Anak sudah mulai memandang dunia secara obyektif, berfikir secara operasional yang bersifat konkrit. Pada periode ini anak mulai memperoleh
tambahan kemampuan yang berfungsi untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri sehingga
ia mampu mengambil keputusan secara logis. 4 Operasi formal 11
– 14 tahun dan seterusnya Anak sudah dapat berpikir abstrak, hipotesis, dan sistematis mengenai
sesuatu yang abstrak. Dapat bekerja dengan ratio, proporsi dan probalitas. Membangun dan memahami penjelasan yang rumit mencakup rangkaian deduktif
dan logika. Pada tahap perkembangan di atas, perkembangan siswa SD adalah pada
usia 7 –11 tahun termasuk dalam tahapan perkembangan operasional konkrit
berpikir kongkritnyata. Oleh karena itu, diperlukan guru yang efektif agar dapat mengemas pembelajaran yang menarik, inovatif, dan kreatif sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
2.1.7. Model Problem Based Learning
Penggunaan model pembelajaran yang menarik dan inovatif sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa, proses pembelajaran, dan hasil
belajar siswa. Menurut Hamid 2014:88, Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat
siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu
alternatif model
pembelajaran yang
memungkinkan dikembangkannya
keterampilan berpikir siswa pengalaman, komunikasi, dan koneksi dalam memecahkan masalah adalah model Problem Based Learning.
Menurut Arend 2008:41, Problem Based Learning menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat
berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyeidikan. Peran guru dalam Problem Based Learning adalah menyodorkan berbagai masalah autentik,
memfasilitasi penyelidikan siswa, dan mendukung pembelajaran siswa. Hal ini didukung oleh Wisudawati dan Sulistyowati 2014:88,
Model Problem Based Learning bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
memecahkan masalah, dan keahlian intelektual. Model Problem Based Learning memacu siswa untuk berpikir tingkat tinggi, karena dengan model Problem Based
Learning siswa diberikan masalah yang harus dicari penyelesaiannya sehingga diperlukan keahlian berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran PBL diorganisasikan di
seputar situasi kehidupan nyata, yang menolak jawaban sederhana dan mengundang solusi yang competing untuk menyeesaikan masalah. Esensi PBL
adalah menyajikan masalah yang sesuai kenyataan dan bermakna kepada siswa untuk diselidiki secara terbuka dan ditemukan solusi penyelesaiannya. Dalam
melakukan pembelajaran mengunakan Model Problem Based Learning, perlu mengetahui
karakteristik pembelajaran
dan sintaksnya.
Karakteristik Pembelajaran berbasis masalah adalah : 1 Permasalahan menjadi starting point
dalam belajar; 2 Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata; 3 Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar; 4 Belajar pengarahan diri menjadi hal
yang utama; 5 Penggunaan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM; 6
Keterbukaan proses dalam PBMmeliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, dan 7 PBM melibakan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses
belajar. Adapun Sintaks atau langkah
–langkah Model Problem Based Learning menurut Arend 2008:65 adalah :
Tabel 2.1 Sintaks model Problem Based Learning
Fase Indikator
Tingkah laku guru
1 Orientasi siswa pada
masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2 Mengorganisasi
siswa untuk belajar Membantu
siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan
tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing
pengalaman individualkelompok
Mendorong siswa
untuk mengumpulkan
informasi yang
sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4 Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses yang mereka gunakan
Model Problem Based Learning memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan model Problem Based Learning adalah a Siswa didorong untuk
memiliki kemampuan memecahkan masalah secara nyata, b Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuan diri melalui aktivitas belajar, c
Pembelajaran berfokus pada masalah, d Terjadi aktivitas ilmiah, e Siswa terbiasa membangun sumber pengetahuan, f Siswa memiliki kemampuan menilai
kemajuan belajarnya sendiri, g Siswa memiliki kemamapuan berkomunikasi ilmiah melalui diskusi dan presentasi, h Kesulitan belajar individual dapat diatasi
dengan diskusi kelompok atau peer teaching. Sedangkan kekurangan model Problem Based Learning adalah a Tidak dapat diterapkan dalam setiap materi
pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi, b Pembelajaran
menuntut kemampuan
tertentu dalam
memecahkan masalah.Shoimin,2014:130
Berdasarkan uraian di atas, model Problem Based Learning merupakan model yang dimulai dengan memberikan permasalahan kepada siswa untuk
kemudian dianalisis dan dicari penyelesaiannya baik secara individual maupun diskusi kelompok atau peer teaching sehingga siswa dapat memecahkan
permasalahan secara individu maupun kelompok.
2.1.8. Model Pembelajaran Kooperatif