Analisis Data Indikator Kinerja

digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan wawancara, untuk menentukan pembelajaran berikutnya. 3. Wawancara Bertujuan untuk memperoleh data yang jelas tentang kesalahan- kesalahan siswa dalam mengerjakan soal. Wawancara ini juga bermanfaat untuk mengetahui perasaan dan kemajuan siswa saat pembelajaran.

F. Validitas Data

1. Agar diperoleh data prestasi belajar yang absah valid diperlukan adanya instrumen tes yang valid yang memuat sejumlah butir soal yang tepat mengukur penguasaan siswa terhadap materi mendeskripsikan ciri- ciri tumbuhan dan hewan. 2. Validitas data proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode tanya jawab, diskusi kelas, dan diskusi kelompok yang menitikberatkan pada keaktifan siswa dalam belajar dengan optimalisasi proses observasi.

G. Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat mengambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa dianalisa dengan analisis diskriptip komperatif yaitu dengan membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator kinerja.

H. Indikator Kinerja

Kriteria keberhasilan penelitian mencerminkan efektifitas penerapan metode dan strategi pembelajaran yang ditandai dengan adanya peningkatan kwalitas siswa yang dapat diamati berdasarkan kreteria yang ditetapkan. Indikator Kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini berupa nilai rata- rata naik menjadi 80.00.

I. Deskripsi Per Siklus

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kwalitatif yang menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas PTK. Peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas karena memiliki karakteristik berusaha untuk memperbaiki proses pembelajaran yang tidak kondusif sehingga menyebabkan siswa sulit dan tidak bergairah dalam belajar berbahasa lisan bercerita. Penelitian tindakan kelas ini berdasarkan hasil refleksi awal dimana pemahaman anak dan keaktifan anak dalam pelajaran bercerita sangat rendah. Untuk mencapai hasil tindakan yang optimal maka tahapan tindakan dirancang sebagai berikut : 1. Penyusunan rencana planing 2. Pelaksanaan tindakan acting 3. Observasianalisis obseving 4. Refleksi reflecting Proses penelitian tindakan ini dimulai dari studi awal yaitu hasil diskusi penulis dan teman sejawat tentang keadaan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Bertitik tolak dari hasil diskusi, penulis dibantu teman sejawat menyusun rancangan tindakan yang dapat mengefektifkan pembelajaran Bahasa Indonesia. Rancangan perbaikan yang telah disusun dilaksanakan mulai dari kegiatan awal sampai akhir evaluasi. Pada saat pelaksanaan, tindakan mitra kerja atau teman sejawat melakukan pengamatan dan membuat catatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran. Selain itu untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Pengamatan menggunakan pedoman observasi dan catatan lapangan. Observasi disini dilakukan baik kepada siswa maupun guru. Setelah satu tindakan berakhir diadakan refleksi. Untuk tahap ini semua hasil data atau catatan pengamat didiskusikan bersama dengan teman sejawat. Hasil diskusi tersebut selanjutnya dievaluasi untuk kemudian menentukan sikap dalam tindakan berikutnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam tahapan tindakan penelitian, peneliti selalu mengacu pada langkah- langkah penting dalam PTK yaitu perencanaan planning, tindakan acting, pengamatan observating dan refleksi reflecting. Langkah-langkah tersebut dilakukan pada setiap siklus.

A. Refleksi Awal

Refleksi awal dilakukan dengan mengevaluasi kegiatan pembelejaran Bahasa Indonesia di Kelas II SDN Wonoanti I sebelum dilakukan penelitian. Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam bercerita siswa tampak kurang bergairah. Tidak siswa yang mau mengacungkan tangan dengan senang hati untuk bercerita di depan kelas. Jika dilakukan dengan bergiliran, siswa berebut untuk mendapat giliran terakhir. Sehingga guru harus melakukan dengan cara acak agar siswa mau bercerita kedepan kelas. Selain itu, ketika bercerita di depan kelas, siswa kurang lancar dan terkesan menghapal. Bahkan ada siswa yang hanya berdiri karena bingung harus darimana memulai cerita. Selain itu penulis merasakan bahwa selama Perencanaa n Pelaksanaa n Pengamata n Diteruskan Siklus II Belum Tercapai Refleksi Perencanaa n Pelaksanaa n Pengamata n Telah Berhasil Refleksi 20