Penegakan Hukum Rifa’a Rai’ al-Tahtawi 1801-1873, pelopor pendukung liberalisme

xv mengeksplisitkannya karena dia tinggal di Mesir dan akhirnya buku itu dipesan oleh penguasa absolut Mesir Muhammad Ali. Namun begitu, itulah sumbangan abadi Tahtawi dalam memperkenalkan dasar-dasar sistem politik yang dalam banyak hal merupakan buah dari revolusi Perancis. Ab al-Rahman al-Kawakibi 1854-1902, dalam beberapa hal dia adalah pendukung nasionalisme pan-Arab, tahun 1902 menulis satu catatan yang sangat mengena tentang dasar despotisme. Dua bab dari buku itu coba diringkas dalam buku ini. Dia menganalisis dampak pemerintahan otokratik pada masyarakat tapi juga hubungan timbal balik antara sebuah pemerintahan absolut dan masyarakat yang agak lesu, mereka sendiri bertindak despotik dalam segala domain kehidupan mereka keluarga, suku, perusahaan, dan seterusnya, di mana setiap orang adalah despot kecil. Setelah menunjukkan ciri-ciri despotisme, yang dia kontraskan dengan penegakan hukum yang dia dukung, dia mencari cara untuk membersihkan peme rintahan otokratik dan mendorong pendekatan moderat dengan menge- mukakan tiga parameter bagi perubahan. Pertama, masyarakat harus mengetahui hak-hak kebebasannya. Tanpa itu, maka tiada yang mereka terima selain despotisme. Ini hanya mungkin dicapai melalui pendidikan politik. Kedua, despotisme tidak bisa dilawan dengan ekstrimisme melainkan dengan moderasi dan perubahan gradual. Ini tentu saja berhubungan dengan pendidikan sebagai penggerak utama perubahan yang tidak bisa terjadi dalam semalam. Ketiga, harus diketahui apa yang akan mengganti pemerintahan otokratik tersebut sebelum dijatuhkan.

4.3. Ekonomi Pasar Sarjana dan ahli matematika Tunisia, Ibn Khaldun 1332-1406,

yang mengawali bab ini, adalah pilihan yang cukup aneh mengingat xvi dimensi waktu yang telah dirumuskan. Namun reputasi dan pengaruh besarnya dalam dunia Arab menyebabkan pencantuman tulisannya menjadi sangat istimewa. Ketika menganalisis pengaruh perpajakan dalam sistem ekonomi masyarakat dia menyimpulkan bahwa hal itu harus sedang-sedang. Jelas ini adalah pelopor bagi apa yang tahun 1970-an dikenal sebagai kurva Laffer, yang menjelaskan dampak pajak yang berlebihan di mana pendapatan akan mendekati angka nol karena masyarakat berhenti bekerja. Ibn Khaldun juga melihat dampak aktivitas ekonomi dari sultan yang dalam pandangannya sungguh berbahaya. Pemerintah harus membatasi dirinya untuk merancang kerangka politik dan legal bagi aktivitas ekonomi pribadi dan tidak secara langsung terlibat di dalamnya. Ahmad Luti Al-Sayyid 1873-1963, sudah dimasukkan pada bab pertama, di sini juga muncul dengan advokasi liberal klasiknya untuk negara minimal yang mengeluarkan bisnis pribadi masyarakat dan hanya fokus pada keamanan dan keadilan hukum. Dia memandang solusi sosialis sangat berbahaya bagi ekonomi dan negara-negara berkembang seperti Mesir.

4.4. Demokrasi Taha Husayn 1889-1973 adalah intelektual liberal terkemuka

Arab pada paruh pertama abad ke-20. Posisinya jelas bertolak- belakang dengan Ahmad Luti Al-Sayyid, namun melalui tulisannya tampak bahwa Taha Husayn adalah seorang liberal individual pada level tertinggi. Dalam artikelnya dia mengajukan egalitarianisme radikal dan penghapusan hak-hak istimewa. Lebih jauh, partisipasi demokratis masyarakat dalam urusan publik adalah kewajiban. Dia juga mengusulkan beberapa aturan mengenai distribusi kekayaan dan memberi jalan bagi mekanisme seperti pendidikan sekuler yang bebas yang menjadi prasyarat bagi partisipasi demokratis.