BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas pendidikan khususnya pada sekolah dasar harus di laksanakan secara terpadu, sistematis dan berkesinambungan. Sekolah Dasar
sebagai salah satu tempat program pembelajaran yang membina dan menyiapkan kehidupan baik peserta didik sebagai warga negara yang baik
dan bermasyarakat, diharapkan mampu membina perubahan dan harapan – harapan baru tersebut. Para guru Sekolah Dasar harus selalu mengikuti
gejolak kehidupan dan perkembangan masyarakat disekitarnya, bangsa negara dan bahkan kehidupan dunia pada umumnya.
Sampai saat ini berbagai usaha telah ditingkatkan untuk meningkatkan mutu pendidikan, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal,
peningkatan kompetensi guru melalui sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Disini pemerintah sebagai salah satu
penanggung jawab pendidikan telah menembuh berbagai jalan untuk membenahi prosedur pengajara dalam komponen sistem pendidikan antara
lain pelaksanaan penataraan guru untuk meningkatakan kapabilitas melalui pemantapan tugas guru, pembangunan sarana dan prasarana pendiaikan,
penyempurnaan kurikulum, metode pengajaran dan sebagainya. Perkembangan kurikulum disesuaikan dengan tahap perkembangan
siswa dan kesiswaan dalam lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan
jenis – jenis dan jenjang masing – masing satuan pendidikan. Bentuk satuan pelajaran bukanlah merupakan bentuk self instruksional, namun demikian
dalam proses pembelajarannya secara klasikal perlu tetap diperhatikan perbedaan – perbedaan individualnya. Paling tidak, membedakan kelompok
-kelompok sidswa yang cepat dan lambat. Namun dalam kenyataan guru menganggap siswa – siswa dalam satu kelas dianggap memiliki kemampuan
dan kecepatanbelajar yanga sama, sehingga guru dapat memberikan pelajaran
1
dan tugas yang sama dalam satu kelas. Hal ini disebabkan antara lain karena tuntutan harus menyelesdaikan materi pelajaran dalam jangka tertentu
sehingga hal ini dapat dilihat pada setiap akhir proses pembelajaran terhadap sekelmpok siswa yang belum mencapai keberhasilan dxalam belajar karena
mengalami kelambatan, kesulitan atau kegagalan belajar. Kasus belajar mereka disebabkan faktor – faktor eksternal maupu
internal. Faktor internal yaitifaktor yang berasaldri diri individu,baik yang bersifat biologos maupun psikologis. Faktor eksternal yaitu faktor yang
berasaldari luar individu siswa, antaralain berupa lingkungan alam psikis maupun lingkungan sosial. Siswa dalam kelompok ini sudah barang tentu
memerlukan bantuan baik dalam mencerna pelajaran maupun dalam mengatasi kesulitan belajar.
Dalam pembelajaran diperlukan perbaikan – perbaikan yang diformulasikan dengan model metode. Dengan model metode yang menarik
dan bervariasai seperti dskusi kelompok maka perbaikan akan terlaksanakan dengan memuaskan tanpa harus mengulang dan mengulang lagi. Kegiatan
tersebut belum banyak diperhatikan guru masih banyak guru yang hanya menyampaikan materi dan siswa hanya sebagai pendengar setia saja.
Perkembangan dan perubahan yang cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan mau tidak mau akan berpengaruh pula terhadap dunia
pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perkembangan pola pikir masyarakat meningkat sejalan dengan adanya
globalisasi. Pendidikan juga terus-menerus mengglobal. Oleh karena itu sistem
pendidikan yang mengutamakan cara pendekatan konvensional ceramah sudah tidak efektif lagi untuk dilaksanakan dalam dunia pendidikan.
Pembelajaran bahasa khususnya bercerita yang seharusnya menyenangkan dan mengasyikkan ternyata jauh dari harapan.
Anak-anak sering enggan kalau disuruh bercerita ke depan kelas. Anak- anak enggan bertanya walaupun ada pelajaran yang belum dia pahami.
Semuanya itu disebabkan karena sistem pembelajaran yang tidak pas dengan kondisi siswa.
Siswa sering mengalami kejenuhan, kebosanan pada materi pelajaran yang diajarkan, siswa bersifat pasif dalam pembelajaran. Pada akhirnya anak
mengantuk di dalam kelas. Disamping itu materi pelajaran khususnya bercerita kadang tidak relevan dan tidak artifisial dengan kehidupan siswa.
Siswa disuruh menceritakan kambing atau sapi di rumah, hanya dengan membayangkan saja, secara otomatis siswa tidak tertarik untuk
menceritakannya karena tidak tahu apa yang harus diceritakan. Berawal dari persoalan seperti di atas maka peneliti berusaha mencari
metode yang sesuai untuk mengajarkan materi bercerita pada siswa. Dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman anak dalam bercerita,
menghilangkan kejenuhan dan kebosanan, sehingga siswa merasa senang, tertarik, kreatif dan inovatif dalam mengikuti pelajaran.
Metode pembelajaran kali ini adalah menggunakan metode pendekatan komunikatif dengan media lingkungan sekitar siswa dan media gambar yang
dapat diamati siswa. Dengan harapan siswa dapat saling aktif berinteraksiberkomunikasi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan
siswa selain itu dengan media gambar yang secara nyata ada di lingkungan sekitar siswa di harapkan dapat menumbuhkan kemampuan inovatif anak
dalam pembelajaran karena apa yang dipelajari sudah akrab dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Selama pembelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDN Wonoanti Iberlangsung dengan materi mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan dan hewan,
di ketahuai hanya sedikit anak bertanya pada guru tentang materi tersebut dan tidak memberi tanggapan tentang kesulitan yang dialami. Berdasarkan hal
tersebut, penulis mencoba meneliti kekurangan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Setelah berdiskusi dengan teman sejawat ada beberapa masalah
yang terjadi dalam pembelajaran tersebut, yaitu: 1.
Siswa tidak ada yang bertanya. 2.
Siswa kurang menguasai materi pembelajaran. 3.
Metode yang digunakan guru kurang bervariasi. 4.
Kurangnya alat peraga pendukung yang digunakan. 5.
Guru hanya menjelaskan materi tanpa memberi kesempatan siswa bertanya.
Jika persoalan diatas tetap saja berlangsung tanpa usaha perbaikan, maka akibatnya siswa makin lama makin tidak bisa mengikuti pelajaran. Satu hal
yang seharusnya tidak perlu terjadi.hal ini sudah barang tentu merupakan kerugian,baik di pandang dari kepentingan anak maupun sudut pendidikan
nasional. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mencoba mengadakan
penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas, yaitu suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar KBM dalam arti luas.
Dari uraian di atas perlu kiranya diteliti lebih lanjut, apakah model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif. Karena itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul : “Meningkatkan kemampuan bercerita dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas II
semester genap SDN Wonoanti I”
B. Rumusan Masalah