Analisis Indeks Diskriminasi Aitem

b. Analisis Indeks Diskriminasi Aitem

Diskriminasi aitem yang maksimal akan dicapai ketika seluruh subjek kelompok tinggi dapat menjawab aitem dengan benar dan seluruh subjek kelompok rendah tidak mampu untuk menjawabnya. Perbedaan proporsi penjawab aitem dengan benar antara kelompok tinggi dengan kelompok rendah dapat dirumuskan sebagai berikut : d = n iT N T – n iR N R 7 Keterangan: n iT = Jumlah peserta dari kelompok tinggi yang menjawab aitem dengan benar N T = Jumlah peserta dari kelompok tinggi n iR = Jumlah peserta dari kelompok rendah yang menjawab item dengan benar N R = Jumlah peserta dari kelompok rendah Karena n i N= p , maka dapat juga dirumuskan dengan: d = p T - p R 8 Keterangan: p T = Indeks kesukaran item kelompok tinggi p R = Indeks kesukaran item kelompok rendah Secara matematik indeks diskriminasi aitem akan berkisar mulai dari -1 sampai dengan +1. Namun demikian hanya harga d yang bernilai positif saja yang memiliki arti dalam analisis aitem Azwar, 2007.Harga d yang berada disekitar 0 menunjukkan bahwa aitem tersebut mempunyai diskriminasi yang rendah sedangkan harga d yang negatif menunjukkan bahwa aitem tesebut tidak berguna sama sekali. Universitas Sumatera Utara Indeks diskriminasi aitem yang ideal adalah yang mendekati angka 1, semakin besar indeks diskriminasi semakin mendekati 1 berarti aitem tersebut mampu membedakan antara subjek yang menguasai materi yang diujikan dengan yang tidak menguasainya. Semakin kecil diskriminasi aitem semakin mendekati 0 berarti semakin tidak jelaslah fungsi aitem yang bersangkutan dalam membedakan mana subjek yang menguasai materi yang diujikan dan subjek yang tidak tahu apa-apa Azwar,2007. Ebel dalam Azwar, 2007 memberikan suatu panduan dalam evaluasi indeks diskriminasi aitem, yaitu : Tabel 2. Evaluasi Indeks Diskriminasi Aitem d Evaluasi 0,4 atau lebih Bagus sekali 0,3 - 0,39 Lumayan bagus, tidak membutuhkan revisi 0,2 – 0,29 Belum memuaskan, perlu revisi d 0,20 Jelek dan harus dibuang Thorndike dalam Azwar, 2007 mengatakan bahwa dalam proses seleksi aitem, aitem-aitem yang memiliki nilai diskriminasi aitem di atas 0,50 akan langsung dianggap baik sedangkan aitem-aitem dengan indeks diskriminasi di bawah 0,20 dapat langsung dibuang dan dianggap jelek. Menurut Murphy dan Davidshofer 2003 ada tiga cara statsistik yang dapat digunakan untuk mengukur indeks diskriminasi aitem, yaitu: 1 Metode kelompok ekstrim Metode kelompok ekstrim merupakan cara yang mudah untuk mengukur indeks diskriminasi aitem pada kelompok yang besar. Indeks diskriminasi aitem dihitung dengan cara membagi kelompok menjadi dua, Upper group yakni kelompok yang memiliki skor yang tinggi 25-35 nilai tertinggi didalam kelompok dan lower group yakni kelompok yang memiliki nilai yang rendah Universitas Sumatera Utara 25-35 nilai terendah dalam kelompok. Aitem yang memiliki indeks diskriminasi yang baik akan dijawab benar oleh upper group dan dijawab salah oleh lower group. 2 Korelasi aitem-total Korelasi aitem-total memberikan informasi tentang apakah aitem mengukur hal yang sama dengan tes. Korelasi aitem-total untuk aitem yang diskor 1 jika benar dan 0 jika salah sering juga disebut korelasi poin biserial. Korelasi poin biserial digunakan apabila aitem-aitem dalam tes berbentuk dikotomi. Nilai positif menunjukkan bahwa aitem dan tes mengukur hal yang sama, nilai mendekati nol menunjukkan bahwa bahwa aitem tidak memiliki indeks diskriminasi yang baik sehingga upper group menjawab pertayaan dengan salah dan lower group menjawab pertanyaan dengan benar. 3 Korelasi inter-aitem Korelasi inter-aitem digunakan untuk memahami indeks diskriminasi aitem. Korelasi inter-aitem tidak menjelaskan mengapa beberapa aitem menunjukkan nilai yang tinggi atau rendah karena sangat jelas bahwa aitem yang memiliki nilai korelasi aitem total yang positif akan menunjukkan nilai yang positif juga pada kebanyakan aitemnya. Namun korelasi aitem total tidak dapat menjelaskan mengapa korelasi aitem total dapat bernilai negatif tetapi hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan korelasi inter-aitem. Korelasi inter-aitem dapat membantu dalam memahami mengapa beberapa aitem gagal dalam membedakan subjek yang memiliki kemampuan dengan subjek yang tidak memiliki kemampuan, dalam artian upper group menjawab dengan salah dan subjek dari lower group dapat menjawab dengan benar. Universitas Sumatera Utara Korelasi inter-aitem yang bernilai rendah dapat memiliki dua arti, kemungkinan pertama adalah aitem tidak mengukur hal yang sama dengan tes, sehingga aitem harus dibuang atau dibuat ulang, kemungkinan kedua adalah aitem memang mengukur atribut yang berbeda dengan tes dikarenakan tes memang disusun untuk mengukur dua atribut yang berbeda.

3. Reliabilitas Alat Ukur a. Pengertian Reliabilitas