adalah antara dua skor-skor tampak atau kumpulan-kumpulan skor. Hal ini ditunjukkan dalam rumus:
ρ
x
1
x
2
11
b. Metode Estimasi Reliabilitas
Reliabilitas alat ukur juga menunjukkan eror pengukuran yang tidak dapat ditentukan secara pasti, hanya dapat diestimasi Suryabrata, 2005. Estimasi
reliabilitas dapat dibagi ke dalam tiga bentuk metode, yaitu pendekatan tes ulang, pendekatan tes paralel, dan pendekatan konsistensi internal Azwar, 2005 dan
Suryabrata, 2005. 1 Pendekatan tes ulang
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menyajikan tes yang sama dua kali pada suatu kelompok yang sama dalam rentang waktu tertentu, minsalnya dua
minggu Suryabrata, 2005. Asumsinya adalah suatu tes yang reliabel akan menghasilkan skor tampak yang relatif sama apabila diberikan dua kali tes dalam
waktu yang berbeda pada sekelompok subjek yang sama Azwar, 2005. Pendekatan tes ulang ini dapat dikatakan baik secara teori, namun dalam
prakteknya mengandung kelemahan, yaitu kondisi subjek pada tes kedua tidak lagi sama dengan kondisi subjek pada tes pertama baik dari proses belajar,
perubahan motivasi, pengalaman, sehingga pendekatan ini lebih baik digunakan bila objek ukur berupa keterampilan, terutama keterampilan fisik Suryabrata,
2005. Menurut Azwar 2005, pendekatan tes ulang cocok digunakan hanya bagi tes yang mengukur aspek psikologis yang relatif stabil dan tidak mudah berubah.
Rumus yang dapat digunakan untuk menentukan reliabilitas tes ulang adalah Pearson product-moment Kumar, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2 Pendekatan tes paralel Pendekatan reliabilitas bentuk paralel dilakukan dengan memberikan dua
bentuk tes yang paralel pada sekelompok subjek, yaitu tes yang memiliki tujuan ukur yang sama dan isi aitem yang setara secara kualitas maupun kuantitas
Azwar, 2005. Pendekatan ini disebut juga sebagai alternate form yang digunakan untuk mengatasi kelemahan pendekatan tes ulang Kumar, 2009.
Menurut Azwar 2005, dua tes yang paralel hanya ada secara teoritis, tidak benar-benar paralel secara empirik. Rumus yang dapat digunakan untuk
menentukan reliabilitas tes ulang adalah korelasi Pearson product moment Azwar, 2005
3 Pendekatan konsistensi internal Pendekatan ini dilakukan dengan memberikan satu bentuk tes dengan
sekali penyajian kepada sekelompok subjek yang bertujuan melihat konsistensi antar aitem atau antar bagian dalam tes tersebut serta menghindari masalah-
masalah pada pendekatan tes ulang dan paralel. Seperangkat tes diberikan kepada sekelompok subjek satu kali sehingga diperoleh satu distribusi skor tes dari
kelompok subjek tersebut. Prosedur analisis reliabilitasnya diarahkan pada analisis terhadap aitem-aitem atau terhadap kelompok-kelompok aitem dalam tes itu
sehingga perlu dilakukan pembelahan tes menjadi beberapa kelompok aitem yang disebut belahan tes. Setiap cara pembelahan tes sebaiknya mengusahakan agar
antar belahan memiliki jumlah aitem sama banyak, indeks kesukaran seimbang, isi sebanding, dan tujuan ukur yang sama atau dalam artian pembelahan aitem
memenuhi ciri-ciri paralel Azwar, 2005. Berikut beberapa cara dalam pembelahan tes Azwar, 2005.
Universitas Sumatera Utara
a. Pembelahan cara random Membelah tes menjadi dua bagian secara random dapat dilakukan dengan
cara undian sederhana guna menentukan aitem-aitem nomor berapa sajakah yang dimasukkan menjadi belahan pertama dan yang mana menjadi belahan kedua.
Pembelahan secara random hanya boleh dilakukan bila tes yang akan dibelah berisi aitem-aitem yang homogen baik dari segi konten maupun segi indeks
kesukaran aitem, namun jika aitem tersebut heterogen dapat juga menggunakan cara pembelahan ini asalkan aitem tersebut jumlahnya sangat besar Azwar,
2005. b. Pembelahan gasal-genap
Pembelahan gasal-genap dilakukan dengan cara mengelompokkan seluruh aitem yang bernomor urut gasal menjadi belahan pertama dan seluruh aitem yang
bernomor urut genap dijadikan satu kelompok belahan kedua. Cara pembelahan ini selain mudah dilakukan juga dapat menghindari kemungkinan terjadinya
pengelompokkan aitem-aitem tertentu ke dalam salah satu belahan saja Azwar, 2005.
c. Pembelahan matched-random subtes Pembelahan dengan cara matched-random subtes ditemukan oleh
Gulikksen tahun 1950 dalam Azwar, 2005. Sebelum melakukan pembelahan tes terlebih dahulu harus dihitung indeks kesukaran aitem serta korelasi aitem dengan
skor total tes. Dengan cara ini setiap aitem dalam tes diletakkan pada satu posisi atau titik tertentu dalam grafik berdasarkan harga indeks kesukaran aitem dan
korelasi antara aitem yang bersangkutan dengan skor tes.
Universitas Sumatera Utara
Selain beberapa cara pembelahan tes telah diuraikan, reliabilitas berdasarkan konsistensi internal juga dapat diestimasi dengan beberapa rumus
Azwar, 2005. a. Spearman-Brown
Rumus Spearman-Brown digunakan untuk metode split-half atau belah dua Kumar, 2009 dan Crocker Algina, 2003. Rumus komputasi Spearman-
Brown merupakan rumus koreksi terhadap koefisien korelasi antara dua bagian tes dan dirumuskan sebagai beikut Azwar, 2005:
S-B = r
xx’
= 12
Keterangan: r
xx’
= Koefisien reliabilitas Spearman-Brown
r
1.2
= Koefisien korelasi antara dua belahan b. Koefisien Alpha
Cara-cara pembelahan dapat diperluas pemakaiannya untuk membagi tes menjadi beberapa belahan. Bahkan suatu tes yang akan diestimasi reliabilitasnya
dapat dibelah menjadi bagian-bagian sebanyak jumlah aitemnya sehingga setiap bagian hanya berisi satu aitem saja. Koefisien Alpha akan lebih baik jika
pembelahan paralel satu sama lain atau setidaknya dapat memenuhi asumsi τ-
equivalent. Rumusan rumus Alpha adalah sebagai berikut Azwar, 2005:
α = 13
Keterangan : = banyaknya belahan tes
= varians belahan j; j = 1, 2…k
Universitas Sumatera Utara
= varians skor tes Rumus ini dapat digunakan jika aitem dikotomi ataupun politomi, setiap
belahan memiliki aitem yang relatif setara, paralel atau setidaknya memenuhi asumsi
τ-equivalent. Selain itu, aitem-aitem dalam tes haruslah homogen agar estimasi yang diperoleh dapat mendekati reliabilitas yang sebenarnya.
c. Kuder-Richardson 20 KR-20 KR 20 merupakan rata-rata estimasi reliabilitas dari semua cara belah-dua
yang mungkin dilakukan. Rumus ini juga disebut sebagai koefisien α-20.
Koefisien ini mencerminkan sejauhmana kesetaraan isi aitem-aitem dalam tes. Rumusan rumus KR-20 adalah Azwar, 2005:
14 Keterangan :
= banyaknya aitem dalam tes = varians skor tes
p = proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada suatu aitem, yaitu banyaknya subjek yang mendapat angka 1 dibagi oleh banyaknya seluruh subjek yang
menjawab aitem tersebut. Rumus ini dapat digunakan jika aitem dikotomi, jumlah aitem sedikit dan
membelahan tes sebanyak jumlah aitem agar estimasi yang diperoleh dapat mendekati reliabilitas yang sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
d. Kuder-Richardson 21 Perhitungan KR-21 menggunakan rata-rata harga p dari keseluruhan aitem,
Hal inilah yang membedakan antara KR-20 dengan KR-21. Rumusan KR-21 adalah Azwar, 2005:
15 Keterangan :
= banyaknya aitem dalam tes = rata-rata p yaitu,
= varians skor tes Rumus ini dapat digunakan jika aitem dikotomi, jumlah aitem sedikit dan
membelahan tes sebanyak jumlah aitem. Indeks kesukaran aitem haruslah setara satu sama lain agar estimasi reliabilitas mendekati nilai yang sesungguhnya. Jadi,
indeks kesukaran aitem yang sangat bervariasi mengakibatkan estimasi reliabilitas akan lebih rendah dari pada menggunakan KR-20.
e. Rulon Rulon mengusulkan suatu formula komputasi untuk mengestimasi
reliabilitas skor dengan pendekatan belah dua tanpa perlu berasumsi bahwa kedua belahan tersebut mempunyai sifat t-equivalent sepanjang jumlah aitem pada kedua
belahan adalah sama. Formula Rulon dirumuskan sebagai :
2 x
2 d
S S
1 r
− =
xx
16
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
2 d
S = Varians perbedaan skor kedua belahan
2 x
S = Varians skor tes
d = Perbedaan skor kedua belahan c. Reliabilitas Skor Komposit
Ada kalanya skor tes sebagai deskripsi kuantitatif atribut dalam diri subjek tidak diperoleh langsung dari sekedar penjumlahan skor aitem-aitemnya,
melainkan didapat dari komposisi atau penggabungan dari bebrapa skor. Beberapa skor tersebut dapat berupa skor dari bagian-bagian tes itu sendiri, yaitu komponen
atau subtesnya, dapat pula berasal dari tes-tes yang berbeda sebagai suatu baterai instrumen. Dalam hal ini masing-masing komponen atau bagian tes akan
memeberikan bobot yang tersendiri dalam menentukan skor tes Azwar, 2012. Bobor relatif suatu komponen ditentukan oleh besarnya sumbangan
komponen tersebut dalam menentukan skor akhir, misalnya suatu komponen yang berisi lebih banyak aitem akan lebir besar bobotnya. Begitu pula suatu komponen
yang mungkin aitemnya tidak banyak akan tetapi karena mempunyai tingkat kesukaran yang tinggi akan dapat diberi bobot yang besar. Skor akhir tes seperti
itu merupakan suatu komposit, yaitu penggabungan skor beberapa komponen setelah melalui prosedur atau penyetaraan skor Azwar, 2012.
Reliabilitas skor komposit ditentukan oleh reliabilitas skor komponennya. Banyaknya komponen yang membentuk skor tes akhir tidak terbatas pada dua
atau tiga saja. Estimasi dapat dilakukan terhadap reliabilitas masing-masing komponen secara terpisah dan bila reliabilitas setiap komponen itu cukup tinggi
maka dapat diharapkan bahwa skor kompositnya juga akan memiliki reliabilitas
Universitas Sumatera Utara
yang tinggi Azwar, 2012. Bila diinginkan untuk memperoleh estimasi tunggal terhadap skor komposit, dapat digunakan formula yang disarankan oleh Mosier
dalam Azwar, 2012, yaitu:
[ ]
[ ]
∑ ∑
∑ ∑
+ −
− =
jk k
j k
j j
j jj
j j
j j
xx
r s
s w
w s
w r
s w
s w
2 1
2 2
2 2
2
r 17
Keterangan : W
j
= bobot relatif komponen j W
k
= bobot relatif komponen k S
j
= deviasi standar komponen j S
k
= deviasi standar komponen k r
jj’
= koefisien reliabilitas tiap komponen r
jk
= koefisien relatif antara dua komponen yang berbeda
c. Standar Error Pengukuran dan Interpretasi Koefisien Reliabilitas