23
kewenangan untuk melakukan pengaturan tentang pemberian ASI Eksklusif ke dalam Peraturan Daerah.
7
2. PERAN DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF
Tingkat keberhasilan suatu pembangunan kesehatan di sebuah daerah dapat dilihat dari penurunan angka kematian bayi dan peningkatan status gizi
masyarakat serta peningkatan kemauan, kesadaran dan kualitas sumber daya manusia guna tercapainya hidup sehat bagi setiap masyarakat agar dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, maka sudah menjadi kewajiban Negara danatau pemerintah sebagai penyelenggara
pemerintahan untuk mengupayakan agar hal tersebut dapat terlaksana dengan baik, upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan merealisasikan kebijakan yang
dibuat guna terpenuhinya hak-hak masyarakat yang telah dijamin oleh undang-undang. Indonesia saat ini masih menghadapi masalah gizi ganda
yaitu kondisi dimana disatu sisi masih banyaknya jumlah penderita gizi kurang, sementara disisi lain jumlah masyarakat yang mengalami gizi lebih
cenderung meningkat. Masalah gizi ganda ini sangat erat kaitannya dengan gaya hidup masyarakat dan perilaku gizi. Status gizi masyarakat akan baik
7
Naskah Akademik Bab III Raperda Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif, Tahun 2013
24
apabila perilaku gizi yang baik dilakukan pada setiap tahap kehidupan termasuk pada bayi.
8
Salah satu kebijakan yang sedang digalakkan pemerintah saat ini adalah pelaksanaan program Inisiasi Menyusu Dini selanjutnya disebut IMD
dan ASI Eksklusif bagi anak, karena pada dasarnya anak mempunyai peran yang sangat penting yaitu sebagai generasi bangsa maka sudah selayaknya
Negara danatau pemerintah mempersiapkan segala sesuatu agar generasi bangsa tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi anak pada masa awal pertumbuhan, sehingga pemerintah perlu memperhatikan hal ini dengan
berupaya menyediakan fasilitas yang layak dan memadai guna mewujudkan terselenggaranya program pemberian ASI Eksklusif di sebuah daerah
khususnya di Kota Salatiga. Dengan demikian, untuk memenuhi pelaksanaan program ASI
Eksklusif yang telah diuraikan diatas, pemerintah membutuhkan aturan yang mencangkup segala aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan program
pemberian ASI Eksklusif. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif dan peraturan khusus untuk Kota Salatiga mengenai IMD dan ASI Eksklusif yang terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.
8
Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
25
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif pada hakikatnya memiliki tujuan untuk yang tertuang
dalam ketentuan Pasal 2 yaitu : a.
menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia
6 enam bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.
b. memberikan perlindungan kepada ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. c.
meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Dengan adanya tujuan yang diamanatkan dalam Pasal 2 diatas dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam melaksanakan program pemberian ASI
Eksklusif sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat. Pemerintah memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan program ini,
sehingga Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 mengatur bagaimana tanggungjawab pemerintah dalam pelaksanaan program pemberian ASI
Eksklusif. Tanggungjawab pemerintah tersebut tertuang dalam ketentuan pasal 3 yaitu :
a. menetapkan kebijakan nasional terkait program
pemberian ASI Eksklusif. b.
melaksanakan advokasi dan sosialisasi program pemberian ASI Eksklusif.
c. memberikan pelatihan mengenai program pemberian
ASI Eksklusif dan penyediaan tenaga konselor menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
tempat sarana umum lainnya.
d. mengintegrasikan materi mengenai ASI Eksklusif
pada kurikulum pendidikan formal dan nonformal bagi Tenaga Kesehatan.
26
e. membina,
mengawasi, serta
mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI
Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana
umum, dan kegiatan di masyarakat.
f. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkaitan dengan ASI Eksklusif. g.
mengembangkan kerja sama mengenai program ASI Eksklusif dengan pihak lain di dalam danatau luar
negeri. dan h.
menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan
edukasi atas
penyelenggaraan program
pemberian ASI Eksklusif.
Tidak hanya pemerintah saja yang bertanggung jawab tetapi pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupatenkota juga
memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan program ini, kedua hal tersebut tertuang dalam ketentuan Pasal 4 dan Pasal 5. Pemerintah provinsi memiliki
tanggungjawab yang meliputi : a.
melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka program pemberian ASI Eksklusif.
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program
pemberian ASI Eksklusif dalam skala provinsi. c.
memberikan pelatihan teknis konseling menyusui dalam skala provinsi.
d. menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lainnya dalam skala provinsi.
e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi
pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan
pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala
provinsi.
f. menyelenggarakan, memanfaatkan, dan memantau
penelitian dan pengembangan program pemberian
27
ASI Eksklusif yang mendukung perumusan kebijakan provinsi.
g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. dan
h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi
dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif dalam skala provinsi.
Selanjutnya pemerintah
daerah kabupatenkota
memiliki tanggungjawab yang meliputi :
a. melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka
program pemberian ASI Eksklusif. b.
melaksanakan advokasi dan sosialisasi program pemberian
ASI Eksklusif
dalam skala
kabupatenkota. c.
memberikan pelatihan teknis konseling menyusui dalam skala kabupatenkota.
d. menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lainnya dalam skala kabupatenkota.
e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi
pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan
pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala
kabupatenkota.
f. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
program pemberian ASI Eksklusif yang mendukung perumusan kebijakan kabupatenkota.
g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi
dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif dalam skala kabupatenkota.
Tanggungjawab yang dimiliki pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupatenkota tidak jauh berbeda, ketiganya
28
saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Tanggungjawab yang diuraikan diatas menjadi gambaran bagi pemerintah bagaimana seharusnya
pemerintah bertindak dalam penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif ini. Tidak hanya mengatur tentang tanggungjawab pemerintah saja
tetapi Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif juga secara tegas mewajibkan ibu yang melahirkan untuk
menyusui bayinya secara Eksklusif. Hal ini dipertegas dalam ketentuan Pasal 6. Menyusui merupakan sebuah kewajiban bagi setiap ibu namun keberadaan
susu formula dikalangan masyarakat perlu menjadi perhatian pemerintah karena dapat menghambat pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif. Seperti
yang ditegaskan dalam ketentuan Pasal 17 ayat 1 yang menyatakan bahwa : “Setiap Tenaga Kesehatan dilarang memberikan
Susu Formula Bayi danatau produk bayi lainnya yang dapat menghambat program pemberian ASI
Eksklusif kecuali dalam hal diperuntukkan seba
gaimana dimaksud dalam Pasal 15”.
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif walaupun menegaskan larangan pemberian susu formula,
namun ternyata terdapat pengecualian yang dijelaskan dalam Pasal 17 ayat 1, hal itu dapat terjadi jika dalam pemberian ASI Eksklusif tidak
dimungkinkan berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, yaitu berupa adanya indikasi medis, ibu tidak ada dan ibu terpisah dari bayi,
sehingga pemberian susu formula dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
29
dengan memberikan cara penyajian yang tepat dan benar kepada ibu dan atau keluarga yang memerlukan susu formula bagi bayi.
Tidak hanya pemerintah saja yang berkewajiban mendukung pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, karena bila dikaitkan dengan
status seorang ibu yang bekerja maka terdapat kewajiban sebagai pengurus tempat kerja serta penyelenggara sarana umum untuk mendukung program
ASI Eksklusif, dalam hal ini tempat kerja yang dimaksud adalah perusahaan dan perkantoran milik pemerintah, pemerintah daerah dan swasta
sebagaimana yang dijelaskan dalam ketentuan Pasal 31, serta penyelenggara sarana umum seperti yang dijelaskan dalam Pasal 32.
Dengan diharuskannya pengurus tempat kerja dan penyelenggara sarana umum untuk mendukung program pemberian ASI Eksklusif maka
keduanya memiliki kewajiban untuk melaksanakan program pemberian ASI Eksklusif, adapun kewajiban yang harus dilakukan oleh pengurus tempat kerja
adalah dengan memberikan kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk menyusui pada saat jam kerja ataupun memerah ASI selama di tempat kerja.
Selain itu guna menuju keberhasilan menyusui penyelenggara sarana umum terutama adalah pelayanan kesehatan dapat melakukannya dengan
menggunakan 10 sepuluh pedoman yang terdapat dalam ketentuan Pasal 33 yang meliputi :
30
a. membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan
dikomunikasikan kepada semua staf pelayanan kesehatan.
b. melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan
menerapkan kebijakan menyusui tersebut. c.
menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen menyusui.
d. membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60 enam
puluh menit pertama persalinan. e.
membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya.
f. memberikan ASI saja kepada Bayi baru lahir kecuali
ada indikasi medis. g.
menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu 24 dua puluh empat jam.
h. menganjurkan menyusui sesuai permintaan Bayi.
i. tidak memberi dot kepada Bayi dan
j. mendorong pembentukan kelompok pendukung
menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
Dari uraian yang telah dijelaskan penulis diatas mengenai kewajiban pemerintah dan penyelenggara fasilitas umum dalam pelaksanaan program
pemberian ASI Eksklusif, maka pemerintah tidak boleh melupakan pentingnya peran masyarakat dalam pelaksanaan program pemberian ASI
Eksklusif karena masyarakat juga dapat memberi dukungan kepada ibu menyusui baik secara secara perorangan, kelompok, maupun secara
organisasi. Selain itu masyarakat juga dapat memberikan sumbangan pemikiran terkait dengan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif,
dapat juga meyebarkan informasi kepada masyarakat luas terkait dengan pemberian ASI Eksklusif. Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan
31
program pemberian ASI Eksklusif dapat menjadi salah satu kunci keberhasilan program ini.
Selain adanya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif yang mengatur secara keseluruhan
pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif maka dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif pada anak khususnya di Kota Salatiga,
pemerintah daerah membuat kebijakan terkait pelaksanaan program ASI Eksklusif yang sedang digalakkan oleh pemerintah dengan mengeluarkan
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, yang pada hakikatnya Peraturan Daerah ini
dilaksanakan dengan berdasarkan asas yang terdapat dalam ketentuan Pasal 2 yaitu :
a. asas kepentingan terbaik anak .
b. perlindungan terhadap ibu dan anak.
c. non diskriminasi.
Peraturan Daerah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan perlindungan secara hukum bagi bayi untuk mendapatkan hak dasarnya,
memberikan perlindungan secara hukum bagi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dimanapun dan kapanpun, dan meningkatkan peran
serta dan dukungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah daerah terhadap pelayanan IMD dan ASI Eksklusif sebagaimana telah dijelaskan dalam
ketentuan Pasal 3.
32
Dengan demikian maka, pemerintah daerah perlu bekerja semaksimal mungkin untuk dapat mewujudkan apa yang telah diamanatkan dalam
Peraturan Daerah ini dengan berupaya menyediakan fasilitas penunjang yang dapat membantu pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, selain itu
pemerintah daerah juga memiliki kewajiban serta tanggungjawab untuk melaksanakan program ini berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4 yang meliputi
: a.
melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka program pemberian ASI Eksklusif.
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program
pemberian ASI Eksklusif dalam skala provinsi. c.
memberikan pelatihan teknis konseling menyusui dalam skala provinsi.
d. menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lainnya dalam skala provinsi.
e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi
pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan
pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala
provinsi.
f. menyelenggarakan, memanfaatkan, dan memantau
penelitian dan pengembangan program pemberian ASI Eksklusif yang mendukung perumusan kebijakan
provinsi.
g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. h.
menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif
dalam skala provinsi.
Sama halnya dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, Peraturan Daerah
33
Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu juga memberi ketentuan dalam Pasal 5 ayat 2 yang mewajibkan ibu
untuk menyusui. Namun, nampaknya ketentuan mengenai IMD dan ASI Eksklusif dalam Peraturan Daerah ini menjelaskan lebih spesifik yaitu
memberi kewajiban pula bagi ibu apabila selama pemberian ASI Eksklusif berat badan bayi tidak bertambah sesuai grafik pertumbuhan, maka ibu bayi
yang bersangkutan wajib mencari informasi kepada konselor atau tenaga kesehatan
9
yang hal ini tidak dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan penyelenggaran program pemerintah mengenai pemberian ASI Eksklusif yang telah diatur dalam
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu pemerintah daerah juga perlu mengupayakan
tersedianya tenaga kesehatan, konselor ASI, motivator ASI dan tenaga lainnya yang memadai agar dapat memberikan informasi dan edukasi mengenai IMD
dan ASI Eksklusif kepada masyarakat. Selain ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan
yang layak untuk menunjang pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, salah satu fasilitas lain yang dibutuhkan ibu menyusui adalah ruang ASI,
dimana berdasarkan ketentuan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan
9
Ketentuan Pasal 9 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.
34
Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Mengenai DanAtau Memerah Air Susu Ibu ruang ASI ini bertujuan untuk
memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif dan memenuhi hak anak untuk mendapatkan ASI Eksklusif sehingga pemerintah
perlu mengupayakan adanya ruang ASI ini di setiap fasilitas umum, pelayanan kesehatan, serta instansi pemerintahan lain.
Kewajiban pemerintah daerah tidak hanya terbatas pada ketentuan dalam Pasal 4, tetapi pemerintah daerah juga wajib melibatkan masyarakat
dalam penyelenggaraan Program IMD dan ASI Eksklusif serta mewajibkan kepada instansi pemerintahan lain untuk ikut mendukung dan memberikan
kesempatan kepada ibu menyusui untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya,
10
sehingga guna mencapai keberhasilan dalam penyelenggaraan program ASI Eksklusif masyarakat dapat ikut berperan aktif mendukung
keberhasilan penyelenggaraan IMD dan ASI Eksklusif dengan melakukan hal- hal berupa :
a. pemberian motivasi dan dukungan kepada ibu
melahirkan untuk dapat melakukan IMD dan memberikan ASI Eksklusif.
b. pemberian sumbangan pemikiran dan sarana
prasarana terkait dengan penentuan kebijakan danatau pelaksanaan program IMD dan ASI
Eksklusif.
c. penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas
terkait dengan IMD dan ASI Eksklusif.
10
Ketentuan Pasal 11 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.
35
d. penyediaan waktu dan tempat bagi ibu dalam IMD
dan ASI Eksklusif. e.
berpartisipasi dalam pelatihan teknis konseling menyusui.
f. menyediakan diri sebagai tenaga konselor menyusui
di tempat fasilitas umum.
11
Peraturan Daerah yang dibuat pemerintah daerah Kota Salatiga bukan hanya dibuat karena merupakan kewajiban pemerintah daerah dalam
merealisasikan kebijakan nasional saja, tetapi juga pemerintah daerah mendukung penuh terselenggaranya program pemberian ASI Eksklusif.
Dengan demikian adanya kebijakan yang dibuat pemerintah daerah Kota Salatiga dalam Peraturan Daerah Kota Salatig Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, diharapkan pemerintah mampu melaksanakan program ini dengan baik dan tepat sasaran guna menciptakan
generasi penerus bangsa yang berkualitas dan cerdas.
3. HAK ASASI ANAK