tidak bisa diuji dengan metode statistik, bukan berarti validitas tampang bisa dianggap rendah. Memberikan sebuah instrumen tes yang memiliki tampilan
profesional pada peserta tes adalah tanggung jawab validitas pembuat tes.
c. Interpretasi Koefisien Validitas
Interpretasi koefisien validitas bersifat relatif. Tidak ada batasan universal yang mengarah kepada angka minimal yang harus dipenuhi agar suatu tes
dikatakan valid. Menurut Cronbach dalam Azwar, 2005 koefisien validitas yang baik adalah yang tertinggi yang bisa didapatkan. Jadi tidak ada batasan. Hal yang
menjadi pertimbangan adalah sejauh mana tes tersebut dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Tes yang berfungsi untuk memprediksi hasil suatu
prosedur seleksi dapat dikatakan memberikan kontribusi yang baik jika koefisien validitas berkisar antara 0,3 sampai dengan 0,5. Menurut Azwar 2005 koefisien
validitas yang tidak begitu tinggi, sekitar 0,5 akan lebih dapat diterima dan dianggap memuaskan dan koefisien validitas yang kurang dari 0,3 biasanya
dianggap tidak memuaskan. Sedangkan dalam penggunaan analisis faktor konfirmatori dengan bantuan program Lisrel 8.30, suatu aitem dikatakan memiliki
validitas yang baik jika memenuhi dua nilai muatan faktor, yaitu t-values dan standardize loading factor muatan faktor standar dengan batasan nilai kritikal
tertentu. Jika nilai dari t-values 1,96 berarti estimasi muatan faktor tersebut tidak signifikan dan variabel teramati terkait bisa dihaput dari model. Sedangkan
jika muatan faktor standar 0.50 makan variabel teramati tersebut bisa dihapus dari model Wijanto, 2008. Suatu aitem dapat dikatakan valid jika kedua nilai
muatan faktor tersebut terpenuhi
Universitas Sumatera Utara
C. Analisis Karakteristik Psikometri Alat Ukur
Alat ukur terdiri dari aitem-aitem yang dirancang untuk tujuan tertentu. Aitem dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik jika aitem memiliki
karakteristik psikometri yang baik pula Azwar, 2007. Aitem berkualitas baik atau tidak dapat kita ketahui melalui analisis karakteristik psikometri terhadap
aitem tersebut. Analisis terhadap aitem-aitem dalam suatu alat ukur pada awalnya akan memberikan tiga informasi, yaitu informasi tentang distraktor, indeks
kesukaran aitem dan indeks diskriminasi aitem Murphy Davidshofer, 2003. Ketiga karakteristik tersebut akan saling mempengaruhi terhadap reliabilitas dan
valididtas alat ukur. Tetapi penelitian ini hanya memberi informasi karakteristik indeks kesukaran aitem dan indeks diskriminasi aitem.
Indeks kesukaran aitem secara langsung akan mempengaruhi indeks diskriminasi aitem. Ketika aitem sangat susah p = 0 atau aitem sangat mudah p
= 1, maka aitem tidak akan dapat membedakan antara subjek yang memiliki pengetahuan dan subjek yang tidak memiliki pengetahun sehingga indeks
diskriminasi aitem menjadi rendah Murphy Davidshofer, 2003. Menurut Kumar 2009, indeks diskriminasi yang rendah dapat mempengaruhi validitas
aitem tersebut yang kemudian akan mempengaruhi validitas tes secara keseluruhan. Ketika aitem mengukur fungsi ukur dengan tepat, maka aitem akan
dapat membedakan antara kelompok yang memiliki atribut yang hendak diukur dan yang tidak memiliki atribut yang hendak diukur sehingga aitem dapat
dikatakan valid. Koefisien reliabilitas suatu tes juga akan dipengaruhi oleh indeks
kesukaran aitem dalam tes tersebut. Ketika indeks kesukaran aitem tidak relatif
Universitas Sumatera Utara