Demokrasi Taha Husayn 1889-1973 adalah intelektual liberal terkemuka

xvii

4.5. Sekularisme Farah Antun 1874-1922, seorang pengungsi dari Lebanon di

Mesir, adalah orang Arab liberal pertama yang secara eksplisit meng- usul kan pemisahan agama dan politik. Berbeda dengan pe mikir liberal yang lain, reformis Islam Muhammad Abduh, dia mengemukakan lima dasar untuk menjustiikasi konsep pemisahan tersebut. Pertama, kebebasan berpikir yang telah dibelenggu oleh agama. Kedua, keseteraan seluruh warga negara. Praktik diskriminasi antara kaum kaum beriman dan tidak beriman dalam agama, bagi Antun, tidak sesuai dengan masyarakat yang adil dan modern. Ketiga, agama dan politik memiliki wilayah kerja yang berbeda, yang pertama fokus pada kehidupan setelah mati atau akhirat dan yang kedua mengurusi urusan duniawi dan keseharian. Keempat, kemunduran sosial yang terus menerus terjadi karena ketergantungan kepada sesuatu atau seseorang di luar dirinya. Di sini Antun menjabarkan sejumlah sub- argumen antara lain menyangkut proteksi agama dari pencemaran yang dilakukan karena urusan politik keseharian. Dasar kelima Antun kurang lebih sama dengan yang di kemudian hari ditulis oleh John Rawls mengenai ketidakcocokan masyarakat terbuka dengan resep “doktrin komprehensif” seperti agama. Sejauh ini, dasar tersebut berhubungan dengan yang kedua mengenai kesetaraan seluruh warga negara. Sebuah agama tertentu dan kemudian doktrin komprehensif tidak bisa mengambil suatu kebijakan bagi rakyatnya tanpa pertimbangan keyakinan atau ketidakyakinan agama mereka. Ali Abd al-Raziq 1888-1962 tahun 1925 menerbitkan buku yang menggemparkan mengenai Islam dan dasar-dasar pemerintahan. Dia menolak kebutuhan Islam terhadap khalifah dan selanjutnya secara religius memanifestasikan otoritas politik. Dia menyatakan bahwa semua yang disebut otoritas pada kenyataannya selalu berdiri di atas pedang dan kekuasaan. Dia menggambarkan nabi Muhammad xviii sebagai pemimpin agama di mana kompetensi keduniaannya diperoleh secara kebetulan belaka, tetapi tidak berhubungan dengan misi dan kerasulannya. Argumen Abd Raziq adalah kombinasi menarik antara analisa keagamaan Islam dan ilmu politik dan ilsafat, ketika dia meng hubung kan nya dengan John Locke dan Republik Plato.

4.6. Pendidikan Sulaiman al-Bustani 1865-1925 terkenal dengan ter jemah-

annya atas karya Homer Illiad dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Pada 1908, menyusul peristiwa dalam kekasisaran Utsmani ketika Konstitusi dipulihkan kembali, dia menulis buku mengenai perband- ingan antara status quo sebelum dan status quo sesudah Konstitusi dan kemudian mengambil posisi optimistik. Dalam bab mengenai pendidikan dengan sangat tajam dia mengkritik sekolah-sekolah negeri Utsmani yang mengajarkan imitasi peniruan, bukan inovasi, dan pengabdian, bukan kesadaran diri. Tidak mengherankan kemudian bahwa siapapun dapat beralih ke sekolah publik atau pesantren. Dia lebih jauh memasukkan pendidikan ke dalam arena politik, mengang- gapnya sebagai prakondisi yang dibutuhkan bagi liberalisasi dan modernisasi masyarakat, seperti yang dilakukan oleh Al-Kawakibi pada bab penegakan hukum. Rifa’a al-Tahtawi 1801-1873 muncul kembali dengan satu bab pendek dari bukunya “al-Murshid al-Amini ” Sang Mursyid Terpercaya, terbit pada tahun 1873, di mana ia menginginkan kesetaraan pendidikan antara laki-laki dan perempuan. Taha Husayn 1889-1973, yang juga masuk dalam bab demokrasi, kini muncul dengan pendapat mengenai pendidikan politik yang didasarkan pada kebebasan dan membandingkan antara apa yang berlaku di Mesir dengan kemajuan yang telah dicapai Eropa. Dia menyebut tanah airnya tertinggal di belakang. Dalam kehidupan