Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Orisinalitas Landasan Teoritis

5 Surat ijin Mengemudi.Dengan demikian perlu pula diketahui lebih lanjut mengenai tanggungjawan pelaku usaha kursus dalam upaya mendapatkan SIM Surat Ijin Mengemudi. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka akan dibahas masalah ini dalam sebuah bentuk karya ilmiah yang berupa skripsi dengan judul: “Perjanjian Penyedia Jasa Kursus Mengemudi Bagi Pengguna Jasa Ditinjau Dari Kitab Undang- Undang Hukum Perdata”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan atas uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan beberapa permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan dalam penulisan skripsi ini. Permasalahan-permasalahan tersebut jika dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Apakah perjanjian penyedia jasa kursus mengemudi denganpengguna jasa kursus mengemudi dapat diakui keabsahannya berdasarkan Kitab Undang- undang Hukum Perdata KUHPer ? 2. Apakah tangggung jawabpenyedia jasa kursus mengemudi terhadap pengguna jasa dalam upaya memperoleh SIM Surat Ijin Mengemudi berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

6 Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pokok pembahasan disini adalah mengenai keabsahan perjanjian antara lembaga pendidik pengemudi dengan pengguna jasa pendidik pengemudi ditinjau dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUHPer. Pada pembahasan rumusan masalah yang kedua mencakup mengenai pertanggungjawaban lembaga pendidik pengemudi terhadap pengguna jasa dalam upaya memperoleh SIM Surat Ijin Mengemudiapabila dikaitkan dengan Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

1.4 Orisinalitas

Skripsi ini merupakan karya tulis asli penulis sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Permasalahan yang diangkat oleh penulis adalah mengenai keabsahan dari pelaksanaan perjanjian lembaga pendidik pengemudi terhadap pengguna jasa ditinjau dari KUHPer, dan juga tanggung jawab penyedia jasa kursus mengemudi terhadap pengguna jasa dalam upaya memperoleh SIM Surat Ijin Mengemudi berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang merupakan fenomena Hukum yang sering terjadi dimasyarakat.

1.5 Tujuan Penelitian

Bertolak dari pemaparan permasalahan yang diajukan di atas, dan yang akan menjadi pokok bahasan. Maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Tujuan umum

7 1. Untuk mengetahui dasar dari Hukum perjanjian dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUHPer antara pihak penyedia jasa kursus pengemudi dengan pengguna jasa kursus mengemudi. 2. Untuk mengetahui tanggung jawab lembaga kursus pengemudi dalam upaya memperoleh SIM Surat Ijin Mengemudiberdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

1.5.2 Tujuan khusus

1. Untuk memahami keabsahan perjanjian yang terjadi antara penyedia jasa dan pengguna jasa ditinjau dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUHPer. 2. Untuk memahami hak dan kewajiban pengguna jasa dan pelaku usaha kursus serta pertanggungjawaban lembaga kursus pengemudi dalam upaya memperoleh SIM Surat Ijin Mengemudi berdasarkanUndang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

1.6 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian selalu diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1.6.1 Manfaat teoritis

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum bisnis,

khususnya dasar sahnya suatu perjanjian yang berkaitan dengan jasa dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUHPer. 8

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah

informasi bagi pihak-pihak yang menjadi subjek hukum dalam kegiatan Lalu Lintas serta Angkutan Jalan yaitu Polisi Lalu Lintas, penyedia jasa kursus mengemudi, dan tentu saja masyarakat . 1.6.2 Manfaat praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para pihak dalam kursus mengemudi, sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang sejenis. 2. Hasil penelitian ini dapat diharapkan menjadi pedoman bagi para pihak dalam kursus mengemudi mengenai batasan tanggung jawab dalam upaya memperoleh SIM Surat Ijin Mengemudi.

1.7 Landasan Teoritis

Dalam penelitian ilmiah diperlukan teori yang berupa asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep 4 . Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan hubungan antar dua variabel atau lebih yang telah diuji kebenarannya 5 .Landasan dari suatu penelitian Hukum perlu diawali dari pengertian Hukum itu sendiri. Menurut Van Apeldoorn bahwa hukum itu terdiri dari : 4 Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h. 19. 5 Soerjono Soekanto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 30. 9 pertama, peraturan-peraturan, kedua, obyek dari peraturan-peraturan adalah perhubungan hidup yang menampakkan diri di dalam perbuatan atau kelakuan manusia, dan bukan soal-soal pribadi atau soal bathin, dari obyeknya, dan ketiga, peraturan hidup itu tidak berlaku untuk hewan atau tumbuh-tumbuhan 6 . Dengan demikian, hukum mengatur perhubungan antar manusia 7 . Menurut Mochtar Kusumaatmaja, bahwa pengertian hukum yang memadai harus tidak hanya memandang hukum itu sebagai perangkat kaedah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi juga harus mencakup lembaga institution dan proses processes yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan 8 . Hal ini berarti Hukum sebagai suatu kaidah, memuat petunjuk pedoman dan merupakan salah satu dari jenis kaidah sosial.Kaidah sosial sendiri diartikan sebagai suatu pedoman, patokan, atau ukuran untuk berperilaku atau bersikap dalam kehidupan bersama ini. 9 Hukum sebagai kaedah mempunyai fungsi sebagai berikut: a Hukum yang menjamin kepastian hukum b Hukum yang menjamin keadilan sosial 6 Van Apeldoorn, 1976, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, h. 13. 7 Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, 2004, Hukum Bisnis Dalam Perspektif Manusia Modern, PT. Refika Aditama, Jakarta, h. 7. 8 Mochtar Kusumaatmadja, 1976, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Bina Cipta, Bandung, h. 15. 9 Sudikno Mertokusumo, 1999, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, h. 4 10 c Hukum berfungsi pengayomanperlindungan. 10 Hukum berfungsi pengayom berasal dari teori Soehardjo Menteri Kehakiman dalam Kabinet Soekarno.Makna dari fungsi hukum ini, dimana hukum berfungsi mengayomi atau melindungi manusia dalam bermasyarakat dan berbangsa, serta bernegara, baik jiwa dan badannya maupun hak-hak pribadinya, yaitu hak asasinya, hak kebendaannya maupun hak perorangannya 11 . Dalam pengertian hukum, umumnya yang dimaksud dengan hak adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi.Kepentingan pada hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya 12 . Menurut Soerjono Soekanto dan Otje Salman, hak merupakan suatu wewenang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, dan secara sosiologis, hak merupakan suatu peranan atau lebih tepat peranan yang diharapkan “ideal role”, “expected role” 13 .Hak yang bersumber dari hukum maupun perjanjian itu dibedakan menjadi hak kebendaan dan hak perorangan. Lebih lanjut diberikan pengertian dari kedua hak tersebut sebagai berikut : 10 Bachsan Mustafa, 2003, Sistem Hukum Indonesia Terpadu, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 20. 11 Ibid, h. 21. 12 Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, h. 40. 13 Soerjono Soekanto dan Otje Salman, 1996, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial, Radjawali Press, Jakarta, h. 96. 11 Hak kebendaan berkaitan dengan penguasaan langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap setiap orang.Sedangkan hak perorangan memberikan suatu tuntutan atau penagihan terhadap seseorang. Dalam Hukum Romawi keduanya disebut dengan “actiones in rem” untuk tuntutan kebendaan dan “actiones in personam ” untuk tuntutan perseorangan 14 . Hubungan perdata dalam bentuk perikatan antara penyedia kursus mengemudi dengan pengguna jasa. Berdasarkan KUHPerdata buku ke tiga tentang perikatan dalam Pasal 1313 menyebutkan : “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. ” Sedangkan dasar hukum perjanjian lainnya ialah Pasal 1338 KUHPerdata tentang asas kebebasan berkontrak bahwa : “setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian apa saja, baik perjanjian itu sudah diatur dalam Undang-undang maupun belum diatur dalam Undang-undang. ”Perjanjian dengan demikian mengikat para pihak secara hukum, untuk mendapatkan hak atau melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian itu.Perjanjian memberikan kepastian bagi penyelesaian sengketa, dan perjanjian ditujukan untuk memperjelas hubungan hukum 15 . Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari bahasa belanda yaitu “overeenskomst”. Overeenskomst biasanya diterjemahkan dalam perjanjian dan atau 14 R. Subekti, 1989, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, h. 63. 15 Ibid, h.28. 12 persetujuan. Menurut R. Subekti suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 16 Menurut Abdul Kadir Muhammad menjelaskan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang pihak atau lebih mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. 17 Dalam KUHPerdata telah diatur syarat-syarat umum sahnya suatu perjanjian terdapat pada Pasal 1320 KUHPerdata, menurut ketentuan pasal tersebut perjanjian sah apabila telah memenuhi persyaratan antara lain yaitu : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. 18 Kedua belah pihak diberi kebebasan dalam menentukan hal-hal pokok yang akan disepakati dalam perjanjian. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; Pasal 1329 KUHPerdata merumuskan bahwa “Setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian, kecuali jika oleh Undang-Undang dinyatakan tak cakap ”. Menurut Pasal 1330 KUHPerdata merumuskan, Mereka yang tidak cakap membuat suatu perjanjian adalah mereka yang termasuk dalam katagori: 16 R. Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, h.1. 17 Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia,PT. Citra Aditya Bakti,Bandung, h.225. 18 Salim H.S, H. Abdullah dan Wiwiek Wahyuningsih, 2008, Perancangan Kontrak Memorandum Of Understanding MOU, Sinar Grafika, Jakarta, h.9. 13 a. Orang yang belum dewasa. b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan c. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang, dan semua orang kepada siapa Undang-Undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. 3. Suatu hal tertentu; Adapun yang dimaksud dalam hal tertentu adalah objek dari perjanjian dalam Pasal 1332 KUHPerdata merumuskan bahwa “Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok perjanjian ”.Menurut Pasal 1333 KUHPerdata “Suatu perjanjian harus mempunyai pokok sebagai suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya ”.Selanjutnya menurut Pasal 1334 ayat 1 KUHPerdata juga merumuskan “Barang-barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat menjadi pokok suatu perjanjian ”. 4. Suatu sebab yang halal. Dalam Pasal 1337 KUHPerdata merumuskan bahwa “Suatu sebab adalah terlarang yang apabila dilarang oleh Undang-Undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum ”. Dalam hukum perjanjian terdapat tiga asas hukum yang melandasi perjanjian, yaitu asas konsensualisme, asas pacta sunt servada, dan asas kebebasan berkontrak. Asas konsensualisme concsensualism adalah bahwa suatu perikatan itu tersebut terjadi atau ada sejak saat tercapainya kata sepakat antara para pihak. Dengan kata lain bahwa perikatan itu sudah sah dan memiliki akibat hukum sejak saat 14 tercapai kata sepakat antara para pihak mengenai pokok perikatan. 19 Sepakat, berarti telah terjadi consensus secara tulus tidak ada kekilapan, paksaan ataupun penipuan. 20 Kesepakatan tersebut dapat dibuat secara lisan maupun tulisan. Dalam perjanjian antara penyedia jasa kursus mengemudi dengan pengguna jasa kursus perjanjian harus dibuat secara tertulis baik itu dalam bentuk kontrak, akta dibawah tangan, ataupun surat berharga dalam hal ini yang dimaksud adalah nota pembayaran danatau kwitansi pembayaran. Asas pacta sunt servada atau disebut juga dengan asas kepastian hukum. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, yang merumuskan : “Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang.” Kalimat secara sah berlaku sebagai Undang-undang mengandung arti bahwa para pihak dalam membuat perjanjian harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan isi dari perjanjian tersebut bersifat mengikat sebagai Undang-undang terhadap para pihak dan pada akhirnya akan terealisasikannya asas kepastian hukum bagi para pihak 21 . Asas kebebasan berkontrak freedom of contract dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, yang merumuskan : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang 19 Titik Triwulan Tutik, 2010, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Cet.II, Kencana, Jakarta, h.227. 20 I Ketut Artadi dan I Dewa Rai Asmara Putra, 2010, Implementasi Ketentuan-Ketentuan Hukum Perjanjian kedalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press, h.48 21 Titik Triwulan Tutik, op.cit, h.228. 15 membuatnya. ” Menurut Salim H.S, bahwa asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk; 1 membuat atau tidak membuat perjanjian; 2 mengadakan perjanjian dengan siapapun; 3 menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya; dan 4 menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan. Namun demikian, Abdulkadir Muhammad berpendapat bahwa kebebasan berkontrak tersebut tetap dibatasi oleh tiga hal, yaitu : 1 tidak dilarang oleh Undang-Undang; 2 tidak bertentangan dengan kesusilaan; dan 3 tidak bertentangan dengan ketertiban umum. 22 Dapat diambil kesimpulan bahwa setiap orang dibebaskan dalam membuat pokok-pokok dari perjanjian selama memenuhi syarat sahnya perjanjian, tidak melanggar kesusilaan, dan ketentuan Hukum. Asas itikad baik good faithtegoeder trouw terdapat dalam Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata yang merumuskan : “Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik. ”Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu para pihak harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak. Asas kepribadian terdapat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata merumuskan bahwa : “Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri. ”Inti ketentuan ini 22 Titik Triwulan Tutik, op.cit, h.229. 16 bahwa seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Pasal 1340 KUH Perdata merumuskan bahwa : “Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya. ”Ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun, ketentuan itu ada pengecualiannya, sebagaimana dalam Pasal 1317 KUH Perdata, yang merumuskan : “Lagi pun diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna kepentingan seorang pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji, yang dibuat oleh seorang untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberianyang dilakukannya kepada seorang lain, memuat suatu janji yang seperti itu ”. Pasal tersebut bermaksud bahwa perjanjian dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu. ”Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan membuat suatu perjanjian. Secara umum teori tanggung jawab dalam hukum perlindungan konsumen dapat dibedakan sebagai berikut 23 : Tanggung jawab atas dasar kesalahan Based on fault liability adalah tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan terdapat dalam Pasal 1365 KUH Perdata, yang dikenal sebagai tindakan melawan hukum onrechtsmatigdaad. Menurut pasal tersebut setiap perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian terhadap orang lain mewajibkan orang yang karena 23 Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, h.58. 17 perbuatannya menimbulkan kerugian itu mengganti kerugian 24 . Tanggung jawab atas dasar kesalahan harus memenuhi unsur-unsur adanya perbuatan, kesalahan, kerugian yang diderita dan adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian 25 . Tanggung jawab hukum tanpa bersalah mutlak liability without fault strict liability adalah prinsip tanggung jawab mutlak ini dalam hukum perlindungan konsumen secara umum digunakan untuk menjerat pelaku usaha, khususnya produsen barang yang produknya merugikan konsumen.Prinsip ini lebih dikenal dengan istilah product liability. Variasi yang sedikit berbeda dalam penerapan prinsip tanggung jawab ini terletak pada risk liability yang mempunyai arti kewajiban mengganti rugi dibebankan kepada pihak yang menimbulkan resiko adanya kerugian itu. Namun, si penggugat atau konsumen tetap diberikan beban pembuktian walaupun tidak sebesar si tergugat atau pelaku usaha 26 Mengenai dirugikanya pengguna jasa kursus mengemudi atas tidak terlaksananya kewajiban dari penyedia jasa kursus mengemudi yang posisi dari pengguna jasa kursus mengemudi adalah sebagai konsumen, maka dalam menegakan Hukum dapat menggunakan Undang-Undang Nomor.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.Hukum Perlindungan Konsumen adalah upaya hukum bagi konsumen untuk memperoleh hak-hak konsumen sebagaimana yang tertera dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 24 H.K.Martono dan Amad Sudiro, 2011, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No 1 Tahun 2009, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.219. 25 Shidarta, op.cit, h. 59 26 Shidarta, op.cit, h. 63 18 Hak-hak tersebut adalah sebagai berikut : a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalammengkonsumsi barang danatau jasa; b. Hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi danjaminan barang danatau jasa; d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan; e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; 27 Mengenai perlindungan hukum terhadap pengguna jasa kursus mengemudi atas penyedia jasa kursus menurut Satjipto Raharjo perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusi HAM yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh Hukum. 28 Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa : Perlindungan hukum merupakan perlindungan harkat dan martabat dan pengakuan terhadap hak asasi manusia yang dimiliki oleh subjek hukum dalam negara hukum dengan berdasarkan pada ketentuan 27 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,Cet.IV, Gramedia, Jakarta, h. 4. 28 Satijipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 53 19 hukum yang berlaku di negara tersebut guna mencegah terjadinya kesewenang- wenangan. Perlindungan hukum itu pada umumnya berbentuk suatu peraturan tertulis, sehingga sifatnya lebih mengikat dan akan mengakibatkan adanya sanksi yang harus dijatuhkan kepada pihak yang melanggarnya. 29 Menurut Philipus M. Hadjon, dibedakan 2 macam perlindungan hukum, yaitu: Perlindungan Hukum yang preventif, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya permasalahan atau sengketa, dan perlindungan Hukum yang represif, yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan atau sengketa yang timbul. 30 Perlindungan hukum memperoleh landasan idiil atau filosofis pada sila kelima Pancasila, yaitu : keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Didalamnya terkandung suatu hak seluruh rakyat Indonesia untuk diperlakukan sama di hadapan Hukum serta patut untuk dilindungi pula oleh Hukum.

1.8 Metode Penelitian