dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannnya pengukuran tersebut, sehingga pengertian validitas terlihat berkaitan sangat erat dengan tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya
merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Pernyataan valid terhadap suatu pengukuran harus diikuti oleh keterangan yang menunjuk kepada
tujuan awal pengukuran serta kelompok subjek yang mana yang hendak diukur Azwar, 2005.
b. Sumber-sumber Bukti Validitas
Bukti-bukti validitas harus terkumpul dari banyak sumber ketika akan mengevaluasi validitas. Sumber-sumber ini memberikan informasi mengenai
tingkat kepercayaan untuk membuat kesimpulan-kesimpulan berdasarkan skor dalam situasi tertentu Osterlind, 2010. Beberapa bukti yang mendukung dalam
mengevaluasi validitas diberikan dalam Standards for Educational and Psychological TestingStandards text
American Educational Research Association, dkk, 1999, dalam Osterlind 2010.
1 Bukti Validitas Berdasarkan Isi Tes Mengevaluasi bukti untuk kesimpulan yang valid dari skor tes hampir
selalu memasukkan informasi mengenai isi dari suatu pengukuran yang secara khusus mengarah pada content domain dalam pengukuran berdasarkan domain
atau konstruk dalam model trait tersembunyi. Banyak fungsi mental, seperti IQ dan proses psikologi lainnya, yang bisa diterangkan sebagai pengukuran konstruk,
trait, atau domain. Ketika menilai konstruk psikologis yang tidak mudah untuk
dijelaskan maka akan muncul masalah khusus, misalnya pengukuran IQ. Studi
Universitas Sumatera Utara
tentang inteligensi manusia penuh dengan pemikiran dan teori yang berlainan tentang apa yang termasuk dan tidak termasuk. Dalam hal ini spesifikasi konstruk
dibutuhkan dalam tujuan yang berbeda. Ketika membangun sebuah instrumen, seringkali orang yang mengembangkan tes mengkombinasikan deskripsi isi tes
dan jenis proses respon dalam sebuah blueprint tes, dimana blueprint ini bisa menjadi dokumen yang sangat berguna bagi pengguna tes ketika akan
mengevaluasi validitas berdasarkan isi tes. Menurut Azwar 2005, Validitas isi menunjukkan sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan
isi objek atau ciri atribut yang hendak diukur. Validitas isi ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional
judgement. Dengan kata lain validitas isi sangat tergantung pada penilaian subjektif subjekal dan tidak melibatkan perhitungan statistik.
2 Bukti Validitas Berdasarkan Proses Respon Pengujian mental atau proses kognitif digunakan untuk mengungkap
respon terhadap stimulus pengukuran adalah sumber lain untuk bukti validitas. Beberapa metode berdasarkan variabel-variabel laten dan proses kausal sebuah
konstruk mungkin memasukkan analisis variabel laten, structural equation modeling SEM, Hierarchical linear modelingHLM, dan beberapa meta-
analisis. Metode-metode ini juga bisa mengungkap informasi penting mengenai proses respon subjek.
3 Bukti Validitas Berdasarkan Struktur Internal Struktur internal tes sangat berhubungan dengan pembuatan kesimpulan
yang sesuai dan terpercaya mengenai konstruk yang sedang diukur. Ada beberapa metode psikometri yang bisa secara empiris menginvestigasi struktur internal,
Universitas Sumatera Utara
tetapi tidak ada satu metode pun yang dianggap terbaik secara umum. Kesesuaian metode yang digunakan tergantung pada konteks dimana tes dikembangkan,
bagaimana tes tersebut digunakan dan keputusan apa yang ingin diinformasikan. Beberapa cara yang relevan untuk mempelajari pengukuran struktur internal
sebagai berikut :Analisis faktor, analisis kluster, analisis komponen prinsipal, konfirmasi teori psikologi: faktor analisis konfirmatori, multitrait-multimethod
matrix, teknik estimasi parameter kemampuan IRT, strategi-strategi yang melibatkan teori kemampuan-generalisasi.
Model faktor umum common factor model adalah teori satu faktor dari Charles Spearman mengenai sebuah tes berisi aitem-aitem yang umum dan
memiliki pengaruh yang unik. Dalam situasi praktis untuk validasi tes, model faktor umum diukur dengan menggunakan analisis faktor factor analysis atau
analisis komponen prinsipal principal component analysis, PCA. Inti prosedur ini adalah untuk mengurangi varians total diantara aitem-aitem dalam sebuah
matriks kovarians sehingga jumlahnya bisa diestimasi. Menurut Azwar 2012, analisis faktor merupakan metode statistik yang
berisi kumpulan prosedur matematik yang kompleks dalam pengembangan alat ukur untuk menganalisis adanya saling hubungan di antara variabel-variabel dan
menjelaskan saling hubungan tersebut dalam bentuk kelompok variabel yang terbatas yang disebut faktor. Oleh karena validitas ini ditegakkan melalui prosedur
analisis faktor maka disebut sebagai validitas faktorial. Menurut Field 2009, analisis faktor digunakan untuk melihat hubungan atau korelasi antara komponen-
komponen aitem dengan variabel laten yang mendasari.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah faktor adalah kombinasi aitem-aitem tes yang diyakini sebagai suatu kumpulan. Aitem-aitem yang berhubungan membentuk sebagian dari
konstruk dan dikelompokkan bersama, aitem-aitem yang tidak berhubungan tidak membentuk bagian dari konstruk dan harus dikeluarkan dari kelompoknya
Munro, dalam Azwar, 2012. Analisis faktor memiliki dua jenis prosedur yang dilandasi oleh dasar
pemikiran yang agak berbeda, yaitu analisis faktor eksploratori exploratory factor analysis, EFA dan analisis faktor konfirmatori confirmatory factor
analysis, CFA. Prosedur faktor analisis eksploratori membantu pengembang tes dalam mengenali dan mengidentifikasi berbagai faktor yang membentuk suatu
konstruk dengan cara menemukan varians skor terbesar dengan jumlah faktor yang paling sedikit yang dinyatakan dalam bentuk eigenvalue 1,0 Azwar,
2012. Prosedur analisis faktor konfirmatori biasanya akan menindaklanjuti hasil EFA dengan menyertakan dasar teori yang melandasi bangunan tes tersebut agar
dapat menguji validitas konstruknya lebih lanjut. Jadi, CFA menguji sejauhmana model statistik yang dipakai sesuai dengan data empirik Waltz dkk., dalam
Azwar, 2012. Analisis faktor konfirmatori hampir selalu digunakan dalam proses pengembangan instrument untuk menguji struktur laten suatu tes, dalam hal ini
CFA digunakan untuk memverifikasi banyaknya dimensi yang mendasari bangunan suatu tes dan pola hubungan antara aitem dengan faktor factor loading
atau yang disebut muatan faktorBrown, dalam Azwar, 2012. Pada prosedur analisis faktor, tes yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu disebut sebagai tes yang memiliki muatan faktor factor loading yang tinggi. Muatan faktor berupa indeks yang arti dan besarannya mirip dengan
Universitas Sumatera Utara
koefisien korelasi. Bila faktor-faktor tidak berkorelasi satu sama lain maka muatan faktor bukanlah koefisien korelasi akan tetapi seringkali diinterpretasikan seakan-
akan koefisien korelasi Azwar, 2012. Analisis struktur faktor dilakukan untuk melihat struktur internal tes
sebagai dukungan terhadap validitas model persamaan structural yang digunakan dalam konstruksi tes yang bersangkutan Azwar, 2012. Untuk tujuan tersebut
digunakan prosedur common factor analysis sebagai salahsatu metode pengujian model, terutama yang mengikuti anggapan bahwa satu konstruk dasar akan
menghasilkan skor tampak Aneshensel, dalam Azwar 2012. Bila model yang diajukan ternyata cocok dengan data skor subjek, berarti struktur internal tes
adalah valid Azwar, 2012 Metode multitrait-multimatriks secara konseptual mirip dengan analisis
faktor yang merupakan prosedur untuk menganalisis hubungan dan menentukan pola-pola data. Metode ini bisa menyediakan bukti validitas yang berguna untuk
evaluasi struktur internal. Dalam menggunakan metode ini harus berhati-hati untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang membingungkan informasi dari
metode multitrait-multimethod dengan yang diungkap melalui analisis faktor Osterlind, 2010. Campbell dan Fiske dalam Azwar, 2012 telah
mengembangkan pendekatan ini yang dapat digunakan bilamana terdapat dua trait atau lebih yang diukur oleh dua macam metode atau lebih. Dasar pemikiran dalam
proses validasi ini adalah bahwa validitas yang baik diperlihatkan oleh adanya korelasi yang tinggi di antara hasil pengukuran terhadap trait yang sama oleh
beberapa metode yang berbeda convergent validity, atau sebaliknya tidak adanya
Universitas Sumatera Utara
korelasi di antara hasil pengukuran terhadap beberapa trait yagn berbeda sekalipun diukur menggunakan metode yang serupa discriminant validity.
4 Bukti Validitas Berdasarkan Hubungan dengan Variabel Lain Hubungan antara skor tes dan kriteria yang diuji sering diidentifikasi
dengan melabel bukti kriteria sebagai bukti prediktif atau konkuren dalam validitas. Kedua jenis bukti ini menunjukkan kemunculan hubungan antara tes dan
sebuah kriteria eksternal, perbedaanya hanya waktu kapan pengukuran hubungan korelasional. Bukti prediktif juga adalah sebuah indikator yang muncul dari
perbandingan antara sebuah tes dengan tes di masa depan atau kriteria administrasi posttest. Dalam mengevaluasi validitas, masalah muncul ketika
sebuah hubungan korelasional adalah sumber utama dalam bukti validitas. Kesulitan muncul dari fakta bahwa dalam CTT, skor murni hanya bisa didapat
secara teoritis dan tidak bisa diketahui secara pasti. Dalam dunia praktis, terbukti bahwa reliabilitas korelasional sebagai bukti kriteria untuk validitas tes, ditekan
oleh derajat eror pengukuran dalam kriteria. Keadaan ini disebut sebagai masalah kriteria. Masalah kriteria adalah ketika reliabilitas kriteria bergantung pada
hubungan korelasional dengan kriteria eksternalnya. 5 Bukti Validitas Berdasarkan Pertimbangan-pertimbangan Eksternal
Validitas Tampang sebagai Sumber Bukti Validitas tampang berarti bahwa peserta tes yang melihat instrumen tes
untuk pertama kali seharusnya tidak terkonfrontasi dengan dokumen yang tidak lazim, sering terjadi karena persiapan yang tidak profesional. Validitas tampang
Universitas Sumatera Utara
tidak bisa diuji dengan metode statistik, bukan berarti validitas tampang bisa dianggap rendah. Memberikan sebuah instrumen tes yang memiliki tampilan
profesional pada peserta tes adalah tanggung jawab validitas pembuat tes.
c. Interpretasi Koefisien Validitas