Perubahan Anatomik Fisiologik Sistem Pernafasan Lanjut Usia

Kebiasaan merokok yang berlangsung lama dapat menimbulkan perubahan- perubahan struktur pada saluran napas, juga dapat menurunkan fungsi sistem pertahanan tubuh yang diperankan oleh paru-paru dan saluran napas, sehingga memudahkan timbulnya infeksi pada paru dan saluran napas. Merokok, dapat pula menimbulkan keganasan paru, PPOK, bronkitis kronis, dan sebagainya. b. Pengaruh karena kekurangan gizi Penurunan daya tahan tubuh pada lanjut usia terutama pada respons imun seluler. Ini merupakan konsekuensi lanjut atas terjadinya involusi kelenjar timus pada lanjut usia. Proses involusi kelenjar timus menyebabkan jumlah hormon timus yang beredar dalam peredaran darah menurun, berakibat proses pematangan limfosit T berkurang. Imunitas humoral pada lanjut usia juga mengalami perubahan, yaitu peninggian kadar Ig A dan Ig G, sedangkan Ig M menurun.

III. Perubahan Anatomik Fisiologik Sistem Pernafasan Lanjut Usia

Perubahan fisiologik sistem pernapasan pada lanjut usia, merupakan suatu bagian dari proses menua yang normal. Hal ini merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stress atau pengaruh lingkungan. Untuk dapat mengatakan suatu kemunduran fungsi tubuh disebabkan suatu penyakit yang menyertai proses menua, ada 4 kriteria yang harus dipenuhi : 1. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat universal, artinya umum terjadi pada setiap orang. 2. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti perubahan fungsi sel dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam sel dan bukan oleh faktor dari luar. 3. Proses menua terjadi secara progresif, berkelanjutan, berangsur lambat dan tidak dapat kembali seperti semula. 4. Proses menua bersifat proses kerusakan atau kemunduran. Pada lanjut usia terjadi perubahan anatomik yang mengenai hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau organ yang bersangkutan. Perubahan fungsi fisiologik paru selama proses menua kemungkinan disebabkan oleh perubahan gaya hidup daripada perubahan fungsi berbagai organ. Inhalasi asap rokok atau polusi industri yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mempercepat perubahan jaringan yang berhubungan dengan fungsi paru pada lanjut usia : 1. Perubahan anatomik sistem pernapasan a. Dinding dada: tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang-tulang rawan mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut epigastrik relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil. b. Otot-otot pernapasan: mengalami kelemahan akibat atrofi, sehingga menurunkan inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal. c. Saluran napas: akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cincin-cincin tulang rawan bronkus mengalami pengapuran. d. Struktur jaringan parenkim paru: bronkiolus, duktus alveolaris dan alveolus membesar secara progresif, terjadi emfisema senilis. Struktur kolagen dan elastin dinding saluran napas perifer kualitasnya berkurang Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 46 sehingga menyebabkan elastisitas jaringan parenkim paru berkurang. Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru pada lanjut usia dapat karena menurunnya tegangan permukaan akibat pengurangan daerah permukaan alveolus. 2. Perubahan fisiologik sistem pernapasan a. Gerak pernapasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun volume rongga dada akan merubah mekanika pernapasan, amplitudo pernapasan menjadi dangkal, dan timbul keluhan sesak napas. Kelemahan otot pernapasan menimbulkan penurunan gerakan paru-paru untuk bernapas, apalagi jika terdapat deformitas rangka dada akibat proses menua. b. Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran napas akan menimbulkan penumpukan udara dalam alveolus air-trapping ataupun gangguan distribusi udara dalam cabang-cabang bronkus. Aliran udara intra- parenkim berkurang, dan pertukaran udara alveolus berkurang sehingga tekanan saturasi oksigen berkurang. c. Volume dan kapasitas paru menurun: hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu kelemahan otot napas, elastisitas jaringan parenkim paru menurun, resistensi saluran napas yang menurun sedikit. Secara umum dikatakan bahwa pada lanjut usia terdapat pengurangan ventilasi paru. d. Gangguan transpor gas: pada lanjut usia terjadi penurunan PaO 2 secara bertahap, yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan O 2 oleh darah dari alveoli dan transpor O 2 ke jaringan berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan olahraga. Penurunan pengambilan O 2 maksimal disebabkan antara lain oleh berbagai perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi gas dan karena berkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnya curah jantung. Tes fungsi paru-paru standar menunjukkan perubahan sebagai berikut : a. Volume ekspirasi paksa dalam detik pertama FEV1FVC menurun seiring bertambahnya usia pada usia diatas 70 tahun FEV1FVC 65 dari normal. b. Ventilasi maksimal, menurun sekitar 1 per tahun antara usia 30 dan 70 tahun c. Kapasitas difusi CO 2 berkurang 0,20 – 0,30 mlmenitmmHgtahun; perubahan ini mungkin berkaitan dengan hubungan antara usia dengan penurunan luas permukaan kapiler paru d. Penurunan FEV1 pada orang yang tidak merokok ±30 mltahun dan penurunan FVC ±20 mltahun dimulai pada usia 30 tahun e. Kapasitas paru total tidak dipengaruhi oleh usia. Tabel : Perubahan fungsi paru berhubungan dengan usia Fungsi Perubahan Akibatnya Komplians rongga toraks menurun Peningkatan kerja pernapasan, peningkatan volume residual, peningkatan diameter anteroposterior dinding toraks Volume akhir meningkat penurunan rasio ventilasi-perfusi pada paru yang terlibat, pelebaran gradien O 2 alveolar-arterial FEV1 menurun menurunnya rasio FEV1FVC Ventilasi volunter menurun penurunan respon yang nyata terhadap Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 47 maksimum hipoksia dan hiperkapnia Kapasitas difusi CO 2 menurun peningkatan transport O 2 dan CO 2 yang nyata Respon pusat pernapasan terhadap hipoksia dan hiperkapnia menurun peningkatan sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkapnia  Kontrol pernapasan dan tidur Terjadi penurunan respon ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia ± 50 pada usia di atas 65 tahun dibandingkan dengan usia 20 tahun. Kemampuan untuk mengetahui peningkatan elastisitas dan muatan restriktif juga menurun. Efisiensi tidur pada lanjut usia menurun. Hal ini mungkin berhubungan dengan peningkatan obstruksi pusat apnea, umumnya pada fase I dan II tidur sekunder terhadap penurunan respon ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia, yang menyebabkan peningkatan periode terjaga di malam hari. Jumlah waktu yang dihabiskan dalam satu gelombang tidur juga menurun dengan bertambahnya usia.  Olahraga dan kondisi tubuh Konsumsi oksigen maksimum menurun sejajar dengan usia ± 0,4 mlkgmenittahun. Hal ini terutama berhubungan dengan perubahan kondisi tubuh dan perubahan pada sistem kardiovaskuler penurunan detak jantung dan stroke volume. Konsumsi oksigen dapat ditingkatkan dengan melakukan olahraga atau latihan fisik yang teratur.  Sleep Apnea Sleep apnea atau sering disebut dengan obstructive sleep apnea syndrome OSAS, merupakan gangguan tidur yang banyak diderita oleh masyarakat. Ciri khasnya adalah adanya obstruksi berulang saluran napas bagian atas yang mengarah pada desaturasi oksihemoglobin, rangsangan berulang dan gangguan tidur. Sleep apnea berhubungan dengan adanya penurunan aktivitas otot dilatator saluran napas bagian atas dan daerah sekitar faring. Gejala sleep apnea berupa: mengorok kuat dan tidak teratur, seringkali megap- megap karena kehabisan napas; denyut jantung menjadi tidak teratur; adanya gerakan tubuh yang tiba-tiba sebelum penderita bisa bernapas kembali; dan banyak berkeringat ketika tidur. Sedangkan sewaktu tidak tidur gejalanya adalah: mengantuk dan lelah yang berlebihan di siang hari; insomnia; berat badan bertambah dengan cepat, bahkan sampai mengalami obesitas; ketika bangun tidur, penderita merasa bingung atau ingatannya hilang sebentar; sakit kepala yang tidak jelas sebabnya pada pagi hari; tekanan darah tinggi; impotensi; dan perubahan tingkah laku. Untuk mendiagnosis OSAS biasanya dilakukan di laboratorium tidur, menggunakan metode retrospektif dengan Polysomnogram yang meliputi monitoring aliran dan usaha pernapasan, saturasi oksihemoglobin, EEG, EMG, ECG dan posisi tubuh yang dilakukan semalam penuh. Terapi yang sekarang digunakan adalah dengan menggunakan tekanan positif pada saluran napas yang terus menerus CPAP: Continuous Positive Airway Pressure dengan memasang masker melalui hidung untuk mencegah kolapsnya saluran napas bagian atas. Jumlah tekanan yang diberikan ditentukan setelah didiagnosis dalam laboratorium tidur dan dipertahankan tetap sepanjang malam. Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 48 Perkembangan sarana terapi auto-CPAP yang diadaptasi dari level CPAP saluran napas bagian atas, memerlukan deteksi terhadap tanda awal adanya obstruksi saluran napas. Contoh: prediksi obstruksi apnea, umumnya sarana auto CPAP yang tersedia cenderung menunjukkan adanya obstruksi faring yang berbahaya, yang ditandai dengan mendengkur, perubahan kurva aliran inspirasi atau perubahan modulus dari accustical respiratory input impedance.

IV. Faktor-Faktor yang Memperburuk Fungsi Paru-Paru