Perumusan Masalah Tinjauan Penelitian Terdahulu

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan yang kuat antara asset yang liquid dengan capital pada Bank Komersial yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2008-2010 yang bisa kita lihat pada laporan neraca bank tersebut. 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa terdapat hubungan antara asset yang liquid dengan capital pada bank komersial yang terdaftar di BEI periode tahun 2008-2010.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak- pihak yang berkepentingan antara lain sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang hubungan antara harta dan kewajiban. 2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi yang member gambaran dan bukti-bukti empiris untuk mengembangkan penelitian yang sejenis dimasa mendatang. 3. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kinerja keuangan perbankan Indonesia sehingga dihadapkan Universitas Sumatera Utara sebagai paham pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi dan pemberian kredit disektor perbankan. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1.Likuiditas Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat, Mudrajat 2002:279. Kewajiban yang timbul dari sisi aktiva misalnya penyediaan dana bagi penarikan pinjaman yang disetujui atau penarikan atas kelonggaran tarik pinjaman. Sedangkan kewajiban yang timbul dari sisi pasiva atau liabilities misalnya penyediaan dana bagi penarikan tabungan dan simpanan lainnya oleh nasabah. Sumber- sumber utama kebutuhan likuiditas dapat digolongkan sebagai berikut: 1 Memenuhi kebutuhan likuiditas wajib minimum 2 Menjaga agar saldo rekening yang ada pada bank koresponden selalu berada pada jumlah yang ditentukan. 3 memenuhi penarikan dana baik oleh nasabah debitur maupun penabung. 2.1.1.1. Teori manajemen likuiditas Universitas Sumatera Utara Menurut salah satu peneliti Veitzhal 2007:279 teori tentang manajemen likuiditas perbankan ini relatif hampir sama tuanya dengan ilmu perbankan. Ada empat teori likuiditas perbankan yang dikenal yaitu sebagai berikut: 1 Commercial loan theory Teori ini dianggap paling kuno, nama lian dari teori ini adalah real bills doctrine. Teori ini mulai dikenal sekitar 2 abad lalu. Kajian teori ini dilakuka n oleh Adam Smith dalam bukunya yang terkenal The Wealth of Nation yang diterbitkan tahun 1776. teori ini beranggapan bahwa bank hanya boleh memberikan pinjaman dengan surat dagang jangka pendek yang dapt dicairkan dengan sendirinyaself liquiditing. Self Liquiditing berarti pemberian pinjaman mengandung makna untuk pembayaran kembali. 2 Shiftability Theory Shiftability theory teori tentang aktiva yang dapat dipindahkan dan teori ini beranggapan bahwa likuiditas sebuah bank tergantung pada kemampuan bank memindahkan aktivanya ke pada orang lain dengan harga yang dapat diramalkan, misalnya dapat diterima bagi bank utnuk berinvestasi pada pasar terbuka jangka pendek dalam portofolio aktivanya. Jika dalam keadaan ini sejumlah depositors harus memutuskan untuk menarik kembali uang mereka, bank hanya tinggal Universitas Sumatera Utara menjual investasi tersebut, mengambil yang diperoleh atau dibeli, dan membayarnya kembali kepada depositornya. 3 Anticipated Income Theory Sebagai teori yang dikenal tahun 1940 yang menonjol di Amerika Serikat, yaitu teori pendapatan yang diharapkan the anticipated income theory ini berarti semua dana yang dialokasikan atau setiap upaya mengalokasikan dana ditunjukkan pada sector yang feasible dan layak akan menguntungkan bagi bank. 4 The Liability Management Theory Maksud teori ini adalah bagaimana bank dapat mengelola pasivanya sedemikian rupa sehingga pasiva itu dapat menjadi sumber likuiditas. Likuiditas yang diperlukan bagi bank adalah: a untuk menghadapi penarikan oleh nasabah b memenuhi kewajiban bank yang jatuh tempo c memenuhi permintaan pinjaman dari nasabah.

2.1.2. Asset liability management

Asset Liability Management adalah proses pengendalian aktiva dan pasiva secara terpadu yang saling berhubungan dalam usaha mencapai keuntungan bank. Asset Liability Management merupakan kebijakan dan strategi jangka pendek dalam pencapaian rencana tahunan. Universitas Sumatera Utara ALMA Asset and Liability Management adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan melalui pengumpulan, proses, analisa, laporan, dan menetapkan strategi terhadap asset dan liability guna mengeliminasi risiko antara lain risiko likuiditas, risiko suku bunga, risiko nilai tukar dan risiko portepel atau risiko operasional dalam menunjang pencapaian keuntungan bank. Beberapa risiko Asset Liability antara lain : 1. Risiko likuiditas yaitu risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan bank mengelola kelebihan atau kekurangan dana dalam kegiatan operasional. 2. Risiko suku bunga yaitu risiko yang disebabkan karena posisi reviewing asset liability tidak searah dengan perubahan suku bunga. 3. Risiko nilai tukar yaitu risiko yang disebabkan oleh posisi Asset Liability dalam mata uang asing tidak searah dengan perubahan nilai tukar. 4. Risiko portepel yaitu risiko yang disebabkan oleh struktur Asset Liability tidak mendukung effisiensi operasi, seperti komposisi asset kurang menghasilkan keuntungan dan komposisi liability mengarah ke biaya tinggi. Dalam kaitan terhadap risiko portepel ini fungsi pengelolaan portepel sangat penting yaitu bagaimana mengusahakan agar komposisi dana searah dengan komposisi penggunaan dana. Risiko portepel termasuk fungsi pengelolaan dana atau Funding Management disebut juga the acquisition of liabilities atau Deposit and Liabilities Management. Funding Management mencerminkan bermacam-macam strategi dalam menghimpun dana dalam jumlah yang besar pada berbagai periode, berbagai jenis Universitas Sumatera Utara instrumen untuk berbagai tujuan bank dalam meminimalkan biaya dana dan mengeliminir risiko dana. Pengertian funding management dapat dilihat dalam arti yang sempit maupun yang luas. Dalam arti yang sempit, funding management diidentikkan dengan liability management namun dalam arti yang luas, masalah funding management mencakup kedua sisi neraca sehingga tidak hanya terkait dengan kemampuan manajemen di dalam mengelola penghimpunan dana, namun juga bagaimana upaya manajemen di dalam mengelola dana tersebut pada sisi aktiva. Dalam perbankan, pengelolaan dana funding management tersebut meliputi pemantauan dan pengarahan struktur dana sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi sebagai sumber pembiayaan dan pengembangan portfolio di sisi aktiva, di samping menjaga agar penetapan lending rate tidak menjadi lebih tinggi dari rata-rata pesaingnya. Sumber-sumber pendanaan dalam kaitan dengan funding management adalah bersumber dari dana yang bersifat non tradional seperti bentuk Deposit On Call, Certificate of Deposit, Medium Term Notes MTN, penerbitan Promes, Surat berharga pasar uang lainnya ataupun melalui pasar modal yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang baik ke Bank maupun Lembaga non Bank seperti Obligasi, FRN, FRCD atau Debentures lainnya.

2.1.3. Pendekatan Modern Asset Liability Management

Persaingan pada industri perbankan yang semakin ketat menyebabkan teori-teori pengelolaan asset-liabilitysemakin berkembang. Secara spesifik, pendekatan asset liability management memfokuskan pada hubungan antara tingkat asset-asset variabel Universitas Sumatera Utara variable-rate assets, VRAs dan tingkat utang-utang variabel variable-rate liabilities, VRLs. VRAs dan VRLs akan diperbaharui sepanjang waktu sesuai dengan perkembangan pasar. Teori ini muncul pada tahun 1970-an ketika terjadi fluktuasi tingkat bunga yang sangat drastis. Tiga jenis strategi asset liability management telah berkembang yang dikaitkan dengan “jurang pendanaan” funds gap. Pada dasarnya, funds gap merupakan selisih antara VRAs dan VRLs. Ketiga strategi tersebut adalah the zero funds gap, the positive funds gap dan the negative funds gap. 2.1.3.1. The Zero Funds Gap Strategy Dengan pendekatan ini manajemen bank berusaha menyamakan proporsi dari total asset bank yang dialokasikan kepada asset-asset variable, VRAs nilainya berfluktuasi sesuai dengan bunga pasar dengan proporsi dari total liability bank yang dialokasikan pada liabilities variable, VRLs yang nilainya berfluktuasi sesuai dengan perubahan bunga pasar. Misalnya 40 persen VRAs dan 40 persen VRLs. Dengan demikian, bila terjadi perubahan tingkat bunga di pasar, misalnya naik, maka keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh kenaikan tingkat bunga tersebut akan sama. Strategi ini meminimumkan risiko perubahan tingkat bunga karena perubahan bunga dana yang diperoleh dan bunga dana yang dipinjamkan akan sama. Dalam teori ekonomi mikro, ini berarti Marginal Revenue sama dengan Marginal Cost MR = MC. Kondisi ini merupakan kondisi optimal bagi setiap operasional perusahaan di dalam berbagai struktur pasar. Pendekatan ini akan menjaga kestabilan interest earning di tengah perubahan-perubahan tingkat bunga yang drastis. Universitas Sumatera Utara 2.1.3.2. The Positive Funds Strategy Strategi ini menganjurkan agar rasio-rasio assets variable VRAs terhadap total aset harus lebih besar daripada liabilities variable, VRLs. Misalnya 40 persen aset-aset yang menghasilkan ditempatkan dalam bentukVRAs dan hanya 20 persen pembayaran-pembayaran bunga liabilities dalam bentuk VRLs. Dengan demikian, bila terjadi kenaikan tingkat bunga di pasar antarbank, hal itu akan mendapat keuntungan karena tambahan penghasilan bunga lebih besar daripada tambahan biaya bunga. Dengan kata lain, Marginal Revenue lebih besar dari Marginal Cost MR MC. Sebaliknya, bila terjadi penurunan tingkat bunga di pasar, bank akan menderita kerugian karena penghasilan bunga akan menurun lebih besar dibandingkan dengan penurunan biaya bunga. Strategi ini cocok diterapkan bila diramalkan bahwa tingkat bunga pasar di masa yang akan datang akan naik.

2.1.3.3 The Negative Funds Strategy

Strategi ini kebalikan dari positive funds strategy. Strategi ini menganjurkan agar rasio dari assets variableVRAs terhadap total assets lebih kecil daripada liabilities variable VRLs terhadap total liabilities. Misalnya 40 persen aset dalam bentuk VRAs dan 60 persen liabilities dalam bentuk VRLs. Bila terjadi penurunan tingkat bunga pasar di masa yang akan datang, maka itu akan menguntungkan bank karena penurunan beban bunga lebih besar dari penurunan penghasilan bunga. Namun sebaliknya, bila terjadi kenaikan tingkat bunga pasar, bank akan menderita kerugian. Tambahan beban bunga akan lebih besar dari tambahan penghasilan bunga. Universitas Sumatera Utara Strategi ini cocok diterapkan bila diperkirakan akan terjadi resesi ekonomi di masa datang dan tingkat bunga akan menurun. Strategi terakhir adalah “pemilihan aset” dan “diversifikasi portofolio”. Strategi ini menganjurkan diversifikasi portofolio aset bank untuk mengurangi risiko. Tujuan diversifikasi portofolio ini adalah untuk menyeimbangkan antara aset-aset yang nilainya meningkat ketika nilai aset-aset lain menurun akibat fluktuasi pasar. Jadi, dengan keseimbangan ini, nilai aset-aset secara total akan konstan meskipun terjadi gejolak tingkat bunga di pasar. Secara garis besarnya, hasil dari pengaturan komposisi asset liability ini akan tercermin dari rasio-rasio keuangan perbankan, seperti Loan to Deposit Ratio LDR, yang mengukur berapa banyak pinjaman yang diberikan dibiayai dengan deposito masyarakat. Earning Asset to Total Asset Ratio, yaitu berapa banyak aset-aset yang dimiliki dialokasikan kepada pos-pos yang menghasilkan. Dengan menggunakan data intern, rasio-rasio keuangan perbankan ini dapat dikembangkan lagi oleh Asset Liability Committee ALCO untuk kepentingan analisis. Secara teoritis, pendekatan ini cukup ideal. Akan tetapi, dalam prakteknya masih ditemui beberapa kesulitan. Pertama, sulit memperkirakan perolehan dana pada berbagai jangka waktu dan tingkat bunga. Kedua, pengelola bank tidak dapat memastikan apakah dana yang telah jatuh tempo diperpanjang atau tidak. Jika berpedoman pada tanggal jatuh tempo, bila ternyata dana diperpanjang, maka akan kelebihan likuiditas. Ketiga, dana-dana yang dipinjamkan kepada nasabah tidak dapat dipastikan dikembalikan pada saat jatuh tempo. Bila terjadi penangguhan Universitas Sumatera Utara pembayaran, apalagi kredit macet, maka komposisi asset-liability yang ditetapkan semula menjadi kacau. Keempat, kondisi makro ekonomi, pada saat-saat tertentu, menyebabkan sulitnya penyaluran kredit, sementara dana yang masuk cukup banyak. Ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara assets dan liabilities. Strategi the zero funds gap dan diversifikasi portofolio cocok untuk bank-bank yang dikelola dengan gaya konservatif, yaitu selalu berhati-hati, mengutamakan keselamatan dan menghindari risiko. Akan tetapi biasanya tingkat pertumbuhan bank- bank seperti ini relatif rendah. Di sisi lain, prudential policy dapat memupuk kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan, sedangkan strategi the positive dan the negative funds gap sesuai untuk perbankan agresif, selalu mencari keuntungan tinggi meskipun risiko juga tinggi. Strategi ini memang sesuai untuk iklim yang cepat berubah. Perubahan-perubahan tingkat bunga pasar yang berlangsung tiba-tiba dapat dijadikan sebagai sumber keuntungan bagi bank. Akan tetapi dibutuhkan kejelian dalam melihat peluang, ketelitian, dan ketetapan untuk meramalkan kondisi masa datang. Untuk itu manajemen bank perlu mempelajari perubahan-perubahan variabel makro ekonomi. Kapan terjadi perubahan yang bersifat seasonal maupun cyclical, resesi berat atau resesi ringan, yang kesemuanya mempengaruhi fluktuasi tingkat bunga. Demikian pula kondisi moneter internasional yang mempunyai pengaruh terhadap tingkat bunga di dalam negeri juga perlu mendapat perhatian. Universitas Sumatera Utara

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Seema Jaiswal 2010 dengan judul “Relationship between Asset and Liability of Commercial Banks in India, 1997 – 2008”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pertama peneliti mempelajari struktur yang berkembang dari neraca dengan menganalisis perubahan dalam bagian kepemilikan yang berbeda, dari sisi aktiva dan pasiva serta variasi dalam akun distribusi tersebut pada bank nasional yang terdiri dari berbagai kelompok dan waktu. Bank asing memiliki proporsi yang lebih tinggi dari sisi Modal, cadangan dan pinjaman dibandingkan dengan bank sektor publik dan bank swasta, di sisi lain bank asing memiliki saham lebih rendah dari deposito jangka pendek dan deposito jangka panjang. Pangsa deposito jangka pendek meningkat pada bank asing dan bank swasta, sedangkan pada bank nasional hal tersebut dinilai tetap sama. Korelasi Canonical menyediakan berbagai bukti empiris penting, yang menjelaskan ketergantungan antara akun aktiva dan kewajiban. Pertama,ada korelasi kanonik yang kuat antara aset dan kewajiban, yang menunjukkan seberapa tinggi ketergantungan antara asset dan kewajiban. Kedua, hasil penelitian dengan korelasi kanonik di setiap sektor bank yang diteliti, menurun dari periode 1997-2000 ke 2005-2008. Ada penurunan yang konsisten dalam korelasi kanonik dalam kasus bank sektor publik dan bank asing. Di kasus bank swasta korelasi kanonik meningkat selama periode 2001-2004 dan selanjutnya menurun. Maksimum penurunan diamati dalam kasus bank asing. Universitas Sumatera Utara Ketiga,pentingnya korelasi kanonik ialah memberitahu kita bahwa lebih dari tiga beban kanonik yang signifikan, yang menyiratkan bahwa aset yang berlebih dan akun kewajiban terlibat dalam menentukan hubungan antara aset dan kewajiban bank. Keempat yaitu adanya hubungan korelasi yang sederhana antara pasangan aktiva dan kewajiban. Hal ini memberikan beberapa hubungan korelasi positif yang penting antara pinjaman jangka panjang dan pinjaman, likuid asset dan deposito jangka pendek, deposito jangka pendek dan pinjaman jangka panjang dan korelasi negative antara likuid asset dan pinjaman.

2.3. Kerangka Konseptual