PERJANJIAN PENYEDIA JASA KURSUS MENGEMUDI BAGI PENGGUNA JASA DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.

(1)

i

SKRIPSI

PERJANJIAN PENYEDIA JASA KURSUS MENGEMUDI

BAGI PENGGUNA JASA DITINJAU DARI KITAB

UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

NI KADEK RUSMIADI NIM 0903005089

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015


(2)

ii

PERJANJIAN PENYEDIA JASA KURSUS MENGEMUDI

BAGI PENGGUNA JASA DITINJAU DARI KITAB

UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

NI KADEK RUSMIADI 0903005089

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015


(3)

(4)

(5)

v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi dan/ atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, Januari 2016 Yang menyatakan,

Ni Kadek Rusmiadi Nim.0903005089


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat serta hidyah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Perjanjian Penyedia Jasa Kursus Mengemudi Bagi Pengguna Jasa Ditinjau Dari

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”

.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari penyajiannya maupun dalam penyusunannya.Hal ini semata-mata karena kemampuan dan pengetahuan penulis yang sangat terbatas.Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan bantuan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, S.H.,M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana;

2. Bapak I Ketut Sudiartha, S.H.,M.H., Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana;

3. Bapak Bela Siki Layang, S.H.,M.H., Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana;


(7)

vii

4. Bapak I Wayan Suardana, S.H.,M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana;

5. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH., Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana;

6. Bapak Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja, S.H.,M.Hum., Pembimbing Akademik Fakultas Hukum Universitas Udayana;

7. Bapak Dr. I Made Udiana, SH., MH.,Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing ditengah kesibukan beliau, sehingga banyak ilmu dan nalar hukum yang diperoleh dari beliau;

8. Bapak A.A. Ketut Sukranatha, SH.,MH., Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing ditengah kesibukan beliau, sehingga banyak ilmu dan nalar hukum yang diperoleh dari beliau; 9. Bapak/Ibu dosen yang mengajar di Fakultas Hukum Universitas Udayana

yang telah memberikan ilmu, serta membantu dalam memberikan kritik dan saran agar skripsi ini terselesaikan dengan baik;

10. Bapak/Ibu pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah banyak membantu penulis selama proses belajar, serta dalam penyelesaian urusan administrasi, Informasi perkuliahan dan lain sebagainya; 11. Kedua Orang Tua, Ni Ketut Rumi, dan I Wayan Sadia serta bibi, paman dan

saudara dan juga guru matematika ibu Luh Endri yang dengan kepercayaan, kasih sayang serta doa restunya baik materiil maupun imateriil dalam


(8)

viii

memotivasi dan mendorong tanpa henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

12. Teman Penulis, Wiclif Francke Barus SH., A.A Wira Permata Sari, SH,. Gusti Ayu Cindy, SH., Devi Larasati, SH., Yuliandari, SH., Komang Widhi,SH., Harris R. Gultom, Putu Khrisna Dirgayasa serta semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu selalu mengingatkan dan memotivasi selama penulisan skripsi ini;

13. Teman-teman angkatan 2009, 2010, 2011 di Program Reguler dan Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Udayana yang selalu memberikan dukungan selama penulisan skripsi ini;

14. Teman-teman dari Organisasi Alsa LC Udayana, SCIL, UMCC, yang selalu memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi ini;

15. Serta semua orang yang telah membantu untuk mewujudkan skripsi ini dan tidak bisa disebutkan satu-persatu telah banyak memberikan bantuan moril sehingga terwujudnya skripsi ini.

Semoga amal baik dan bantuan yang telah diberikan oleh Bapak/Ibu, saudara dan saudari mendapatkan imbalan yang sepantasnya dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.Maka dari itu kritik dan saran yang bermanfaat serta membangun sangat


(9)

ix

penulis harapkan demi kepentingan skripsi ini.Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 29 Desember 2015


(10)

x ABSTRAK

PERJANJIAN PENYEDIA JASA KURSUS MENGEMUDI BAGI PENGGUNA JASA DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

Transportasi merupakan pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Kebutuhan akan transportasi yang semakin banyak, menjadi peluang bagi para pelaku usaha untuk membuka kursus mengemudi. Semakin banyaknya pelaku usaha yang membuat kursus mengemudi mangakibatkan keresahan yang menimbulkan pertanyaan mengenai keabsahan perjanjian yang dilakukan antara pelaku usaha dan pengguna jasa berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta tanggung jawab pelaku usaha dalam upaya untuk mendapatkan SIM (Surat Ijin Mengemudi)

Penelitian yang dipergunakan dalam tulisan dan pembahasan permasalahan ini adalah metode dengan cara penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif yang dipergunakan dalam penulisan ini guna melakukan penelitian yang beranjak dari konflik antar norma yang berlaku.

Lembaga atau pelaku usaha swasta yang diperbolehkan untuk melakukan kegiatan atau usaha untuk memberikan pendidikan dan pelatihan mengemudi adalah lembaga swasta yang telah mendapatkan ijin serta akreditasi resmi dari pemerintah daerah.Apabila syarat dan ketentuan yang telah tercantum dalam undang-undang tersebut tidak terpenuhi maka lembaga tersebut dianggap tidak sah keberadaannya sebagai pelaku usaha. Serta perjanjian yang dilakukan akan menjadi batal demi Hukum karena bertentangan dengan undang-undang. Lembaga swata yang terakreditasi oleh pemerintah yang diperbolehkan untuk melakukan kegiatan pelatihan dan pendidikan mengemudi. Tapi tidak memiliki wewenang untuk menerbitkan ataupun menjamin pengguna jasa dalam mendapatkan SIM (Surat Ijin Mengemudi) karena menurut undang-undang yang berhak untuk mendapatkan SIM Surat Ijin Mengemudi adalah calon pengemudi yang mengikuti dan lulus ujian mengemudi yang dilaksanakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.


(11)

xi

ABSTRACT

AGREEMENT SERVICE PROVIDERS DRIVING COURSE FOR SERVICE USERS IN TERMS OF THE BOOK OF THE LAW OF CIVIL LAW

Transportation is the transfer of people or goods from one place to another by using a vehicle driven by man or machine. The need for transportation is more, an opportunity for businesses to open a driving course.The increasing number of businesses that make driving course lead to unrest raises questions about the validity of the agreement made between businesses and service users based on Law Number 22 Year 2009 regarding Traffic and Road Transportation and the responsibility of businesses in an attempt to get a driving license (SIM)

The research used in writing and discussion of this problem is the method by way of normative legal research. Normative legal research methods used in this paper in order to carry out research to move from conflict between norms.

Agencies or private businesses are allowed to conduct or attempt to provide education and training of driving is a private institution that has been granted permission as well as the official accreditation of the local government. If theterms and conditionsthat have beenlisted inthe legislationare notmet, thenthese institutionsare consideredillegitimateexistence asentrepreneurs. And agreements made will be null and void by law because it is against the law. Private institutions accredited by the government is allowed to conduct training and education of driving.But it does not have the authority to issue or guarantee the service user in getting a driver's license (SIM) because by law are entitled to get a driver's license driver's license is a candidate for the driver who followed and passed the driving test conducted by the Indonesian National Police.


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... vi

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... v

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Ruang Lingkup Masalah ... 5

1.4. Orisionalitas Penelitian………. 6

1.5. Tujuan Penelitian ... 6

1.5.1. Tujuan umum ... 6

1.5.2. Tujuan khusus ... 6

1.6. Manfaat Penelitian ... 7


(13)

xiii

1.6.2. Manfaat praktis... 7

1.7. Landasan Teoritis ... 8

1.8. Metode Penelitian... 18

1.8.1. Jenis penelitian ... 18

1.8.2. Jenis pendekatan... 19

1.8.3. Sumber bahan hukum ... 20

1.8.4. Teknik pengumpulan bahan hukum ... 21

1.8.5. Teknik pengolahan dan analisis bahan hukum... 21

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN LEMBAGA PENDIDIK MENGEMUDI 2.1 Tinjauan Umum Tentang Perjanjian………... 23

2.1.1 Istilah dan pengertian perjanjian……….. 23

2.1.2 Sumber-sumber Hukum perjanjian ………. 24

2.1.3 Asas-asas Hukum perjanjian……… 25

2.1.4 Unsur-unsur perjanjian………. 26

2.1.5 Syarat sahnya suatu Perjanjian ……… 27

2.1.6 Pihak-pihak dalam perjanjian……….. 28

2.1.7 Jenis-jenis perjanjian……… 29

2.1.8 Objek Perjanjian………... 34

2.2. Tinjauan Umum Kursus Mengemudi………. 34

2.2.1 Pengertian kursus mengemudi ………. 34


(14)

xiv

2.2.3 Fungsi kursus mengemudi ………... 37

2.2.4 Asas-asas kursus mengemudi……….. 38

2.2.5 Manfaat kursus mengemudi………. 43

2.2.6 Tujuan kursus mengemudi………... 44

BAB III KEABSAHAN PERJANJIAN PENYEDIA JASA DAN PENGGUNA JASA KURSUS MENGEMUDI DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 3.1Bentuk Perjanjian Pelaku Usaha……… 46

3.2Lembaga Kursus Bervaliditas dan Terakreditasi………….. 49

3.3Keabsahan Perjanjian Antara Pelaku Usaha dan Pengguna Jasa Ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ………... 52

3.4Kriteria Peserta Kursus Mengemudi……….. 56

BAB IV TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA JASA KURSUS MENGEMUDI DALAM UPAYA MENDAPATKAN SIM (SURAT IJIN MENGEMUDI) 4.1 Hak dan Kewajiban Pengguna jasa dalam Kursus Mengemudi……… 58

4.2 Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha dalam Kursus Mengemudi……… 62

4.3 Tanggung Jawab Pelaku Usaha sebagai Penyedia Kursus Mengemudi……… 64


(15)

xv

4.4 Batasan Tanggung Jawab Pelaku Usaha dalam Kursus Mengemudi……… 72

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpul ... ………. 78 5.2. Saran-saran……….. .... 78 DAFTAR PUSTAKA


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Bertambahnya perekonomian suatu daerah mempengaruhi kebutuhan dari setiap individu atau masyarakat.Salah satunya pemenuhan kebutuhan akan transportasi. Transportasi merupakan pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.1

Sistem transportasi yang andal merupakan sarana penunjang kemajuan ekonomi karena akan mendukung mobilisasi penduduk dari satu daerah kedaerah lain yang mampu mendistribusikan barang dari satu tempat ketempat lainnya secara meluas.2Sedikitnya angkutan umum mengakibatkan kebutuhan akan transportasi bertambah, karena dengan transportasi dapat memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Kebutuhan akan transportasi yang semakin banyak, maka demi memenuhi kebutuhan dari masyarakat para penyedia jasa kursus mengemudi pun mulai menjamur. Hal tersebut mengakibatkan kendaraan pribadi adalah satu-satunya sarana

1

Muchlisin Riadi, 2012,“Pengertian dan Fungsi Transportasi”http://www.kajianpustaka.com/p/profil.html, diakses pada tanggal 6 januari 2015

2

Syafran Sofyan, 2012, “Pengembangan Sistem Trasnsportasi Nasional guna mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi dalam rangka ketahanan nasional” Jurnal Kajian Nasional Lemhannas Republik Indonesia, Edisi 14, Desember 2012, h. 31


(17)

2

yang memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan akan transportasi dari masyarakat yang dinamis. Kursus mengemudi merupakan alternatif yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dari sektor ekonomi dengan bertransportasi.Dengan menggunakan jasa kursus mengemudi dapat mempermudah dari segi fasillitas, dan efisiensi waktu.Tujuan lain masyarakat untuk ikut serta dalam kursus mengemudi adalah untuk mendapatkan lisensi resmi untuk mengendarai kandaraan bermotor.

Kemudahan-kemudahan yang telah dijanjikan, mengakibatkan penyedia jasa kursus mengemudi menjadi idola dikalangan masyarakat terutama pelajar yang usianya sudah dianggap cukup untuk mengendarai kendaraan bermotor khususnya mobil.Pelayanan tersebut diantaranya:mendapat pengarahan dari instruktur pribadi mulai dari hal-hal teknis memang terpapar secara teoritis seperti cara melepas kopling, memindahkan tuas perseneling, mengerem, sampai teknik menahan kopling dalam kondisi macet di jalan menanjak.

Pada umumnya ada 3 macam cara mengemudi yaitu :safety driving, aggressive driving dan defensive driving.Safety driving adalah mengemudi dengan selamat, dimana pengemudi dalam berkendaraan hanya mengutamakan selamat bagi dirinya pribadi tanpa memperhatikan sekitarnya, serta memperhatikan peraturan dan cara mengemudi yang baik. Aggressive drivingadalah yaitu mengemudi dengan lebih cepat dalam berkendara bahkan sampai ugal-ugalan, kadang pengemudi sudah tidak memperhatikan peraturan, dan sangat membahayakan pemakai jalan lain. Kemudian defensive drivingadalah mengemudi dengan cara aman, dengan banyak mengalah,


(18)

3

selain cara mengemudi ini akan aman bagi dirinya juga aman bagi pengguna jalan lainnya. Dari berbagai cara yang telah disebutkan diatas tujuan dari kursus mengemudi adalah menciptakan pengemudi yang safety driving dan defensive driving karena cara tersebut adalah cara yang bertoleransi dengan pengendara lain dan menaati aturan lalu lintas serta menjadikan jalan raya menjadi tempat aman untuk berkendara.3

Semakin banyaknya minat dari masyarakat untuk mengikuti kursus mengemudi, maka semakin banyak pula lembaga kursus mengemudi yang bermunculan sehingga timbulnya persaingan pelaku usaha. Demi mendapatkan pelanggan yaitu pengguna jasa kursus mengemudi maka banyaklah promosi-promosi yang dimuat dalam surat kabar, jejaring sosial, serta iklan di televisi lokal dan masih banyak lagi. Promosi tersebut menjanjikan banyak hal diantaranya harga yang terjangkau, servis antar jemput pengguna jasa kursus, serta memberanikan akan memberikan jaminan untuk mendapatkan lisensi mengemudi atau surat ijin mengemudi.

Namun menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 7 angka 2e telah jelas merumuskan bahwa : “Urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dan

3

Achmad Salamun, 2011, “Cara Mengemudi Yang Aman - Defensive driving (Transporatsi 6)”, Published: 08 Oktober 2011, URL :http://www.kompasiana.com/. diakses tanggal 11 oktober 2015.


(19)

4

Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan berlalu lintas, oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.”

Pasal 12a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang merumuskan :

Penyelenggaraan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan berlalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e meliputi pengujian dan penerbitan Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor.

Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak untuk melakukan pengujian ataupun penerbitan lisensi mengemudi atau surat ijin mengemudi adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Maka dari itu perlunya diteliti mengenai peraturan yang terkait lebih lanjut karena kondisi ini dapat dikatakan norma yang kabur (vague van normen). Sahnya suatu perjanjian karena adanya kesepakatan antara para pihak. Apabila dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam bidang kursus mengemudi keabsahan suatu perjanjian perlu dipertanyakan. Maka dari itu timbulah masalah yang perlu dikaji yaitu keabsahan perjanjian yang terjadi dalam kursus mengemudi berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Serta dalam pelaksanaan kursus mengemudi tujuan dari calon pengemudi adalah untuk mendapatkan SIM (Surat Ijin Mengemudi). Sering kali calon pengguna jasa berasumsi bahwa mengikuti kursus mengemudi menjamin dalam mendapatkan SIM


(20)

5

(Surat ijin Mengemudi).Dengan demikian perlu pula diketahui lebih lanjut mengenai tanggungjawan pelaku usaha kursus dalam upaya mendapatkan SIM (Surat Ijin Mengemudi).

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka akan dibahas masalah ini dalam sebuah bentuk karya ilmiah yang berupa skripsi dengan judul: “Perjanjian Penyedia Jasa Kursus Mengemudi Bagi Pengguna Jasa Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan atas uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan beberapa permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan dalam penulisan skripsi ini. Permasalahan-permasalahan tersebut jika dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Apakah perjanjian penyedia jasa kursus mengemudi denganpengguna jasa kursus mengemudi dapat diakui keabsahannya berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) ?

2. Apakah tangggung jawabpenyedia jasa kursus mengemudi terhadap pengguna jasa dalam upaya memperoleh SIM (Surat Ijin Mengemudi) berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ?


(21)

6

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pokok pembahasan disini adalah mengenai keabsahan perjanjian antara lembaga pendidik pengemudi dengan pengguna jasa pendidik pengemudi ditinjau dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer).

Pada pembahasan rumusan masalah yang kedua mencakup mengenai pertanggungjawaban lembaga pendidik pengemudi terhadap pengguna jasa dalam upaya memperoleh SIM (Surat Ijin Mengemudi)apabila dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

1.4Orisinalitas

Skripsi ini merupakan karya tulis asli penulis sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Permasalahan yang diangkat oleh penulis adalah mengenai keabsahan dari pelaksanaan perjanjian lembaga pendidik pengemudi terhadap pengguna jasa ditinjau dari KUHPer, dan juga tanggung jawab penyedia jasa kursus mengemudi terhadap pengguna jasa dalam upaya memperoleh SIM (Surat Ijin Mengemudi) berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang merupakan fenomena Hukum yang sering terjadi dimasyarakat.

1.5Tujuan Penelitian

Bertolak dari pemaparan permasalahan yang diajukan di atas, dan yang akan menjadi pokok bahasan. Maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1 Tujuan umum


(22)

7

1.Untuk mengetahui dasar dari Hukum perjanjian dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) antara pihak penyedia jasa kursus pengemudi dengan pengguna jasa kursus mengemudi.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab lembaga kursus pengemudi dalam upaya memperoleh SIM (Surat Ijin Mengemudi)berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

1.5.2 Tujuan khusus

1. Untuk memahami keabsahan perjanjian yang terjadi antara penyedia jasa dan pengguna jasa ditinjau dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer). 2. Untuk memahami hak dan kewajiban pengguna jasa dan pelaku usaha kursus

serta pertanggungjawaban lembaga kursus pengemudi dalam upaya memperoleh SIM (Surat Ijin Mengemudi) berdasarkanUndang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

1.6 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian selalu diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1.6.1 Manfaat teoritis

1.Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum bisnis, khususnya dasar sahnya suatu perjanjian yang berkaitan dengan jasa dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer).


(23)

8

2.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah informasi bagi pihak-pihak yang menjadi subjek hukum dalam kegiatan Lalu Lintas serta Angkutan Jalan yaitu Polisi Lalu Lintas, penyedia jasa kursus mengemudi, dan tentu saja masyarakat .

1.6.2 Manfaat praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para pihak dalam kursus mengemudi, sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang sejenis.

2. Hasil penelitian ini dapat diharapkan menjadi pedoman bagi para pihak dalam kursus mengemudi mengenai batasan tanggung jawab dalam upaya memperoleh SIM (Surat Ijin Mengemudi).

1.7Landasan Teoritis

Dalam penelitian ilmiah diperlukan teori yang berupa asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep4. Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan hubungan antar dua variabel atau lebih yang telah diuji kebenarannya5.Landasan dari suatu penelitian Hukum perlu diawali dari pengertian Hukum itu sendiri. Menurut Van Apeldoorn bahwa hukum itu terdiri dari :

4

Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h. 19.

5

Soerjono Soekanto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 30.


(24)

9

pertama, peraturan-peraturan, kedua, obyek dari peraturan-peraturan adalah perhubungan hidup yang menampakkan diri di dalam perbuatan atau kelakuan manusia, dan bukan soal-soal pribadi atau soal bathin, dari obyeknya, dan ketiga, peraturan hidup itu tidak berlaku untuk hewan atau tumbuh-tumbuhan6. Dengan demikian, hukum mengatur perhubungan antar manusia7.

Menurut Mochtar Kusumaatmaja, bahwa pengertian hukum yang memadai harus tidak hanya memandang hukum itu sebagai perangkat kaedah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi juga harus mencakup lembaga (institution) dan proses (processes) yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan8. Hal ini berarti Hukum sebagai suatu kaidah, memuat petunjuk pedoman dan merupakan salah satu dari jenis kaidah sosial.Kaidah sosial sendiri diartikan sebagai suatu pedoman, patokan, atau ukuran untuk berperilaku atau bersikap dalam kehidupan bersama ini.9 Hukum sebagai kaedah mempunyai fungsi sebagai berikut:

(a) Hukum yang menjamin kepastian hukum (b) Hukum yang menjamin keadilan sosial

6

Van Apeldoorn, 1976, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, h. 13.

7

Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, 2004, Hukum Bisnis Dalam Perspektif Manusia Modern, PT. Refika Aditama, Jakarta, h. 7.

8

Mochtar Kusumaatmadja, 1976, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Bina Cipta, Bandung, h. 15.

9


(25)

10

(c) Hukum berfungsi pengayoman/perlindungan.10

Hukum berfungsi pengayom berasal dari teori Soehardjo (Menteri Kehakiman dalam Kabinet Soekarno).Makna dari fungsi hukum ini, dimana hukum berfungsi mengayomi atau melindungi manusia dalam bermasyarakat dan berbangsa, serta bernegara, baik jiwa dan badannya maupun hak-hak pribadinya, yaitu hak asasinya, hak kebendaannya maupun hak perorangannya11.

Dalam pengertian hukum, umumnya yang dimaksud dengan hak adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi.Kepentingan pada hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya12.

Menurut Soerjono Soekanto dan Otje Salman, hak merupakan suatu wewenang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, dan secara sosiologis, hak merupakan suatu peranan atau lebih tepat peranan yang diharapkan (“ideal role”,

“expected role”)13.Hak yang bersumber dari hukum maupun perjanjian itu dibedakan menjadi hak kebendaan dan hak perorangan. Lebih lanjut diberikan pengertian dari kedua hak tersebut sebagai berikut :

10

Bachsan Mustafa, 2003, Sistem Hukum Indonesia Terpadu, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 20.

11

Ibid, h. 21.

12

Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, h. 40.

13

Soerjono Soekanto dan Otje Salman, 1996, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial, Radjawali Press, Jakarta, h. 96.


(26)

11

Hak kebendaan berkaitan dengan penguasaan langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap setiap orang.Sedangkan hak perorangan memberikan suatu tuntutan atau penagihan terhadap seseorang. Dalam Hukum Romawi keduanya disebut dengan “actiones in rem” untuk tuntutan kebendaan dan “actiones in personam” untuk tuntutan perseorangan14.

Hubungan perdata dalam bentuk perikatan antara penyedia kursus mengemudi dengan pengguna jasa. Berdasarkan KUHPerdata buku ke tiga tentang perikatan dalam Pasal 1313 menyebutkan :“suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Sedangkan dasar hukum perjanjian lainnya ialah Pasal 1338 KUHPerdata tentang asas kebebasan berkontrak bahwa : “setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian apa saja, baik perjanjian itu sudah diatur dalam Undang-undang maupun belum diatur dalam Undang-undang.”Perjanjian dengan demikian mengikat para pihak secara hukum, untuk mendapatkan hak atau melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian itu.Perjanjian memberikan kepastian bagi penyelesaian sengketa, dan perjanjian ditujukan untuk memperjelas hubungan hukum15.

Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari bahasa belanda yaitu

overeenskomst”. Overeenskomst biasanya diterjemahkan dalam perjanjian dan atau

14

R. Subekti, 1989, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, h. 63.

15


(27)

12

persetujuan. Menurut R. Subekti suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.16Menurut Abdul Kadir Muhammad menjelaskan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang pihak atau lebih mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.17

Dalam KUHPerdata telah diatur syarat-syarat umum sahnya suatu perjanjian terdapat pada Pasal 1320 KUHPerdata, menurut ketentuan pasal tersebut perjanjian sah apabila telah memenuhi persyaratan antara lain yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya.18 Kedua belah pihak diberi kebebasan dalam menentukan hal-hal pokok yang akan disepakati dalam perjanjian.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

Pasal 1329 KUHPerdata merumuskan bahwa “Setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian, kecuali jika oleh Undang-Undang dinyatakan tak cakap”.

Menurut Pasal 1330 KUHPerdata merumuskan, Mereka yang tidak cakap membuat suatu perjanjian adalah mereka yang termasuk dalam katagori:

16

R. Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, h.1.

17

Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia,PT. Citra Aditya Bakti,Bandung, h.225.

18

Salim H.S, H. Abdullah dan Wiwiek Wahyuningsih, 2008, Perancangan Kontrak & Memorandum Of Understanding (MOU), Sinar Grafika, Jakarta, h.9.


(28)

13

a. Orang yang belum dewasa.

b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan

c. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang, dan semua orang kepada siapa Undang-Undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

3. Suatu hal tertentu;

Adapun yang dimaksud dalam hal tertentu adalah objek dari perjanjian dalam Pasal 1332 KUHPerdata merumuskan bahwa “Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok perjanjian”.Menurut Pasal 1333 KUHPerdata “Suatu perjanjian harus mempunyai pokok sebagai suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya”.Selanjutnya menurut Pasal 1334 ayat (1) KUHPerdata juga merumuskan “Barang-barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat menjadi pokok suatu perjanjian”.

4. Suatu sebab yang halal.

Dalam Pasal 1337 KUHPerdata merumuskan bahwa “Suatu sebab adalah terlarang yang apabila dilarang oleh Undang-Undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum”.

Dalam hukum perjanjian terdapat tiga asas hukum yang melandasi perjanjian, yaitu asas konsensualisme, asas pacta sunt servada, dan asas kebebasan berkontrak.

Asas konsensualisme (concsensualism) adalah bahwa suatu perikatan itu tersebut terjadi atau ada sejak saat tercapainya kata sepakat antara para pihak. Dengan kata lain bahwa perikatan itu sudah sah dan memiliki akibat hukum sejak saat


(29)

14

tercapai kata sepakat antara para pihak mengenai pokok perikatan.19 Sepakat, berarti telah terjadi consensus secara tulus tidak ada kekilapan, paksaan ataupun penipuan.20Kesepakatan tersebut dapat dibuat secara lisan maupun tulisan. Dalam perjanjian antara penyedia jasa kursus mengemudi dengan pengguna jasa kursus perjanjian harus dibuat secara tertulis baik itu dalam bentuk kontrak, akta dibawah tangan, ataupun surat berharga dalam hal ini yang dimaksud adalah nota pembayaran dan/atau kwitansi pembayaran.

Asas pacta sunt servada atau disebut juga dengan asas kepastian hukum. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang merumuskan :“Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang.” Kalimat secara sah berlaku sebagai Undang-undang mengandung arti bahwa para pihak dalam membuat perjanjian harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan isi dari perjanjian tersebut bersifat mengikat sebagai Undang-undang terhadap para pihak dan pada akhirnya akan terealisasikannya asas kepastian hukum bagi para pihak21.

Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract) dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang merumuskan :“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang

19

Titik Triwulan Tutik, 2010, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Cet.II, Kencana, Jakarta, h.227.

20

I Ketut Artadi dan I Dewa Rai Asmara Putra, 2010, Implementasi Ketentuan-Ketentuan Hukum Perjanjian kedalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press, h.48

21


(30)

15

membuatnya.” Menurut Salim H.S, bahwa asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk; (1) membuat atau tidak membuat perjanjian; (2) mengadakan perjanjian dengan siapapun; (3) menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya; dan (4) menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan. Namun demikian, Abdulkadir Muhammad berpendapat bahwa kebebasan berkontrak tersebut tetap dibatasi oleh tiga hal, yaitu : (1) tidak dilarang oleh Undang-Undang; (2) tidak bertentangan dengan kesusilaan; dan (3) tidak bertentangan dengan ketertiban umum.22Dapat diambil kesimpulan bahwa setiap orang dibebaskan dalam membuat pokok-pokok dari perjanjian selama memenuhi syarat sahnya perjanjian, tidak melanggar kesusilaan, dan ketentuan Hukum.

Asas itikad baik (good faith/tegoeder trouw) terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang merumuskan :“Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.”Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu para pihak harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.

Asas kepribadian terdapat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata merumuskan bahwa :“Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.”Inti ketentuan ini

22


(31)

16

bahwa seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.

Pasal 1340 KUH Perdata merumuskan bahwa :“Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.”Ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun, ketentuan itu ada pengecualiannya, sebagaimana dalam Pasal 1317 KUH Perdata, yang merumuskan :“Lagi pun diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna kepentingan seorang pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji, yang dibuat oleh seorang untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberianyang dilakukannya kepada seorang lain, memuat suatu janji yang seperti itu”. Pasal tersebut bermaksud bahwa perjanjian dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu.”Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan membuat suatu perjanjian.

Secara umum teori tanggung jawab dalam hukum perlindungan konsumen dapat dibedakan sebagai berikut23 : Tanggung jawab atas dasar kesalahan (Based on fault liability) adalah tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan terdapat dalam Pasal 1365 KUH Perdata, yang dikenal sebagai tindakan melawan hukum (onrechtsmatigdaad). Menurut pasal tersebut setiap perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian terhadap orang lain mewajibkan orang yang karena

23


(32)

17

perbuatannya menimbulkan kerugian itu mengganti kerugian24. Tanggung jawab atas dasar kesalahan harus memenuhi unsur-unsur adanya perbuatan, kesalahan, kerugian yang diderita dan adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian25.

Tanggung jawab hukum tanpa bersalah / mutlak (liability without fault / strict liability) adalah prinsip tanggung jawab mutlak ini dalam hukum perlindungan konsumen secara umum digunakan untuk menjerat pelaku usaha, khususnya produsen barang yang produknya merugikan konsumen.Prinsip ini lebih dikenal dengan istilah product liability. Variasi yang sedikit berbeda dalam penerapan prinsip tanggung jawab ini terletak pada risk liability yang mempunyai arti kewajiban mengganti rugi dibebankan kepada pihak yang menimbulkan resiko adanya kerugian itu. Namun, si penggugat atau konsumen tetap diberikan beban pembuktian walaupun tidak sebesar si tergugat atau pelaku usaha26

Mengenai dirugikanya pengguna jasa kursus mengemudi atas tidak terlaksananya kewajiban dari penyedia jasa kursus mengemudi yang posisi dari pengguna jasa kursus mengemudi adalah sebagai konsumen, maka dalam menegakan Hukum dapat menggunakan Undang-Undang Nomor.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.Hukum Perlindungan Konsumen adalah upaya hukum bagi konsumen untuk memperoleh hak-hak konsumen sebagaimana yang tertera dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

24

H.K.Martono dan Amad Sudiro, 2011, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No 1 Tahun 2009, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.219.

25

Shidarta, op.cit, h. 59

26


(33)

18

Hak-hak tersebut adalah sebagai berikut :

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalammengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi danjaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;27

Mengenai perlindungan hukum terhadap pengguna jasa kursus mengemudi atas penyedia jasa kursus menurut Satjipto Raharjo perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusi (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh Hukum.28

Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa : Perlindungan hukum merupakan perlindungan harkat dan martabat dan pengakuan terhadap hak asasi manusia yang dimiliki oleh subjek hukum dalam negara hukum dengan berdasarkan pada ketentuan

27

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,Cet.IV, Gramedia, Jakarta, h. 4.

28


(34)

19

hukum yang berlaku di negara tersebut guna mencegah terjadinya kesewenang-wenangan. Perlindungan hukum itu pada umumnya berbentuk suatu peraturan tertulis, sehingga sifatnya lebih mengikat dan akan mengakibatkan adanya sanksi yang harus dijatuhkan kepada pihak yang melanggarnya.29

Menurut Philipus M. Hadjon, dibedakan 2 macam perlindungan hukum, yaitu: Perlindungan Hukum yang preventif, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya permasalahan atau sengketa, dan perlindungan Hukum yang represif, yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan atau sengketa yang timbul.30 Perlindungan hukum memperoleh landasan idiil atau filosofis pada sila kelima Pancasila, yaitu : keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Didalamnya terkandung suatu hak seluruh rakyat Indonesia untuk diperlakukan sama di hadapan Hukum serta patut untuk dilindungi pula oleh Hukum.

1.8Metode Penelitian

Secara umum metode dapat diartikan sebagai suatu prosedur atau cara untuk mengetahui segala sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.31

1.8.1 Jenis penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi:Penelitian Hukum normatif adalah penelitian Hukum yang meletakkan Hukum sebagai sebuah

29Philipus M. Hadjon, 1987, “

Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia”, Bina Ilmu, Surabaya, h. 205.

30

Ibid, h. 117.

31


(35)

20

bangunan sistem norma, asas, kaidah dari suatu peraturan perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin.32

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam tulisan dan pembahasan masalah yaitu dengan metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif yang dipergunakan dalam penulisan ini guna melakukan penelitian yang beranjak dari kaburnys norma yang berlaku. Dimana pendekatan masalah dikaji berdasarkan peraturan perundang-undangan, pandangan pendapat para ahli, tetapi juga mengkaitkan, mengolah dan menganalisa data-data dari kegiatan penelitian di lapangan yang disajikan sebagai pembahasan.Dalam penelitian hukum dengan aspek normatif digunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

1.8.2 Jenis pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini, yakni Pendekatan perundang-undangan (The statute approach), dan Pendekatan analisis konsep hukum (Analitical &conceptual approach)

Pendekatan perundang-undangan (The statute approach) dilakukan dengan menelaah semua Undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu Hukum yang sedang ditangani.33Dalam metode pendekatan perundang-undangan

32

Mukti Fajar & Yulianto Ahmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, h. 34

33


(36)

21

peneliti perlu memahamihierarki, dan asas-asas dalam peraturan perundang-undangan.34

Pendekatan analisis konsep Hukum (Analitical &conceptual approach) dilakukan dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin didalam ilmu hukum, penelitian akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.35pendekatan konseptual dilakukan manakala peneliti tidak beranjak dari Hukum yang ada.36

1.8.3 Sumber bahan hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan meliputi : 1. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas.Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim.37 Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang dipergunakan adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan

34

Ibid, h. 96

35

Ibid, h.95

36

Ibid, h. 137

37


(37)

22

Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2013 Tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal. Sehubungan dengan penulisan yang berkaitan dengan konsumen maka menggunakan juga Resolusi perserikatan bangsa-bangsa nomor 39/248 tahun 1985 tentang perlindungan konsumen (Guidelines for consumer protection).

2. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum penunjang yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi yang meliputi buku-buku teks yang membicarakan suatu dan/atau beberapa permasalahan hukum, termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.38Berkembangnya teknologi komunikasi bahan Hukum sekunder juga didapatkan melalui situs-situs internet.

1.8.4. Teknik pengumpulan bahan hukum

Terhadap bahan-bahan hukum yang diperlukan dan akan digunakan dalam penelitian, dijelaskan teknik pengumpulannya. Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tehnik sistem kartu (card system) tehnik ini menggunakan literatur dari berbagai jenis buku serta ditunjang pula dengan menggunakan metode bola salju (snow ball method) sehingga menemukan literatur – literatur baru, peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

38


(38)

23

1.8.5 Teknik analisis bahan hukum

Setelah bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder terkumpul selanjutnya diteliti.Teknik analisis bahan hukum yang digunakan adalah teknik deskripsi dan teknik argumentasi, yakni menguraikan dan menghubungkannya dengan teori-teori atau literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan dan akhirnya menarik suatu kesimpulan dalam bentuk argumentasi hukum untuk menemukan hasil dari penelitian.


(39)

24

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KURSUS MENGEMUDI 2.1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

2.1.1. Istilah dan pengertian dari perjanjian

Perjanjian merupakan salah satu bagian dari Hukum perdata.Definisi Hukum perdata bermacam-macam dan terdapat berbagai pendapat ang berbeda-beda meskipun demikian perbedaan tersebut tidak bersifat prinsipil melainkan bersifat penekanan saja. Contoh beberapa definisi Hukum perdata antara lain: menurut Wiryono Prodjodikoro menyatakan bahwa Hukum perdata adalah “suatu rangkaian Hukum antara orang-orang atau badan Hukum satu sama lain tentang hak dan kewajiban”. Menurut Sudikno Mertokusumo Hukum perdata adalah “Hukum antar perorangan yang mengatur hak dan kewajiban perorangan antara yang satu dengan yang lain di dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan masyarakat, di mana pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing pihak”. Menurut Asis Safioedin Hukum Perdata adalah “Hukum yang memuat peraturan dan ketentuan Hukum yang meliputi hubungan Hukum antara yang satu dengan yang lain (antara subjek Hukum yang satu dengan subjek Hukum yang lain) di dalam masyarakat yang menitikberatkan kepada kepentingan perorangan”.

Menurut Soebekti Hukum perdata dalam arti luas meliputi semua Hukum privat materiil, yaitu Hukum pokok yang mengatur kepentingan- kepentingan perseorangan.


(40)

25

1. Hukum perdata dalam arti yang luas adalah Kitab Undang-undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang atauWetbook Van Koophandel disertai pula dengan Peraturan Perundang-undangan yang melengkapinya.

2. Hukum perdata dalam arti yang sempit adalah hanya Kitab Undang-undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek1.

Buku III KUHPerdata merumuskan tentang perikatan (Van Verbintenissen) yang memiliki sifat terbuka artinya isi dari perikatan dapat ditentukan oleh para pihak dengan beberapa syarat yaitu tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan undang-undang.Buku III KUHPerdata mengatur tentang verbintenissenrecht, dimana tercakup pula istilah overeenkomst.Dikenal terjemahan dari verbintenis, yaitu perikatan perutangan, perjanjian.sedangkan overeenkomstada 2 terjemahan aitu perjanjian dan persetujuan.

Definisi perjanjian terdapat pada Pasal 1313 KUHPerdata yaitu sebagai berikut “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.

2.1.2. Sumber-sumber Hukum perjanjian a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata

 Pasal 1338 KUHPerdata tentang asas kebebasan berkontrak (a) membuat, tidak membuat perjanjian (b) mengadakan perjanjiandengan siapapun (c)

1


(41)

26

menentukan isi, persyaratan dan pelaksanaan perjanjian (d) menentukan bentuk perjanjian;

 Pasal 1233- Pasal 1312 KUHPerdata tentang perikatan pada umumnya;

 Pasal 1313 – 1351 KUHPerdata tentang perikatan yang lahir dari perjanjian;

 Pasal 1381-1456 tentang penghapusan perikatan;

 Pasal 1457-1540 tentang jual beli

 Pasal 1601-1617 tentang persetujuan untuk melakukan pekerjaan;

 Pasal 1865-1894 pasal-pasal yang berkaitan dengan bukti tulisan. b. Perundang-undangan

 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen 2.1.3. Asas-asas Hukum perjanjian

Hukum perjanjian memberlakukan beberapa asas diantaranya;

a. Asas kebebasan berkontrak merupakan asas yang bermakna bahwa setiap orang bebas membuat perjanjian dengan siapa pun apa pun isinya dan bentuknya selama tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan (Pasal 1337 dan 1338 KUHPerdata)

Jika dipahami secara seksama maka asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian 2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun

3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya 4. Menentukan bentuknya perjanjian yaitu serta tertulis atau lisan


(42)

27

b. Asas konselsualisme bermakna bahwa perjanjian lahir atau terjadi dengan adanya kata sepakat (Pasal 1320, Pasal 1338 KUHPerdata)

c. Asas mengikatnya suatu perjanjian (pacta sunt seranda). Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya (Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata)

d. Asas itikad baik (togoe dentrow) perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik (Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata)

e. Asas kepribadian merupakan asas yang menyatakan bahwa pada umumnya tidak seorang pun dapat mengadakan perjanjian keuali untuk dirinya sendiri. Pengecualiannya terdapat di dalam Pasal 1317 KUHPerdata tentang janji untuk pihak ketiga.

2.1.4. Unsur-unsur perjanjian

Menurut Asser dalam perjanjian terdiri dari bagian inti (essensialia) dan bagian bukan inti (naturalia dan accidentalia)

a. Unsur essensialia merupakan unsur yang erat kaitannya dengan syarat sahnya perjanjian (Pasal 1320 KUHPerdata) dan untuk mengetahui adatidaknya perjanjian serta untuk mengetahui jenis perjanjiannya.

b. Unsur naturalia merupakan unsur yang lazimya ada sifat bawaan perjanjian, sehingga secara diam-diam melekat pada perjanjian, misalnya menjamin terhadap cacat tersembunyi

c. Unsur accidentalia merupakan unsur yang harus tegas diperjanjikan 2.1.5. Syarat sahnya suatu perjanjian


(43)

28

Syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata adalah

a. Sepakat (toestemming) kesesuaian, kecocokan pertemuan kehendak dari yang mengadakan perjanjian atau pernyataan kehendak yang disetujui antara pihak-pihak.2 Adapun unsur unsur dari kesepakatan meliputi :Offerta (penawaran) adalah pernyataan pihak yang menawarkan dan Acceptasi (penerimaan) adalah pernyataan pihak yang menerima penawaran.3

b. Kata sepakat harus diberikan secara bebas, dalam arti tidak ada paksaan, penipuan, dan kekhilafan. Adapun masalah yang timbul dalam KUHPerdata adalah cacat kehendak yaitu kehendak yang timbul tidak murni dari yang bersangkutan. Tiga unsur cacat kehendak (Pasal 1321 KUHPerdata):

1. Kekhilafan/kekeliruan/kesesatan/dwaling (Pasal 1322 KUHPerdata). Sesaat dianggap ada apabila pernyataan sesuai dengan kemauan tapi kemauan itu didasarkan atas gambaran yang keliru baik mengenai orangnya (error in persona) atau objeknya (error in substantia).

2. Paksaan / dwang (Pasal 1323- 1327 KUHPerdata). Pengertian paksaan adalah kekerasan jasmani atau ancaman, sesuatu yang diperbolehkan Hukum yang menimbulkan ketakutan kepada seseorang sehingga ia membuat perjanjian.4

2

Mariam darus badrulzaman , 1996, K.U.H. Perdata Buku III, Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Bandung: alumni , h.98

3

Ibid.

4


(44)

29

3. Penipuan / bedraq (Pasal 1328 KUHPerdata) pihak yang menipu dengan daya akalnya menanamkan suatu gambaran yang keliru tentang orangnya atau objeknya sehingga pihak lain bergerak untuk menyepakati.

c. Perjanjian dapat dibatalkan apabila terjadi ketiga hal tersebut di atas. Dalam perkembangannya muncul unsur cacat kehendak yang keempat yaitu penyalahgunaan keadaan /undue influence(Burgerlijk Wetboektidak mengenal). Pada hakikatnyanya ajaran penyalahgunaan keadaan bertumpu pada kedua hal berikut, yaitu

1. Penyalahgunaan keunggulan ekonomi.

2. Penyalahgunaan keunggulan kejiwaan termasuk tentang psikologi, pengetahuan, dan pengalaman.5

2.1.6. Pihak-pihak dalam perjanjian

Pihak – pihak dalam perjanjian adalah sebagai berikut: a. Antara orang dengan orang;

b. Antara orang dengan badan usaha berbadan Hukum; c. Antara orang dengan badan usaha bukan badan Hukum.

Perjanjian yang dibuat antara orang dengan orang atau dengan badan usaha berbadan Hukum atau sebaliknya, secara formil maka:

5

Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum kontrak innominaat di indonesia,Buku kesatu, Jakarta : Sinar Grafika, h. 28


(45)

30

a. Orang yang cakap bertindak menurut Hukum, tidak bertindak sendiri, tetapi atas kehendaknya sendiri dapat menunjuk kuasa, berdasarkan surat kuasa khususnya; b. Badan usaha, diwakili oleh yang mempunyai kewenangan seperti disebutkan

diatas, tidak bertindak sendiri, tetapi atas kewenangannya itu dapat menunjuk kuasa, berdasarkan surat kuasa khusus;

c. Orang yang belum dewasa tidak cakap bertindak menurut Hukum, dan orang yang berada di bawah pengampunan secara Hukum akan diwakili oleh walinya atau pengampunnya.6

2.1.7. Jenis-jenis perjanjian Perjanjian menurut sumbernya :

a. Perjanjian yang bersumber dari Hukum keluarga. Misalnya perkawinan.

b. Perjanjian yang bersumber dari Hukum kebendaan, adalah perjanjian yang berhubungan dengan peralihan Hukum benda.

c. Perjanjian obligatoir, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban. d. Perjanjian yang bersumber dari Hukum acara.

e. Perjanjian yang bersumber dari Hukum publik.

Perjanjian menurut hak dan kewajiban para pihak dibedakan menjadi:

a. Perjanjian timbal balik, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak. Perjanjian ini ada 2 macam, yaitu timbal balik yang sempurna dan tidak sempurna. Misalnya, perjanjian jual beli7.

6


(46)

31

b. Perjanjian sepihak, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada satu pihak saja, sedangkan pada pihak yang lain hanya ada hak contoh: hibah (Pasal 1666 KUHPerdata) dan perjanjian pemberian kuasa (Pasal1792 KUHPerdata)8.

Perjanjian menurut keuntungan salah satu pihak dan adanya prestasi pada pihak yang lain, dibedakan menjadi:

a. Perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian yang hanya memberikan keuntungan pada salah satu pihak. Contoh: perjanjian hibah9.

b. Perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain dan antara kedua prestasi itu ada hubungan menurut Hukum. Contoh: perjanjian jual beli, sewa menyewa, dan lain-lain.

Perjanjian menurut namanya, dibedakan menjadi perjanjian khusus/bernama/nominaat dan perjanjian umum /tidak bernama /innominaat /perjanjian jenis baru (Pasal 1319 KUHPerdata)10.

a. Perjanjian khusus/ bernama nominaat, adalah perjanjian yang memiliki nama dan diatur dalam KUHPerdata11. Contoh: perjanjian-perjanjian yang terdapat dalam buku III Bab V-XVIII KUHPerdata.

7

Mariam Darus Badrulzaman,op.cit, h. 90

8

Djaja S Meliala, 2007, Perkembangan Hukum Perdata Tentang benda dan Hukum perikatan, Bandung: Nuansa Aulia, h. 87

9

Mariam Darus Badrulzaman,op.cit, h. 90

10

Salim HS,op.cit, h. 18

11


(47)

32

b. Perjanjian umum/ tidak bernama/ innominaat perjanjian jenis baru, adalah perjanjian yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyyarakat karena asas kebebasan berkontrak dan perjanjian ini belum dikenal pada saat KUHPerdata diundangkan12. Contohnya: kontrak konstruksi, joint venture, perjanjian sewa beli.

Perjanjian menurut bentuknya ada 2 macam, yaitu perjanjian lisan / tidak tertulis dan perjanjian tertulis. Termasuk perjanjian lisan adalah :

a. Perjanjian konsensual adalah perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja sudah cukup untuk timbulnya perjanjian yang bersangkutan.

b. Perjanjian riil, adalah perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadinya penyerahan barang atau kata sepakat bersamaan dengan penyerahan barangnya. Misalnya perjanjian penitipan barang dan perjanjian pinjam pakai.

Sedangkan yang termasuk perjanjian tertulis yaitu :

a. Perjanjian standart atau baku adalah perjanjian yang berbentuk tertulis berupa formulir yang isinya telah dibakukan terlebih dahulu secara sepihak oleh produsen, serta bersifat masal, tanpa mempertimbangkan kondisi yang dimiliki konsumen13.

b. Perjanjian formal adalah perjanjian yang telah ditetapkan dengan formalitas tertentu14. Misalnya perjanjian perdamaian yang harus secara tertulis (Pasal 1851

12

Handri Raharjo,op.cit, h.61

13

Djaja S. Meliala,op.cit, h. 90

14


(48)

33

KUHPerdata), perjanjian hibah dengan akta notaris. Akta yaitu surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasardari pada suatu hak atau perikatan yang dibuat sejak semua dengan sengaja untuk pembuktian.15 Akta dapat dibagi menjadi 2 yaitu: akta autentik dan akta dibawah tangan. Akta autentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang yang memuat tentang adanya peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar adanya hak atau perikatan dan mengikat bagi pembuatnya ataupun bagi pihak ketiga, sedangkan akta dibawah tangan adalah akta yang pembuatnya dilaksanakan sendiri oleh para pihak atau tidak ada campur tangan dari pejabat.16 Perjanjian-pejanjian yang istimewa sifatnya menurut Mariam Darus Badrulzaman

yaitu:

a. Perjanjian liberaltoir adalah perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada. Misalnya, pembebasan hutang (Pasal 1438 KUHPerdata) b. Perjanjian pembuktian, yaitu perjanjian dimana para pihak menentukan

pembuktian apakah yang berlaku di antara mereka.

c. Perjanjian untung-untungan, misalnya perjanjian asuransi (Pasal 1774 KUHPerdata)

d. Perjanjian publik, adalah perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh Hukum publik, karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa atau pemerintah, misalnya perjanjian ikatan dinas.

15

Handri Raharjo,op.cit, h. 64

16


(49)

34

e. Perjanjian campuran / contractus sui generis (Pasal 1601 C KUHPerdata) perjanjian ini terdapat unsur-unsur dari beberapa perjanjian bernama yang terjalin menjadi satu sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan sebagai pejanjian yang berdiri sendiri-sendiri. Contoh, perjanjian antara pemilik hotel dengan tamu.

f. Perjanjian penanggungan (borgtocht) adalah suatu persetujuan di mana pihak ketiga demi kepentingan kreditur mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur tidak memenuhi perikatannya (Pasal 1820 KUHPerdata). g. Perjanjian garansi (Pasal1316 KUHPerdata)dan derden beding (Pasal 1317

KUHPerdata). Perjanjian garansi adalah suatu perjanjian di mana orang yang menjamin pihak lain, bahwa seorang pihak ketiga yang ada diluar perjanjian atau bukan pihak dalam perjanjian yang bersangkutanakan melakukan sesuatu atau tidak akan melakukan sesuatu dan kalau sampai terjadi pihak ketiga tidak memenuhi kewajibannya, maka ia akan bertanggung jawab untuk itu.17 Sedangkan derden beding (janji pihak ketiga) berdasarkan asas pribadi suatu perjanjian berlaku bagi pihak yang megadakan perjanjian itu sendiri (Pasal 1315 jo Pasal 1340 KUHPerdata) dan para pihak tidak dapat mengadakan perjanjian yang mengikat pihak ketiga, kecuali dalam apa yang disebut janji guna pihak ketiga (Pasal 1317 KUHPerdata).

17

J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Buku 1,Bandung PT. Citra Aditya Bakti, h. 97


(50)

35

Perjanjian menurut sifatnya dibedakan menjadi 2 yaitu : perjanjian pokok adalah perjanjian yang utama dan perjanjian acessoir adalah perjanjian tambahan yang mengikuti perjanjian utama/pokok, misalnya perjanjian pembebanan hak tanggungan atau fidusia.18 Sedangkan penggolongan yang lain adalah didasarkan pada hak kebendaan dan kewajiban yang ditimbulkan dari adanya kewajiban tersebut: a. Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang baru meletakan hak dan kewajiban

kepada masing-masing pihak dan belum memindahkan hak milik;

b. Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seseorang menyerahkan haknya atas sesuatu kepada pihak lain, misalnya peralihan hak milik.19

2.1.8. Objek perjanjian

Pasal 1332 KUHPerdata merumuskan bahwa “Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu perjanjian”. barang yang dapat diperdagangkan ini mengandung pengertian luas, karena yang dapat diperdagangkan ternyata tidaklah hanya barang yang tampak oleh mata, seperti tanah, mobil dll, tetapi ternyata juga barang yang tidak tampak oleh mata juga dapat diperdagangkan, misalnya jasa konsultasi Hukum, jasa konsultasi kesehatan, dan jasa konsultasi lainnya.20

18

Salim HS, op.cit, h. 20

19

Handri Raharjo,op.cit, h.68

20


(51)

36

Jadi yang menjadi objek perjanjian adalah barang dan jasa.Seiring perkembangan teknologi dan bertambahnya kebutuhan dari masyarakat, jasa dijadikan sebagai salah satu objek dari perjanjian.

2.2. Tinjauan Umum Kursus Mengemudi 2.2.1. Pengertian kursus mengemudi

Kursus merupakan bagian dari perkembangan pendidikan dimasyarakat. Kursus mengemudi dapat dikategorikan sebagai jenis pendidikan non formal yang dapat memberikan solusi bagi masyarakat yang perekonomiannya bergerak dalam bidang pengangkutan orang ataupun barang. Tidak hanya dari sektor ekonomi, faktor sosial pun dapat tertunjang dengan mengikuti pendidikan nonformal.Definisi dari kursus mengemudi tidak diatur secara khusus di dalam peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Namun dalam kamus besar bahasa indonesia kata

“Kursus” memiliki makna tersendiri. Kursus adalah pelajaran tentang suatu pengetahuan atau keterampilan yang diberikan dalam waktu singkat atau lembaga diluar sekolah yang memberikan pelajaran serta pengetahuan atau keterampilan dalam waktu singkat.21

Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri.22Pendidikan non formal terkait erat dengan lembaga yang melaksanakan dan menyelenggarakan kegiatan kursus

21

Dapartemen Pendidikan Nasional, 2011, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta h. 763

22


(52)

37

tersebut.Lembaga adalah badan atau organisasi yang bertujuan melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.

Demi kepercayaan, keamanan, serta kenyamanan bagi pengikut serta dalam pendidikan nonformal maka penting untuk mengetahui akreditasi dari lembaga yang bersangkutan. Akreditasi adalah pengakuan terhadap lembaga pendidikan yang diberikan oleh badan yang berwenang setelah dinilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau kriteria tertentu.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 12 merumuskan bahwa : “Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”. Kemudian dalam Pasal 26 ayat 4 menjelaskan bahwa yang termasuk dalam Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Kursus mengemudi dapat dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.Karena dalam undang-undang tersebut telah diatur mengenai pihak-pihak dan lembaga tertentu yang diperbolehkan untuk memberikan pelatihan khusus mengemudi kepada peserta didik.Pasal 78 ayat 1 merumuskan bahwa :“Pendidikan dan pelatihan mengemudi diselenggarakan oleh lembaga yang mendapat izin dan terakreditasi dari Pemerintah”. oleh lembaga yang mendapat izin dan terakreditasi dari Pemerintah. Serta pada Pasal 253 ayat (2) merumuskan bahwa :


(53)

38

Pengembangan sumber daya manusia di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan oleh:

a. Pemerintah;

b. Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan/atau c. lembaga swasta yang terakreditasi.

Dengan demikian kursus mengemudi merupakan pemberikan pengetahuan dan keterampilan dalam waktu singkat diluar pendidikan formal yang ada dan khusus dalam bidang pengetahuan dan keterampilan dalam mengemudi.

2.2.2. Pihak-pihak dalam kursus mengemudi

Suatu perjanjian selalu akan melibatkan dua pihak atau lebih, para pihak terlibat di dalam suatu perjanjian tidak lepas dari identitas. Secara umum subjek Hukum dari pendidikan nonformal yang berbentuk kursus dan khusus dalam bidang mengemudi adalah pendukung kewajiban dan hak dalam hubungan hukum, yaitu pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pendidikan nonformal kursus mengemudi, yang terdiri atas :

a. Pihak penyedia kursus

Pihak yang berkewajiban untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar baik secara praktik ataupun teori mengemudi serta berhak atas biaya pendidikan yang disepakati.

b. Pihak pengguna jasa kursus mengemudi

Pihak yang berkewajiban untuk membayar biaya pendidikan nonformal kursus mengemudi.Serta berhak mendapatkan pelatihan dan bimbingan mengemudi oleh penyedia jasa.


(54)

39

c. Pihak pemerintah kelembagaan pendidikan nonformal

Pihak yang berkewajiban untuk mengawasi metode pembelajaran dan pelatihan dari lembaga pendidik nonformal.

2.2.3. Fungsi kursus mengemudi

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 merumuskan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuanuntuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan nonformal dapat berfungsi untuk mempromosikan meningkatkan kesadaran diantara orang-orang yang membutuhkan perubahan sosial23. Pendidikan nonormal yang memuat komponen kuat munculnya kesadaran dan secara bertahap mengembangkan dalam diri pelajar rasa bertanggung jawab dalam proses pembaharuan. Lembaga pendidikan non formal memberikan ruang kesadaran baru pada masyarakat, bahwa upaya pendidikan bukan sekedar kegiatan untuk meraih sertifikasi atau legalitas semata. Melainkan juga upaya pendidikan sejatinya merupakan kegiatan penyerapan dan internalisasi ilmu, yang pada akhirnya diharapkan mampu membawa peningkatan taraf kehidupan bagi individu maupun masyarakat dalam berbagai aspek. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

23

M.Sardjan Kadir, 1982, Perencanaan Pendidikan Nonformal, Usana Offset Printing, Surabaya, h. 89


(55)

40

Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat 2 merumuskan bahwa:

“Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional”.

2.2.4. Asas-asas kursus mengemudi

Kursus mengemudi yang dikategorikan sebagai pendidikan nonformal yang memiliki hubungan erat dalam memperbaiki kualitas diri dari individu.Berikut merupakan asas-asas yang terkait dalam pendidikan.

1. Asas inovasi

Salah satu tuntutan pembaharuan pendidikan adalah adanya potensi daripada usaha yang ditempuh didalam penyempurnaan sistem pendidikan luar sekolah sesuai dengan sasaran yang dikehendaki.Hoyle, seorang guru besar pada The Open Universitydi Inggris menempatkan pengertian inovasi sebagai salah satu elemen didalam pengertian “perubahan”.Hoyle juga menambahkan bahwa perubahan adalah istilah generasi yang meliputi serangkaian konsep atau pengertian serta menekankan bahwa menggunakan kata inovasi sebagai benda umum untuk menunjukkan objek, ide, maupun praktek baru.Jadi dapat dikatakan bahwa istilah inovasi tidak dapat dipisahkan dari perkataan yaitu “ide baru” ke benda baru.24

2. Asas wawasan masa depan

24

Ieda Joebaidah, 2012, Asas-Asas Pendidikan

Non-Formal,http://joebaidahasibuand.blogspot.co.id/2012/05/asas-pls.html. diakses tanggal 20 Oktober 2015


(56)

41

Didalam merencanakan dan mengembangkan program-program pendidikan formal ataupun nonformal tingkatan minimal itu harus selalu dihubungkan dengan jenis dan tingkat pengetahuan.Sikap serta jenis dan tingkat keterampilan yang harus dikuasai oleh seseorang anggota masyarakat.Studi kasus yang telah banyak dilakukan terhadap program pendidikan formal menunjukkan bahwa secara potensi sasaran populasi pendidikan nonformal meliputi

a. Semua anggota masyarakat yang tidak mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan formal disekolah.

b. Semua anggota masyarakat yang karena satu dan lain tidak dapat menyelesaikan studi pada tingkat pendidikan tertentu secara bulat (drop out). c. Anggota masyarakat yang meskipun telah menyelesaikan studi pada tingkat

pendidikan tertentu masih menganggap perlu untuk mendapatkan pendidikan melalui program pendidikan nonformal. Hal ini disebabkan oleh semakin majunya perkembangan ekonomi dan teknologi, serta keinginan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta produktivitas sebagai warga negara.

Proses penyusunan kebijakan pendidikan nonformal yang berorientasi kemasa depan dapat dilakukan sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Meyer dan Greenwood melaluilangkah-langkah sebagai berikut :

1. Menetapkan tujuan umum yaitu memilih dan menentukan tujuan-tujuan yang luas dan berjangka panjang.


(57)

42

2. Menilai kebutuhan yaitu menentukan perkiraan kebutuhan terhadap pendidikan nonformal dimasa depan serta masyarakat industri dan informasi.

3. Menetapkan tujuan-tujuan khusus adalah memilih dan menetapkan target-target khusus, biasanya bersifat kuantitatif dan dapat diukur walaupun tidak mengabaikan analisa kualitatif, serta dapat dilaksanakan dalam perspektif waktu tertentu.

4. Merancang kegiatan alternatif merupakan upaya kreatif untuk mengidentifikasi berbagai kegiatan atau cara yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan khusus.

5. Memperkirakan konsekuensi merupakan upaya menganalisis berbagai kemungkinan pengaruh positif dan pengaruh negatif dari kegiatan alternatif. 6. Menetapkan komponen-komponen program kegiatan yaitu memilih dan

menentukan perangkat yang dianggap paling tepat untuk melaksanakan kegiatan.

7. Melaksanakan kegiatan mencakup pelaksanaan kegiatan alternatif yang terdiri atas urutan tindakan yang direncanakan tersendiri dalam perencanaan administratif kegiatan tersebut.

8. Mengevaluasi menetapkan hasil nyata dan proses kegiatan yang telah dipilih. 9. Mengkaji umpan balik untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan umum

telah tercapai. 3. Asas kebutuhan


(58)

43

Kebutuhan hidup manusia merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan upaya manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. Dalam buku yang berjudul “motivation and personality” Maslow menjelaskan lima tingkatan kebutuhan yang harus dan dapat dipenuhi oleh manusia dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. Lima tingkatan kebutuhan itu dimulai dari kebutuhan fisiologis/dasar, kebutuhan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan penghargaan, dan hingga ketingkat paling tinggi yaitu kebutuhan aktualitas diri. Terpenuhinya kebutuhan dasar merupakan syarat bagi seseorang untuk memenuhi tingkat kebutuhan lainnya sehingga pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Dalam mengoperasionalkan arti kebutuhan, pakar psikologi Bradshaw mengklasifikasi kebutuhan kedalam empat tipe yaitu:

1. Kebutuhan normatif timbul apabila seseorang atau suatu kelompok orang berada dalam keadaan dibawah suatu ukuran yang telah ditetapkan.

2. Kebutuhan terasa didefinisikan melalui wawancara dengan seseorang atau sekelompok yang mengenai apa yang mereka inginkan.

3. Kebutuhan yang dinyatakan merupakan kebutuhan hampir sama dengan keperluan dalam konsep ekonomi.

4. Kebutuhan banding akan timbul apabila karakteristik suatu populasi yang tidak menerima suatu layanan dalam keadaan hampir sama dengan karakteristik populasi lain yang memperoleh layanan.

Dalam pendidikan nonformal, identifikasi kebutuhan yang diantisipasi ini akan membantu dalam mempersiapkan peserta didik agar mampu memantau


(59)

44

lingkungan dan memahami kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dimasa depan. Kebutuhan ini juga sangat diperlukan oleh para perencana pendidikan dan pembangunan untuk menghindari kekagetan dimasa depan dalam perkembangan dan hasil pendidikan dimasa depan.

4. Asas relevansi

Asas relevansi dengan pembangunan telah memberikan tekanan pada pentingnya program-program pendidikan nonformal yang dikaitkan secara erat dengan pembangunan masyarakat. Asas relevansi dengan pembangunan masyarakat mengandung tiga makna:

1. Bahwa kehadiran pendidikan nonformal didasarkan atas kebutuhan masyarakat dan muncul karena tuntutan pembangunan masyarakat.

2. Program-program pendidikan nonformal berfungsi menggarap pengembangan sumber daya manusia yang menjadi pelaku utama dalam pembangunan masyarakat dan sekaligus menerima pengaruh dari pembangunan masyarakat itu. 3. Istilah pendidikan nonformal lahir dimasyarakat industri.

Salah satu sasaran yang ingin dicapai oleh pendidikan nonformal dalam pembangunan masyarakat adalah tumbuhnya masyarakat gemar belajar (learning society).Kegiatan untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar diawali oleh upaya membelajarkan masyarakat dalam aspek ekonomi.Sehingga mereka mampu melakukan fungsi penyediaan sarana, produksi, dan pemasaran hasil.


(60)

45

Pendidikan pelatihan tidak lain adalah untuk mengefektifkan pembekalan keterampilan bagi anak didik, didalam kehidupan masyarakat, keterampilan merupakan hal paling pokok untuk dapat menjadi bekal kehidupan yang lebih baik.25 Penyelenggaraan pendidikan nonformal khususnya dalam bidang mengemudi memberikan beberapa manfaat dalam beberapa hal, diantaranya :

1. Keadilan dalam kesempatan pendidikan

Pendidikan nonformal tidak hanya ditujuan bagi masyarakat yang telah mengikuti pendidikan formal saja.Seluruh kalangan masyarakan boleh mengikuti pendidikan nonformal.Kursus memberikan kesempatan bagi masyarakat yang tidak dapat mengikuti sistem pendidikan formal namun berkesempatan untuk menempuh pendidikan keterampilan berbagai bidang.

2. Efisiensi dalam biaya pendidikan

Masyarakat yang dinamis dituntut untuk selalu mengetahui perkembangan tehnologi yang ada baik itu dalam bidang transportasi, kuliner, sains, dll.Kursus mengemudi yang mengkhususkan perkembangan dalam bidang keterampilan dapat memberi jaminan bagi masyarakat yang tidak mengikuti pendidikan formal untuk bersaing didunia kerja. Biaya yang lebih sedikit namun memiliki kualitas yang kurang lebih sama dengan pendidikan formal.

3. Upaya untuk mengurangi pengangguran

25

Mohammad Saroni, 2013, Pendidikan untuk Orang Miskin Membuka Keran Keadilan dalam Kesempatan Pendidikan, cet I, Ar-Ruzz Jogjakarta, h. 125


(1)

42

2. Menilai kebutuhan yaitu menentukan perkiraan kebutuhan terhadap pendidikan

nonformal dimasa depan serta masyarakat industri dan informasi.

3. Menetapkan tujuan-tujuan khusus adalah memilih dan menetapkan

target-target khusus, biasanya bersifat kuantitatif dan dapat diukur walaupun tidak mengabaikan analisa kualitatif, serta dapat dilaksanakan dalam perspektif waktu tertentu.

4. Merancang kegiatan alternatif merupakan upaya kreatif untuk mengidentifikasi

berbagai kegiatan atau cara yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan khusus.

5. Memperkirakan konsekuensi merupakan upaya menganalisis berbagai

kemungkinan pengaruh positif dan pengaruh negatif dari kegiatan alternatif.

6. Menetapkan komponen-komponen program kegiatan yaitu memilih dan

menentukan perangkat yang dianggap paling tepat untuk melaksanakan kegiatan.

7. Melaksanakan kegiatan mencakup pelaksanaan kegiatan alternatif yang terdiri

atas urutan tindakan yang direncanakan tersendiri dalam perencanaan administratif kegiatan tersebut.

8. Mengevaluasi menetapkan hasil nyata dan proses kegiatan yang telah dipilih.

9. Mengkaji umpan balik untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan umum

telah tercapai.


(2)

43

Kebutuhan hidup manusia merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan upaya manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. Dalam

buku yang berjudul “motivation and personality” Maslow menjelaskan lima tingkatan

kebutuhan yang harus dan dapat dipenuhi oleh manusia dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. Lima tingkatan kebutuhan itu dimulai dari kebutuhan fisiologis/dasar, kebutuhan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan penghargaan, dan hingga ketingkat paling tinggi yaitu kebutuhan aktualitas diri. Terpenuhinya kebutuhan dasar merupakan syarat bagi seseorang untuk memenuhi tingkat kebutuhan lainnya sehingga pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Dalam mengoperasionalkan arti kebutuhan, pakar psikologi Bradshaw mengklasifikasi kebutuhan kedalam empat tipe yaitu:

1. Kebutuhan normatif timbul apabila seseorang atau suatu kelompok orang

berada dalam keadaan dibawah suatu ukuran yang telah ditetapkan.

2. Kebutuhan terasa didefinisikan melalui wawancara dengan seseorang atau

sekelompok yang mengenai apa yang mereka inginkan.

3. Kebutuhan yang dinyatakan merupakan kebutuhan hampir sama dengan

keperluan dalam konsep ekonomi.

4. Kebutuhan banding akan timbul apabila karakteristik suatu populasi yang

tidak menerima suatu layanan dalam keadaan hampir sama dengan karakteristik populasi lain yang memperoleh layanan.

Dalam pendidikan nonformal, identifikasi kebutuhan yang diantisipasi ini akan membantu dalam mempersiapkan peserta didik agar mampu memantau


(3)

44

lingkungan dan memahami kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dimasa depan. Kebutuhan ini juga sangat diperlukan oleh para perencana pendidikan dan pembangunan untuk menghindari kekagetan dimasa depan dalam perkembangan dan hasil pendidikan dimasa depan.

4. Asas relevansi

Asas relevansi dengan pembangunan telah memberikan tekanan pada pentingnya program-program pendidikan nonformal yang dikaitkan secara erat dengan pembangunan masyarakat. Asas relevansi dengan pembangunan masyarakat mengandung tiga makna:

1. Bahwa kehadiran pendidikan nonformal didasarkan atas kebutuhan masyarakat

dan muncul karena tuntutan pembangunan masyarakat.

2. Program-program pendidikan nonformal berfungsi menggarap pengembangan

sumber daya manusia yang menjadi pelaku utama dalam pembangunan masyarakat dan sekaligus menerima pengaruh dari pembangunan masyarakat itu.

3. Istilah pendidikan nonformal lahir dimasyarakat industri.

Salah satu sasaran yang ingin dicapai oleh pendidikan nonformal dalam

pembangunan masyarakat adalah tumbuhnya masyarakat gemar belajar (learning

society).Kegiatan untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar diawali oleh upaya membelajarkan masyarakat dalam aspek ekonomi.Sehingga mereka mampu melakukan fungsi penyediaan sarana, produksi, dan pemasaran hasil.


(4)

45

Pendidikan pelatihan tidak lain adalah untuk mengefektifkan pembekalan keterampilan bagi anak didik, didalam kehidupan masyarakat, keterampilan

merupakan hal paling pokok untuk dapat menjadi bekal kehidupan yang lebih baik.25

Penyelenggaraan pendidikan nonformal khususnya dalam bidang mengemudi memberikan beberapa manfaat dalam beberapa hal, diantaranya :

1. Keadilan dalam kesempatan pendidikan

Pendidikan nonformal tidak hanya ditujuan bagi masyarakat yang telah mengikuti pendidikan formal saja.Seluruh kalangan masyarakan boleh mengikuti pendidikan nonformal.Kursus memberikan kesempatan bagi masyarakat yang tidak dapat mengikuti sistem pendidikan formal namun berkesempatan untuk menempuh pendidikan keterampilan berbagai bidang.

2. Efisiensi dalam biaya pendidikan

Masyarakat yang dinamis dituntut untuk selalu mengetahui perkembangan

tehnologi yang ada baik itu dalam bidang transportasi, kuliner, sains, dll.Kursus

mengemudi yang mengkhususkan perkembangan dalam bidang keterampilan dapat memberi jaminan bagi masyarakat yang tidak mengikuti pendidikan formal untuk bersaing didunia kerja. Biaya yang lebih sedikit namun memiliki kualitas yang kurang lebih sama dengan pendidikan formal.

3. Upaya untuk mengurangi pengangguran

25

Mohammad Saroni, 2013, Pendidikan untuk Orang Miskin Membuka Keran Keadilan dalam Kesempatan Pendidikan, cet I, Ar-Ruzz Jogjakarta, h. 125


(5)

46

Kebutuhan akan kerja menuntut masyarakat memiliki keterampilan dan pengalaman yang lebih banyak. Pendidikan nonformal merupakan kesempatan untuk menambah pengetahuan pendidikan dalam bidang keterampilan.Dengan mengikuti kursus atau lembaga pendidikan nonformal lainnya dapat memberikan keterampilan bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi pengangguran.

4. Pengembangan sumber daya manusia

Pendidikan nonformal seperti kursus dan lembaga lain akan menumbuhkan dan mengembangkan profesionalisme dalam bidang transportasi khususnya sangat besar artinya dalam pembinaan sumber daya manusia yang berkuaitas.

2.2.6. Tujuan kursus mengemudi

Salah satu wujud perkembangan suatu negara dilihat dari pendidikan masyarakatnya.Biaya pendidikan formal yang tidak sedikit berakibat pada kesulitan masyarakat kita bersaing didunia kerja.Tujuan umum pendidikan adalah pedoman umum bagi pendidik untuk menentukan tujuan-tujuan khusus yang sifatnya

sementara26.Maksudnya stiap tujuan khusus yang telah tercapai sebagian atau

seluruhnya adalah alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang baru.Pendidikan nonformal bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat dari berbagai kalangan untuk menempuh pendidikan dan mendapatkan pelatihan dan bimbingan diluar pendidikan formal.

26


(6)

47

Santoso S.Hamijoyo menyatakan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah adalah supaya individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan alamnya dapat secara bebas dan bertanggung jawab menjadi pendorong kearah kemajuan.Tujuan yang ingin dicapai ialah memperbaiki kehidupan atau taraf hidup.Artinya segala sesuatu yang dikerjakan orang-orang tersebut hendaknya bermanfaat untuk kehidupan mereka dan bisa memperbaiki taraf hidup mereka. Pendidikan nonformal kursus mengemudi memiliki beberapa tujuan diantaranya :

1. Masyarakat dari barbagai kalangan sosial baik laki-laki ataupun perempuan dapat

memperbaiki kualitas diri dan kualitas sosialnya masing-masing.

2. Memberikan rasa aman dan nyaman berkendara. Pendidikan nonformal ini telah

memberikan pelatihan dan bimbingan dalam bidang mengemudi.

3. Memberikan kesempatan bagi lembaga-lembaga swasta untuk menciptakan

lembaga yang membantu memperbaiki tata tertib berlalu lintas bagi masyarakat dalam berkendara.