xiv
Kebebasan ia pahami seperti roti dan air atau sesuatu yang ti da k bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dasar kebebasan
adalah kebebasan individu dari mana kebebasan-kebebasan lain seperti kebebasan berbicara, berorganisasi, berniaga dan seterusnya
berasal. Dia mempertahankan argumen melawan pemerintahan otokratik yang menolak hak individu ini tapi juga melawan kelom-
pok-kelompok oposisi lain yang ingin memanfaat kebebasan individu untuk memeroleh keuntungan dari masyarakat. Meski ia memper-
juangkan institusi-institusi demokrasi, kebebasan positif positive liberties
kurang penting baginya ketimbang kebebasan negatif, yaitu hak-hak individu untuk bebas dari koersi.
Salama Moussa 1887-1958, meskipun pada akhirnya ia me rupa kan pemikir sosialis, tulisannya tahun 1927 mencoba memper-
tahankan argumen kebebasan berpikir dan berbicara. Argumen yang ia kemukakan, dalam banyak hal, mengikuti John Stuart Mill yang tidak
hanya bicara tentang kebebasan sebagai hak-hak alamiah, tetapi juga sebagai alat untuk kemajuan, yakni melalui diskusi yang bebas.
4.2. Penegakan Hukum Rifa’a Rai’ al-Tahtawi 1801-1873, pelopor pendukung liberalisme
pada masa modern, bukunya tentang masa-masa hidupnya di Paris dimasukkan dalam satu bab. Dalam tulisan itu dia menerjemahkan
dan memberi komentar positif Konstitusi dan sistem politik Perancis. Dia menekankan fakta bahwa raja Perancis tidak memerintah secara
absolut, ia bisa dikoreksi dengan Konstitusi dan sistem politik. Dia menyebut sistem ini sebagai sistem yang baik, namun, seperti yang
diakui sendiri, dasarnya tidak dari Qur’an atau Sunnah. Secara langsung dia menghubungkan kemajuan dan modernitas masyarakat
Perancis dengan kebebasan. Dan dia menikmatinya dan mengusulkan keteladanan itu untuk Mesir. Barangkali memang dia tidak terlalu
xv
mengeksplisitkannya karena dia tinggal di Mesir dan akhirnya buku itu dipesan oleh penguasa absolut Mesir Muhammad Ali. Namun
begitu, itulah sumbangan abadi Tahtawi dalam memperkenalkan dasar-dasar sistem politik yang dalam banyak hal merupakan buah
dari revolusi Perancis. Ab al-Rahman al-Kawakibi 1854-1902, dalam beberapa hal dia
adalah pendukung nasionalisme pan-Arab, tahun 1902 menulis satu catatan yang sangat mengena tentang dasar despotisme. Dua bab dari
buku itu coba diringkas dalam buku ini. Dia menganalisis dampak pemerintahan otokratik pada masyarakat tapi juga hubungan timbal
balik antara sebuah pemerintahan absolut dan masyarakat yang agak lesu, mereka sendiri bertindak despotik dalam segala domain
kehidupan mereka keluarga, suku, perusahaan, dan seterusnya, di mana setiap orang adalah despot kecil. Setelah menunjukkan ciri-ciri
despotisme, yang dia kontraskan dengan penegakan hukum yang dia dukung, dia mencari cara untuk membersihkan peme rintahan
otokratik dan mendorong pendekatan moderat dengan menge- mukakan tiga parameter bagi perubahan. Pertama, masyarakat harus
mengetahui hak-hak kebebasannya. Tanpa itu, maka tiada yang mereka terima selain despotisme. Ini hanya mungkin dicapai melalui
pendidikan politik. Kedua, despotisme tidak bisa dilawan dengan ekstrimisme melainkan dengan moderasi dan perubahan gradual. Ini
tentu saja berhubungan dengan pendidikan sebagai penggerak utama perubahan yang tidak bisa terjadi dalam semalam. Ketiga, harus
diketahui apa yang akan mengganti pemerintahan otokratik tersebut sebelum dijatuhkan.
4.3. Ekonomi Pasar Sarjana dan ahli matematika Tunisia, Ibn Khaldun 1332-1406,
yang mengawali bab ini, adalah pilihan yang cukup aneh mengingat