk dapat menekan hutang
yang digunakan oleh perusahaan sebab pengawasan yang kuat akan membatasi perilaku manajer dalam menggunakan hutang sehingga semakin aktif pengawasan
pemilik institusional maka akan menurunkan hutang perusahaan. Hutang perusahaan yang menurun mampu menjauhkan perusahaan pada kebangkrutan
yang dapat menurunkan nilai perusahaan Sujoko dan Subiantoro, 2007.
2.6 Kebijakan Hutang
Hutang Menurut Djarwanto 2004:34 merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau menyerahkan barang atau
jasa pada tanggal tertentu. Hutang juga merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya.
Pengambilan keputusan akan penggunaan hutang harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan
menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa.
Apabila perusahaan mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan hutang. Namun, bila penggunaan hutang terlalu besar
dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini apabila perusahaan ingin menghindari hutang yang tinggi, maka laba
perusahaan dialokasikan ke laba ditahan yang digunakan untuk operasi perusahaan dan investasi di masa yang akan datang sehingga akan mengurangi
penggunaan hutang. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk melakukan
pembiayaan melalui hutang. Kebijakan hutang sering diukur dengan debt ratio. Debt ratio adalah total hutang baik hutang jangka pendek maupun jangka
panjang dibagi dengan total aktiva baik aktiva lancar maupun aktiva tetap Kieso et al., 2006. Debt to Equity Ratio DER adalah sebuah rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajiban perusahaan. Semakin besar rasio menunjukkan semakin besar tingkat
ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal kreditor dan semakin besar biaya utang biaya bunga yang harus dibayar perusahaan.
Meskipun struktur modal perusahaan ikut meningkat akibat adanya tambahan modal yang berasal dari hutang, pihak perusahaan juga tidak boleh lupa bahwa
secara otomatis kewajiban mereka ikut meningkat. Dengan adanya peningkatan hutang dan kewajiban perusahaan, kemampuan perusahaan dalam membayarkan
dividen juga akan ikut menurun. Hal ini akan berdampak pada profitabilitas perusahaan karena sebagian pendapatan digunakan untuk membayar hutang.
Menurut Jensen dan Meckling 1976, penggunaan debt akan mengurangi konflik antara shareholders dan agen. Crutchley dan Hansen 1989 melihat dari
perspektif keagenan, dimana pengukuran debt ini memasukkan unsur kekayaan yang dimiliki non-agen atau shareholders yang bukan agen, sehingga kebijakan
utang dapat dilihat dari sisi pemegang saham Sari, 2010. Semakin banyak pemegang saham dengan proporsi kepemilikan yang semakin kecil tidak ada
suara mayoritas maka kemampuan monitoring pemegang saham tidak efektif. Oleh karena itu, diperlukan adanya pihak ketiga yang membantu pemegang saham
dalam monitoring dan bonding manajemen yaitu debtholders kreditor untuk mengurangi agency cost of equity.
2.7 Profitabilitas