Kebebasan Individu Ahmad Luti Al-Sayyid 1873-1963 mengawali dengan dua artikel

xiv Kebebasan ia pahami seperti roti dan air atau sesuatu yang ti da k bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dasar kebebasan adalah kebebasan individu dari mana kebebasan-kebebasan lain seperti kebebasan berbicara, berorganisasi, berniaga dan seterusnya berasal. Dia mempertahankan argumen melawan pemerintahan otokratik yang menolak hak individu ini tapi juga melawan kelom- pok-kelompok oposisi lain yang ingin memanfaat kebebasan individu untuk memeroleh keuntungan dari masyarakat. Meski ia memper- juangkan institusi-institusi demokrasi, kebebasan positif positive liberties kurang penting baginya ketimbang kebebasan negatif, yaitu hak-hak individu untuk bebas dari koersi. Salama Moussa 1887-1958, meskipun pada akhirnya ia me rupa kan pemikir sosialis, tulisannya tahun 1927 mencoba memper- tahankan argumen kebebasan berpikir dan berbicara. Argumen yang ia kemukakan, dalam banyak hal, mengikuti John Stuart Mill yang tidak hanya bicara tentang kebebasan sebagai hak-hak alamiah, tetapi juga sebagai alat untuk kemajuan, yakni melalui diskusi yang bebas.

4.2. Penegakan Hukum Rifa’a Rai’ al-Tahtawi 1801-1873, pelopor pendukung liberalisme

pada masa modern, bukunya tentang masa-masa hidupnya di Paris dimasukkan dalam satu bab. Dalam tulisan itu dia menerjemahkan dan memberi komentar positif Konstitusi dan sistem politik Perancis. Dia menekankan fakta bahwa raja Perancis tidak memerintah secara absolut, ia bisa dikoreksi dengan Konstitusi dan sistem politik. Dia menyebut sistem ini sebagai sistem yang baik, namun, seperti yang diakui sendiri, dasarnya tidak dari Qur’an atau Sunnah. Secara langsung dia menghubungkan kemajuan dan modernitas masyarakat Perancis dengan kebebasan. Dan dia menikmatinya dan mengusulkan keteladanan itu untuk Mesir. Barangkali memang dia tidak terlalu xv mengeksplisitkannya karena dia tinggal di Mesir dan akhirnya buku itu dipesan oleh penguasa absolut Mesir Muhammad Ali. Namun begitu, itulah sumbangan abadi Tahtawi dalam memperkenalkan dasar-dasar sistem politik yang dalam banyak hal merupakan buah dari revolusi Perancis. Ab al-Rahman al-Kawakibi 1854-1902, dalam beberapa hal dia adalah pendukung nasionalisme pan-Arab, tahun 1902 menulis satu catatan yang sangat mengena tentang dasar despotisme. Dua bab dari buku itu coba diringkas dalam buku ini. Dia menganalisis dampak pemerintahan otokratik pada masyarakat tapi juga hubungan timbal balik antara sebuah pemerintahan absolut dan masyarakat yang agak lesu, mereka sendiri bertindak despotik dalam segala domain kehidupan mereka keluarga, suku, perusahaan, dan seterusnya, di mana setiap orang adalah despot kecil. Setelah menunjukkan ciri-ciri despotisme, yang dia kontraskan dengan penegakan hukum yang dia dukung, dia mencari cara untuk membersihkan peme rintahan otokratik dan mendorong pendekatan moderat dengan menge- mukakan tiga parameter bagi perubahan. Pertama, masyarakat harus mengetahui hak-hak kebebasannya. Tanpa itu, maka tiada yang mereka terima selain despotisme. Ini hanya mungkin dicapai melalui pendidikan politik. Kedua, despotisme tidak bisa dilawan dengan ekstrimisme melainkan dengan moderasi dan perubahan gradual. Ini tentu saja berhubungan dengan pendidikan sebagai penggerak utama perubahan yang tidak bisa terjadi dalam semalam. Ketiga, harus diketahui apa yang akan mengganti pemerintahan otokratik tersebut sebelum dijatuhkan.

4.3. Ekonomi Pasar Sarjana dan ahli matematika Tunisia, Ibn Khaldun 1332-1406,

yang mengawali bab ini, adalah pilihan yang cukup aneh mengingat