KEBIJAKAN Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif T1 312012046 BAB II

17 BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. KAJIAN TEORI

1. KEBIJAKAN

OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI Pada hakikatnya Indonesia merupakan Negara yang berdasarkan hukum Rechstaat, maka persoalan apapun yang menyangkut tentang penyelenggaraan urusan pemerintahan di Indonesia haruslah berdasarkan hukum yang berlaku. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 ayat 3 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”, yang menganut desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 18 ayat 1 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan undang- undang”. 1 Dalam hal penyelenggaraan otonomi daerah, konsep pemikiran tentang otonomi daerah mengandung pemaknaan terhadap eksistensi otonomi daerah tersebut terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan 1 Ridwan HR, Op,Cit, h. 17. 18 menggunakaan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab dalam dalam urusan pemerintahan. 2 Implementasi kebijakan terhadap suatu produk perundang-undangan tertentu, seakan-akan merupakan sesuatu yang dianggap sangat sederhana, tingkat implementasi suatu produk hukum dapat diaktualisasikan untuk tercapainya tujuan yang ingin dikehendaki oleh hukum. 3 Dengan adanya perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat saat ini menandakan bahwa terdapat banyak peraturan perundang- undangan yang dibuat oleh pemerintah dengan tujuan untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat dan bernegara serta adanya norma-norma hukum yang diciptakan untuk mengatur hak serta kewajiban masyarakat. Menurut Robert B. Seidman untuk melihat berkerjanya hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari tiga element yaitu meliputi : 1. Lembaga pembuat peraturan. 2. Lembaga pelaksana peraturan. 3. Pemangku peran. Ketiga element ini sangat penting untuk menilai berfungsinya hukum atau bekerjanya hukum di masyarakat, sehingga perlu untuk dilaksanakan oleh semua pihak baik itu pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan apa yang telah diamanatkan dalam undang-undang. Dengan demikian peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam daerah otonom merupakan suatu pijakan 2 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 8. 3 Siswanto Sunarno, Ibid, h. 82. 19 utama penetapan strategi kebijakan dalam pembangunan daerah. Adapun tujuan yang dimiliki untuk menjadikan sebuah daerah otonom yang baik dan tepat sasaran yaitu dapat berupa : 4 a. Mempercepat peningkatan kesadaran masyarakat dalam hal pemberdayaan masyarakat, pelayanan publik dan peningkatan daya saing. b. Mengoptimalkan kinerja pemerintahan daerah dalam pencapaian tujuan otonomi daerah. c. Memperkuat aspek regulasi. Selain adanya tujuan untuk membentuk daerah otonom yang tepat sasaran, terdapat beberapa asas yang dapat digunakan dalam membantu pelaksanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan yaitu : 5 a. Asas desentralisasi : penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI. b. Asas dekonsentrasi : pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur, sebagai wakil pemerintah kepada institusi vertikal di wilayah tertentu. c. Tugas pembantuan : adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah danatau desa; serta dari pemerintah kabupatenkota kepada desa untuk melakasanakan tugas tertentu. Ketentuan dalam Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan: “Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum ”. Dengan demikian hubungan antara pemerintah 4 www.depkes.go.idresourcesdownloadrakerkesnas...Kemendagri.pdf, diakses pada tanggal 15 maret 2016. 5 Siswanto Sunarno, Op,Cit, h. 7. 20 pusat dan pemerintah daerah tidak dapat dipisahkan begitu saja, hubungan fungsi pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah dilaksanakan dengan pendekatan sistem otonomi yang meliputi sistem desentralisasi, sistem dekonsentrasi, dan sistem tugas pembantuan. Sebagaimana yang telah diuraikan diatas dalam hal penyelenggaraan otonomi daerah, maka sudah selayaknya pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan meningkatkan implementasi kebijakan yang dibuat lebih berkualitas salah satunya di bidang kesehatan guna tercapainya kesejahteraan masyarakat yang diinginkan. Dalam kaitannya terhadap penyelenggaraan otonomi daerah dibidang kesehatan maka urusan perintahan yang paling tepat adalah urusan pemerintahan konkuren. Pembagian urusan pemerintahan dalam rangka merealisasikan kebijakan dalam bidang kesehatan tentu menjadi kewajiban pemerintah yang harus dipenuhi. Adanya kebijakan yang dibuat menjadikan pemerintah daerah harus mengupayakan berbagai cara untuk tercapainya keberhasilan pembangunan kesehatan di masing-masing daerah. Otonomi daerah bidang kesehatan memberikan kesempatan yang banyak kepada pemerintah untuk mengeksplorasi kemampuan daerah dari berbagai aspek, mulai dari komitmen pemimpin dan masyarakat untuk membangun kesehatan, sistem kesehatan daerah, manajemen kesehatan 21 daerah, dana, sarana, dan prasarana yang memadai, sehingga diharapkan kesehatan masyarakat di daerah menjadi lebih baik dan tinggi. 6 Berdasarkan Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah meny atakan: “Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana di maksud dalam Pasal 9 ayat 3 yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan ”. Lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 11 ayat 3 “Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 2 adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan Pelayanan Dasar ”. Adapun kewenangan yang dimiliki urusan pemerintahan wajib yang harus dilakukan terhadap pelayanan dasar berdasarkan ketentuan dalam Pasal 12 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yaitu : “Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 2 meliputi: a. Pendidikan. b. Kesehatan. c. Pekerjaan umum dan penataan ruang. d. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman. e. Keketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat. f. sosial. 6 http:www.kompasiana.comrizwanhamdiotonomi-daerah-dan-pembangunan-kesehatan-di indonesia_, diakses pada tanggal 15 maret 2016. 22 Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas menurut penulis terhadap kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah terkait dengan pelayanan bidang kesehatan diharapkan pemerintah mampu menjadikan daerah otonomi yang dapat mensejahterakan masyarakat dalam bidang pembangunan kesehatan, terlebih peran masyarakat juga diharapakan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan karena masyarakat merupakan obyek kebijakan desentralisasi yang dapat berpartisipasi dan berperan aktif dalam rangka merealisasikan kesehatan yang layak bagi masyarakat. Menjadi pilihan yang tepat ketika suatu daerah menggunakan prinsip otonomi daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan karena dengan adanya prinsip otonomi daerah ini menjadikan setiap daerah akan lebih mampu dan mandiri untuk memberikan pelayanan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah. Dengan demikian urusan pemerintahan baik wajib atau pilihan yang telah didesentralisasikan kepada daerah otonom baik pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah daerah kabupatenkota untuk diselenggarakan berdasarkan asas otonomi maka daerah otonom tersebut dapat membentuk peraturan daerah terkait dengan bidang urusan pemerintahan tersebut baik wajib atau pilihan, dalam hal pemberian ASI Eksklusif sangat berkaitan dengan urusan pemerintahan wajib yaitu bidang kesehatan, bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, serta bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera, maka daerah dimungkinkan secara 23 kewenangan untuk melakukan pengaturan tentang pemberian ASI Eksklusif ke dalam Peraturan Daerah. 7

2. PERAN DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DALAM

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif T1 312012046 BAB I

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif

0 2 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dalam Mewujudkan Kota Layak Anak T1 312009038 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dalam Mewujudkan Kota Layak Anak T1 312009038 BAB II

0 0 61

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dalam Mewujudkan Kota Layak Anak

0 1 17

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyebab Kegagalan dalam Pemberian ASI Eksklusif: Studi Kualitatif di Desa Warak T1 BAB II

0 0 15

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Melakukan Pengawasan terhadap Peredaran Vaksin T1 BAB III

0 0 3

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Melakukan Pengawasan terhadap Peredaran Vaksin T1 BAB II

0 0 49

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Melakukan Pengawasan terhadap Peredaran Vaksin T1 BAB I

0 0 11