setara satu sama lain atau sangat bervariasi maka koefisien reliabilitas akan rendah Azwar, 2005. Pada beberapa kondisi, tes yang reliabel belum tentu valid, karena
reliabilitas tes juga dipengaruhi oleh eror, tetapi tes yang valid sudah pasti reliabel Azwar, 2005.
D. Culture Fair Intelligence Test CFIT Skala 3B
1. Sejarah dan Perkembangan CFIT
Spearman 1927 menyusun faktor analisis pertama terhadap kemampuan- kemampuan dan mengatakan bahwa kemampuan-kemampuan tersebut dapat
dijelaskan dalam sebuah faktor umum general factor yang disebut “g” yang mengarah pada kecerdasan umum Coaley, 2010. Menurut Spearman, kecerdasan
terdiri dari satu faktor umum ditambah sejumlah faktor-faktor spesifik di dalamnya Kaplan Saccuzo, 2005. Dalam perkembangannya, Cattel
menemukan bahwa kecerdasan bukan merupakan satu konsep tunggal tetapi terdiri dari dua komponen. Cattel membenarkan bahwa kecerdasan umum
general intelligence memang ada tetapi dia mengatakan bahwa kecerdasan umum terdiri dari dua hal yang berhubungan tetapi berbeda, yaitu fluid
intelligence dan crystallized intelligence.Fluid intelligence lebih ditentukan secara genetis sehingga lebih bebas budaya. Cattel memandang bahwa fluid intelligence
sebagai kemampuan logika primer yang berhubungan dengan masalah-masalah abstrak dan lebih terlibat dalam proses adaptasi. Sebaliknya, crystallized
intelligence berkembang dari latihan terhadap fluid intelligence dalam lingkungan tertentu. Coaley, 2010.
Semua budaya cenderung menguatkan keahlian dan aktifitas tertentu. Salahsatu tujuan tes performansi nonverbal adalah untuk mengurangi faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
yang berhubungan dengan pengaruh budaya sehingga bisa diukur kecerdasan yang bebas dari proses belajar, budaya, dan sebagainya Kaplan Saccuzo, 2005.
Culture Fair Intelligence Test adalah pengukuran nonverbal terhadap fluid intelligence yang diciptakan oleh Raymond B. Cattel. Tujuan dari CFIT adalah
untuk mengukur fluid intelligence kemampuan analisis dalam situasi abstrak dalam pola yang sebebas mungkin dari pengaruh budaya Gregory, 2000. Culture
Fair Intelligence Test dirancang untuk memberikan sebuah estimasi kecerdasan yang relatif bebas dari pengaruh bahasa dan budaya Kaplan Saccuzo, 2005
Salah satu tujuan tes instrument CFIT ini adalah untuk meminimalisir pengaruh- pengaruh yang tidak relevan dari pembelajaran budaya dan sosial sehingga
dihasilkan pemisahan yang lebih bersih terhadap kemampuan alami dari pembelajaran yang spesifik IPAT dalam Gregory, 2000. Awalnya tes ini
dinamakan Culture Free Intelligence Test. Nama tes ini berubah setelah diketahui bahwa pengaruh budaya tidak bisa dihilangkan seutuhnya dari tes inteligensi
Gregory, 2000. Culture Fair Intelligence Test telah direvisi beberapa kali, dan bentuk
yang sekarang muncul setelah revisi pada tahun 1961. Test ini berisi tiga versi: Skala 1 untuk anak usia 4-8 tahun dan untuk dewasa dengan gangguan mental;
skala 2 untuk anak usia 9-13 tahun dan untuk dewasa dengan kecerdasan rata-rata; Skala 3 untuk siswa SMA dan perguruan tinggi dan untuk dewasa dengan
kecerdasan tinggi. Skala 1 melibatkan interaksi antara tester dan testee sehingga harus diadministrasikan secara subjekal, sedangkan Skala 2 dan 3 merupakan tes
kelompok dan kedua skala ini berbeda dalam tingkat kesulitan. Pada setiap skala terdapat dua bentuk yang setara disebut Bentuk A dan Bentuk B. Setiap bentuk
Universitas Sumatera Utara
berisi 4 subtes : Seri, Klasifikasi, Matriks, dan Kondisitopologi. Tiap subtes memiliki batasan waktu. CFIT merupakan speed test, dengan waktu 30 menit
untuk skala 2 dan 3, tetapi hanya diberikan 12,5 menit pada tes sebenarnya Gregory, 2000.
Reliabilitas CFIT melalui tes-retes, bentuk alternatif, dan konsitensi internal pada umumnya 0,70an pada skala 2 dan 3. Dalam hal validitas, CFIT
berkorelasi sekitar 0,80an dengan faktor umum inteligensi dan menunjukkan hubungan yang kuat sekitar 0,70an dan 0,80an dengan alat ukur inteligensi yang
umum dipakai seperti: WAIS, WISC, Raven PM, Stanford-Binet, Otis, dan General Aptitude Test IPAT pada tahun 1973, dalam Gregory, 2000. Dari sini
dapat dikatakan bahwa CFIT dirancang dengan baik, berguna, dan valid sebagai tes inteligensi Gregory, 2000. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia LPSP3 UI “Buku Petunjuk Penggunaan CFIT, 2013
melakukan pengujian reliabilitas menggunakan 1.843 data dengan menggunakan data dari tahun 2005 hingga 2007
yang sebagian besar berasal dari hasil seleksi dan penempatan dalam pendidikan seperti masuk sekolah atau penjurusan SMA maupun pekerjaan. Karena CFIT
skala 3 dimaksudkan untuk mengukur sebuah kemapuan intelektual umum atau faktor “g”, maka perlu dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode konsistensi
internal menggunakan formula Alpha-Cronbach. Diperoleh koefisien Alpha- Cronbach sebesar 0,786 Mean = 26,87, SD = 5,854. Menurut Murphy dan
Davishofer 2001, koefisien reliabilitas sebesar 0,7 tergolong rendah.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian terhadap instrumen Culture Fair Intelligence Test CFIT Skala 3B ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini akan
mendeskripsikan karakteristik psikometri CFIT yang meliputi analisis aitem indeks kesukaran dan indeks diskriminasi, serta validitas konstrak dan
reliabilitasnya. Validitas konstrak akan dianalisis menggunakan analisis faktor konfirmatori dan uji reliabilitas menggunakan pendekatan estimasi reliabilitas
skor komposit.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini merupakan lembar jawaban CFIT skala 3B yang telah diisi oleh para peserta tes yang dilayani oleh Unit P3M Fakultas
Psikologi USU, para peserta tes tersebut memiliki pendidikan minimal SMA sederajat karena mereka merupakan orang-orang yang mengikuti seleksi masuk
kerja di beberapa perusahaan atau institusi tertentu yang dilakukan oleh P3M Fakultas Psikologi USU yang dalam proses seleksi kerja tersebut digunakan CFIT
Skala 3B sebagai alat ukur inteligensi.
Universitas Sumatera Utara