45
memperhatikan penyelenggaraan kesehatan terhadap ibu dan anak. Hak atas kesehatan bagi ibu dan anak patut diperjuangkan, mengingat bahwa besarnya
peranan ibu dalam mewujudkan generasi penerus bangsa dan juga terhadap pengoptimalan tumbuh kembang anak sejak dini guna tercapainya
pengembangan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas, karena salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan kesehatan adalah penurunan
angka kematian ibu, angka kematian bayi dan peningkatan status gizi masyarakat.
5. ASI EKSKLUSIF
Pada hakikatnya anak yang baru dilahirkan membutuhkan sesuatu yang dapat membuat seorang anak tumbuh sehat dan cerdas. Yang dibutuhkan
anak diawal kehidupannya yaitu dapat berupa:
20
a. Kesehatan : sangat penting bagi ibu dan anak
sehingga akan menjamin kelangsungan hidup, kesehatan , dan perkembangannya.
b. Pemenuhan Gizi : dengan gizi baik dan cukup pada awal
kehidupan, akan memberikan perkembangan fisik, mental dan social pada anak.
c. Lingkungan Sekitar : anak akan lebih peka
terhadap bahaya lingkungannya karena masalah kedewasaanfisiologis, perilaku, pertumbuhan
fisik dan mental.
Salah satu upaya yang paling mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang anak secara optimal sekaligus memenuhi hak anak
adalah memberikan makanan terbaik bagi anak sejak lahir hingga usia dua
20
Seminar ASI Eksklusif, Oleh Titik Kristina Anggraeni, Ikatan Konselor ASI Salatiga.
46
tahun. Makanan terbaik pada masa awal pertumbuhan anak adalah dengan memberikan ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif pada anak sejak
dilahirkan sampai dengan usia 6 bulan bayi diperlukan pada masa pertumbuhan, karena ASI Eksklusif merupakan sumber makanan paling
sempurna diantara lainnya. Kualitas ASI Eksklusf tidak perlu diragukan lagi karena ASI Eksklusif memiliki banyak manfaat bagi perkembangan anak.
Anak yang minum ASI Eksklusif jauh lebih sehat dan rentan terhadap penyakit.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjamin pemenuhan hak
bayi dalam pasal 128 menyatakan: “setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu Eksklusif, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus
”. Selanjutnya tanggungjawab pemerintah dalam menjamin hak bayi dituangkan dalam pasal 129.
Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif merupakan sebuah kebijakan yang dibuat untuk mendukung
pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, bertujuan untuk memenuhi hak bayi dan memberi perlindungan kepada ibu menyusui serta meningkatkan
peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintahan daerah dan pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif, selain itu Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 juga mengatur tugas dan tanggungjawab pemerintah serta pemerintah daerah dalam pengembangan program ASI, salah
47
satunya menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan advokasi dan sosialisasi serta melakukan pengawasan terkait program ASI Eksklusif.
Tidak hanya pada Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 saja yang mengatur ketentuan mengenai pemberian ASI Eksklusif, apabila melihat
pada ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013 juga mengatur tata cara dalam penyediaan fasilitas menyusui, lebih lanjut dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 tentang aturan penggunaan susu formula bayi dan produk lainnya.
Dengan demikian dalam rangka mewujudkan keberhasilan ibu menyusui serta guna mewujudkan derajat kesehatan ibu dan anak yang
diinginkan maka pemerintah memiliki peran penting dan bertanggungjawab dalam pelaksanaan kebijakan mensejahterakan kesehatan ibu dan anak,
berbagai upaya harus dilakukan guna tercapainya pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini, sama halnya dengan pemerintah, peran keluarga
dalam penyelenggaraan program ASI Eksklusif ini juga diperlukan hal ini. Mengingat kunci keberhasilan dari seorang ibu menyusui salah satunya
dipengaruhi oleh dukungan keluarga.
5.1.Pengertian ASI
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Pasal 1 angka 1 mendefinisikan:
48
“Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu”.
ASI merupakan sumber kehidupan bagi sang bayi pada periode extro- gestate atau pasca kelahiran. Tidak ada makanan sesempurna ASI bagi sang
bayi hingga umur 4-6 bulan dari kelahiran. Dalam keadaan normal, ASI sudah lengkap dengan nutrisi yang diperlukan oleh sang bayi hingga umur extro-
gestate.
21
5.2.Pengertian ASI Eksklusif
Ketetentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif juga menjelaskan
definisi dari ASI Eksklusif. Pasal 1 angka 2 menyatakan bahwa: “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 enam bulan, tanpa menambahkan danatau mengganti dengan makanan atau minuman lain”.
Menyusui breast-feeding memberi sang bayi makanan melalui kecupan ke puting susu sang ibu kandung pasca kelahiran. Definisi menyusui
inilah yang dikatagorikan sebagai ASI Eksklusif. Menyusi tanpa melalui puting susu ibu kandung bagi si bayi tidak dikatagorikan menyusui dan tidak
dikatagorikan ASI Eksklusif, karena hanya sekedar memberi makanan berupa ASI. Jadi, menyusui melalui kecupan ke putting susu sang ibu kandung oleh
sang bayi disebut breast-fedding. Jelliffe DB and Jelliffe EFP, 1978.
21
Mangku Sitepoe, ASI Eksklusif Arti Penting Bagi Kehidupan, PT Indeks, Jakarta, 2013, Hal. 10.
49
Dengan menyusui melalui kecupan putting susu ibu kandung, bayi mendapatkan makanan yang memenuhi kebutuhan jasmani dan sekaligus
mendapatkan kasih sayang serta cinta kasih, yang memenuhi kebutuhan psikis atau batin sang ibu maupun sang bayi.
22
5.3.Kandungan ASI
Kolostrum susu awal adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama setelah bayi lahir, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental karena
banyak mengandung protein dan vitamin A serta zat kekebalan tubuh yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Walaupun jumlah
kolostrum sedikit namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi, oleh karena itu kolostrum jangan dibuang tetapi harus diberikan kepada bayi.
Selain itu kolostrum memiliki manfaat bagi bayi yaitu sebagai obat yang mengandung zat kekebalan yang sangat berguna bagi bayi, karena dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi, kolostrum dapat memenuhi gizi bayi pada hari-hari pertama setelah kelahiran.
23
5.4.Manfaat ASI
Kebutuhan ASI Eksklusif bagi bayi semata-mata bukan hanya karena kebutuhan belaka saja, tetapi ASI Eksklusif memiliki manfaat yang sangat
22
Mangku Sitepoe, Ibid ,. Hal. 4.
23
Buku Konsultasi Gizi, Ibu Bekerja Tetap Memberikan Air Susu Ibu ASI, Kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Salatiga, hal. 1 dan 3.
50
luar biasa dalam membantu proses tumbuh kembang anak, tanpa adanya ASI
Eksklusif bayi tidak dapat tumbuh secara optimal.
Adapun manfaat dari kandungan ASI Eksklusif yang diberikan kepada bayi dapat berupa:
24
a. Sumber Gizi Lengkap.
b. Imunisasi Awal Bayi.
c. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh.
d. Meningkatkan Kecerdasan Otak.
e. Meningkatkan Kecerdasaan Emosional dan Spiritual Anak.
Tidak hanya manfaat pada kandungan ASI saja yang menguntungkan tetapi ada juga manfaat bayi yang mengkonsumsi ASI:
25
a. Membantu mencegah konstipasi.
b. Mengurangi resiko kegemukan dan diabetes.
c. Mengurangi resiko berbagai infeksi.
d. Membantu mencegah alergi dan asma.
e. Membantu mencegah kematian mendadak pada bayi
SIDS Sudden Infant Death Syndrome. f.
Membantu mencegah kerusakan gigi. g.
Bayi lebih cerdas. Manfaat menyusui bukan hanya untuk bayi, namun juga bermanfaat
bagi tubuh ibu. ASI diproduksi secara alami oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhan bayi dan merupakan makanan terbaik untuk bayi.
Adapun manfaat yang bisa didapatkan bagi ibu menyusui: a.
Menciptakan kedekatan dan ikatan antara ibu dan bayi. b.
Membantu rahim kembali ke ukuran normal. c.
Membantu tubuh mengontrol pendarahan.
24
Seminar ASI Eksklusif, Oleh Titik Kristina Anggraeni, Ikatan Konselor ASI Salatiga.
25
id.theasianparent.com14-manfaat-menyusui, diakses pada tanggal 20 januari 2016.
51
d. Mengurangi resiko kanker payudara dan Rahim.
e. Membantu diet setelah melahirkan.
f. Mengurangi biaya pembelian susu formula.
g. Hemat waktu.
5.5.Hambatan Bayi Menggunakan ASI
Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif telah tegas mengatur kewajiban ibu untuk
memberikan ASI kepada bayinya, Pasal 6 menyatakan bahwa: “Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi yang
dilahirkannya”. Namun sampai saat ini masih saja banyak ditemui ibu yang enggan menyusui bayinya secara eksklusif. Salah satu factor penghambat
tersebut dapat berupa adanya pemberian susu formula yang menjadi pilihan dan tidak dapat dielakkan, karena ikatan batin antara bayi dengan ibu kandung
telah terputus sedangkan sang bayi harus menjalani kehidupan pasca kelahiran.
5.6.Hambatan Menyusui Secara Eksklusif Pada Ibu
Selain hambatan menyusu ASI Eksklusif yang dirasakan bayi ternyata hambatan menyusui secara eksklusif juga terjadi pada ibu, hal ini terkadang
disebabkan karena faktor ibu yang tidak dapat menyusui karena adanya indikasi medis sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Selain faktor yang dapat menghambat ibu menyusui secara eksklusif yang
52
telah diuraikan diatas, ada faktor lain yang sering dijadikan alasan ibu tidak mau menyusui bayinya secara eksklusif. Menurut pendapat penulis beberapa
faktor yang menjadi hambatan tersebut dapat berupa : 1.
ASI Tak Cukup Sebagian besar ibu menjadi putus asa ketika mengetahui produksi
ASI tidak cukup sehingga enggan memberikan ASI pada bayinya, sebenarnya sikap enggan menyusui tidak boleh dilakukan begitu saja
oleh ibu, mengingat hal ini dapat dicegah dan dapat diupayakan untuk meningkatkan produksi ASI ibu misalnya dengan mengkonsumsi
makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI. 2.
Ibu yang Harus Bekerja Status ibu yang bekerja bukan menjadi alasan untuk tidak
memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Karena status ibu yang bekerja pun masih bisa menyusui bayinya walaupun melalui
perahan ASI yang dipompa sebelum ibu bekerja, selebihnya ditempat kerja pun ibu juga mempunyai waktu untuk menyusui sebagaimana
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 83 menyatakan: “Pekerjaburuh perempuan yang anaknya
masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja”. Dengan
manfaatkan ruang laktasi yang ada yang sudah disediakan oleh
53
perusahaan tempat bekerja, sehingga alasan ibu bekerja tidak dapat digunakan lagi untuk tidak menyusui bayinya.
3. Bayi Tetap Tumbuh Sehat
Sebagian orang beranggapan bahwa bayi yang tidak diberi ASI juga dapat tumbuh sehat layaknya bayi yang diberi ASI. Mengganti ASI
dengan pemberian susu formula atau makanan lain yang dapat membantu tumbuh kembang bayi dirasa cukup bagi sebagian orang.
Namun anggapan tentang bayi yang tidak diberi ASI tetap dapat tumbuh sehat adalah anggapan yang salah. ASI adalah makanan
paling sempurna pada awal masa pertumbuhan karena kandungan didalam ASI dapat membantu dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi serta memiliki banyak manfaat, sehingga kebanyakan bayi yang mengkonsumsi ASI terlihat lebih sehat dari
bayi yang tidak diberi ASI. 4.
Penggunaan produk Susu Formula Maraknya produk susu formula buatan pabrik menjadi pilihan bagi
ibu ketika enggan menyusui secara eksklusif, kebanyakan ibu memilih susu formula karena selain praktis, mudah dicari, juga
memiliki nutrisi yang dirasa dapat membantu pertumbuhan bayi. Tetapi anggapan ini juga salah, karena susu formula hanya akan
menjadi penghambat terhadap pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif.
54
Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif yang mewajibkan ibu
meny usui Pasal 6 menyatakan : “Setiap ibu yang melahirkan harus
memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi yang dilahirkannya”, sehingga dengan adanya ulasan mengenai ASI Eksklusif diharapkan mampu menjadi
gambaran bagi ibu menyusui secara eksklusif untuk melakukan hal ini. Selain mewajibkan ibu menyusui, Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif juga memberikan pengecualian, terdapat dalam ketentuan Pasal 7: “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 tidak berlaku dalam hal terdapat: a. indikasi medis; b. ibu tidak ada; atau c. ibu terpisah dari Bayi. Indikasi medis yang dimaksudkan dapat
ditentukan oleh tenaga kesehatan yang berhak sesuai dengn prosedur yang berlaku. Sebagaimana undang-undang telah menjaminnya, maka dalam
pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini, pemerintah dituntut untuk dapat mengupayakan suatu cara agar hambatan penggunaan ASI terhadap bayi
dan juga hambatan ibu menyusui dapat diminimalisir sehingga tidak akan ada alasan lagi untuk tidak melaksanakan program pemberian ASI Eksklusif, serta
dengan adanya ulasan tentang ASI Eksklusif ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya ASI Eksklusif,
tidak hanya itu saja perlindungan terhadap hak ibu dan bayi ini juga harus mendapat perhatian dari Negara danatau pemerintah, sehingga pelaksanaan
program pemberian ASI Eksklusif ini dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.
55
B. HASIL PENELITIAN
B.1. TUPOKSI Dinas Kesehatan Kota Salatiga berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas
Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga
Setiap pejabat yang bekerja pada instansi pemerintahan di daerah pastilah memiliki tugas dan fungsi disetiap pekerjaannya, tidak terkecuali
instansi pemerintahan seperti Dinas Kesehatan. Berdasarkan Tupoksi yang terdapat dalam Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 Dinas
Kesehatan mempunyai tugas pokok yang terdapat dalam ketentuan Pasal 35 ayat 1
yaitu: “melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah dibidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan
”. Dalam ketentuan Pasal 35 ayat 2 Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan.
b. Pemberian
dukungan atas
penyelenggaraan pemerintahan dibidang kesehatan.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kesehatan.
d. Pelaksanaan pelayanan kesekertariatan Dinas.
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota.
Tugas dan fungsi yang telah dijelaskan dalam Peraturan Walikota Salatiga tersebut perlu dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, mengingat
keberhasilan dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif tidak terlepas dari peran Dinas Kesehatan. Dalam Tupoksi Peraturan Walikota
56
Nomor 54 Tahun 2011 tidak hanya menjelaskan tugas pokok yang harus dilakukan oleh Dinas Kesehatan, tetapi Tupoksi ini juga membagi kedalam
beberapa bidang sesuai dengan tugasnya dalam rangka membantu kinerja Dinas Kesehatan.
Dalam hal dikaitkan dengan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif maka Bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi Kesehatan
serta Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan yang cocok untuk hal ini, karena apabila melihat pada ketentuan Pasal 41 ayat 1 Bidang Pemberdayaan
Kemitraan dan Promosi Kesehata memiliki tugas pokok melaksanakan fungsi manajemen Bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi Kesehatan,
sehingga untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi Kesehatan menyelenggarakan fungsi antara lain :
a. Perumusan kebijakan teknis pembinaan dibidang
pemberdayaan kemitraan dan promosi kesehatan. b.
Penyusunan rencana kegiatan dan pengembangan Bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi
Kesehatan serta unit pelaksana teknis lainnya. c.
Pembinaan dan pengawasan kegiatan dibidang pemberdayaan kemitraan dan promosi kesehatan
d. Pengarahan, pembinaan, pengoordinasian dan
pengevaluasian pelaksanaan
kegiatan Bidang
Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi Kesehatan e.
Pengawasan, pengendalian dan pemantauan atas pelaksanaan
kegiatan Bidang
Pemberdayaan Kemitaan dan Promosi Kesehatan.
f. Pembinaan dan pengarahan pada bawahan.
g. Penilaian prestasi kerja bawahan.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan
57
Lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 42 Bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi Kesehatan terdiri dari :
a. Seksi Promosi Kesehatan dan Informasi Kesehatan.
b. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan.
c. Seksi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat.
Selanjutnya apabila melihat pada ketentuan Pasal 56 yang membahas mengenai Bidang Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan maka bidang ini
memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan fungsi manajemen Bidang Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan. Dengan menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut : a.
Perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan dan pembinaan kesehatan.
b. Penyusunan rencana kegiatan dan pengembangan Bidang
Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan. c.
Pembinaan dan pengawasan pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.
d. Pengarahan, pembinaan, pengoordinasian dan pengevaluasian
pelaksanaan kegiatan dibidang pelayanan dan pembinaan kesehatan.
e. Pengawasan, pengendalian, dan pemantauan atas pelaksanaan
kegiatan Bidang Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan. f.
Pembinaan dan pengarahan pada bawahan. g.
Penilaian prestasi kerja bawahan. h.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan.
Lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 57 Bidang Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan terdiri dari :
a. Seksi Pelayanan Dasar dan Rujukan.
b. Seksi Gizi.
c. Seksi Kesehatan Keluarga dan Keluarga Berencana.
58
Dengan dibentuknya Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada
Dinas Daerah Kota Salatiga tersebut diharapkan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas
Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga ini dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan kebijakan pemerintah khususnya mengenai penyelenggaraan
program pemberian ASI. Mengingat bahwa Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas
Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga ini mengatur tata cara serta tugas yang harus dilaksanakan instansi pemerintah dalam hal ini Dinas
Kesehatan Kota Salatiga.
B.2. Penyelenggaraan Program Pemberian ASI Eksklusif Di Kota Salatiga
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, Peraturan
Daerah ini memiliki tujuan untuk menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 enam
bulan dengan
memperhatikan pertumbuhan
dan perkembangannya,
memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif
59
kepada bayinya, meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Dengan demikian guna mewujudkan tujuan dari dibentuknya Peraturan Daerah ini pemerintah daerah memiliki kewajiban melaksanakan
program IMD dan ASI Eksklusif. Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis menurut
kepala seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga
26
mengungkapkan bahwa dalam rangka mewujudkan hak anak memperoleh ASI Eksklusif di Kota
Salatiga Dinas Kesehatan menyelenggarakan kegiatan pelaksanaan program ASI Eksklusif dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
dapat membantu dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif serta dalam melaksanakan advokasi dan sosialisasi kepada masyarakat Dinas Kesehatan
melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PKK dengan melakukan penyuluhan yang diadakan setiap satu
bulan sekali guna menekankan kepada masyarakat bahwa ASI itu penting, Sumber daya manusia yang dimaksudkan meliputi tenaga kesehatan,
tenaga kesehatan lainnya, konselor ASI, motivator ASI dan tenaga terlatih lainnya yang dapat membantu pelaksanaan program ASI Eksklusif ini. Tugas
Dinas Kesehatan tidak hanya melaksanakan sosialisasi dan advokasi saja karena Dinas Kesehatan juga memberikan pelatihan teknis konseling
menyusui dengan melibatkan tenaga kesehatan untuk melakukan teknis
26
Wawancara dengan Kepala seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Siti Maesaroh, Salatiga, 25 Februari 2016.
60
konseling yang diwajibkan oleh World Health Organization WHO dengan ketentuan waktu 48 jam yang ditempuh selama 5 hari.
27
Bentuk pelatihan teknis konseling meliputi menekankan pentingnya menyusui, cara kerja
menyusui, cara menilai proses menyusui, cara mengamati proses menyusui, cara membangun rasa percaya diri dan memberi dukungan, meningkatkan
produksi ASI, mempertahankan menyusui, dan cara membantu ibu bekerja untuk datpat menyusui.
Tenaga kesehatan yang disediakan pemerintah daerah diantaranya adalah konselor ASI dan motivator ASI. Perbedaan antara konselor ASI dan
motivator ASI terlihat dari cara kerja keduanya dimana konselor ASI memiliki tugas yang bersifat individu yaitu dengan cara menerima serta
mendengarkan permasalahan seseorang tentang ASI dan memberikan dukungan kepada ibu untuk menyusui, sedangkan motivator ASI memiliki
tugas yang bersifat umum yaitu dengan cara bagaimana seorang motivator bisa memotivasi seseorang untuk memberikan ASI pada bayinya.
Adapun kewajiban seorang konselor ASI adalah memberikan dukungan dan support untuk ibu yang menyusui sampai dengan usia 2 tahun,
karena menurut World Health Organization WHO makanan bayi terbagi kedalam 4 katagori yaitu meliputi :
1. Inisiasi Menyusu Dini
2. Pemberian ASI mulai usia 0-6 bulan
27
Wawancara dengan Ketua Ikatan Konselor ASI Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Titik Kristiana Anggraeni, Salatiga, 25 Februari 2016.
61
3. Makanan Pendamping ASI MPASI
4. ASI diberikan sampai dengan 2 tahunlebih.
28
Selain memiliki kewajiban untuk memberikan dukungan dan support untuk ibu menyusui, Konselor ASI juga melakukan sosialisasi akan
pentingnya ASI Eksklusif dengan cara yang bersifat formal yaitu melakukan kerjasama dengan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PKK untuk
memberitahukan kepada masyarakat yang belum teredukasi masalah ASI Eksklusif, dan menggunakan cara yang bersifat non formal yaitu dilakukan
apabila menemukan ibu menyusui di fasilitas umum dengan cara yang salah supaya diperbaiki cara menyusuinya. Kewajiban pemerintah daerah dalam hal
menyediakan tenaga konselor sudah dilakukan dengan menyediakan di fasilitas kesehatan maupun fasilitas umum. menurut ketua konselor ASI Kota
Salatiga sudah terdapat 41 orang konselor ASI yang ditempatkan diberbagi instansi pemerintahan, fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan
puskesmas, serta perusahaan yang berdiri di kota salatiga. Berikut ini data konselor ASI yang ada di Kota Salatiga.
Tabel 2. Jumlah Konselor ASI
Tahun 2010
2011 2012
2013 2014
2015 2016
Jumlah -
- -
32 orang 35 orang 44 orang
41 orang Sumber : Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 sd Tahun 2016
28
Wawancara dengan Ketua Ikatan Konselor ASI Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Titik Kristiana Anggraeni, Salatiga, 25 Februari 2016.
62
Dari data yang diuraikan diatas terlihat bahwa jumlah konselor dari tahun 2013 sd 2015 mengalami kenaikan, namun pada tahun 2016 terjadi
penurunan jumlah konselor. Dengan adanya konselor ASI yang ditempatkan di setiap instansi Kota Salatiga diharapkan mampu membantu pemerintah
dalam penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif yang sedang digalakkan pemerintah, sehinga dapat direalisasikan dengan baik dan tepat
sasaran. Kewajiban pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan,
monitoring evaluasi, pengawasan pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif, menurut kepala seksi gizi
29
Dinas Kesehatan bekerjasama dengan lintas program lain yang ada dalam sturktur organisasi
Dinas Kesehatan yaitu dengan bidang Pemberdayaan Kemitraan dan Promosi Kesehatan serta Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan untuk membantu dalam
pelaksanaan program ASI Eksklusif. Pembinaan yang dilakukan Dinas Kesehatan adalah dengan mengadakan kelas ibu di setiap fasilitas pelayanan
kesehatan dan perusahaan yang berdiri di Kota Salatiga. Sasaran yang dituju adalah ibu hamil, karena dalam kelas ibu yang diadakan Dinas Kesehatan
melakukaan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran ibu menyusui setelah melahirkan dan menekankan kepada ibu bahwa pemberian ASI Eksklusif itu
penting bagi awal pertumbuhan anak.
29
Wawancara dengan Kepala seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Narasumber: Ibu Siti Maesaroh, Salatiga, 25 Februari 2016.
63
Pada dasarnya ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak, seorang ibu dapat memberikan asupan gizi yang baik
pada anak guna pertumbuhan anak sejak dini yaitu dengan pemberian ASI Eksklusif. Dengan demikian pemerintah perlu memperhatikan kesehatan si
ibu dan juga memberikan kesempatan bagi ibu untuk menyusui kapanpun dan dimanapun, namun sampai saat ini angka kematian pada ibu masih ditemukan,
walaupun jumlahnya tidak banyak tetapi hal ini juga dapat menjadi penghambat dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif, sehingga
hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah. Berikut ini adalah data angka kematian ibu yang diperoleh penulis di Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari
Tahun 2010 sd bulan Maret Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Angka Kematian Ibu
Tahun 2010
2011 2012
2013 2014
2015 2016
Ibu Mati
Kasus 6
Kasus 2
Kasus 7
Kasus 2
Kasus 5
Kasus Kasus
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 sd bulan Maret Tahun 2016.
Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas terlihat bahwa kasus kematian ibu sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan. Hal ini dapat
menjadi acuan bagi pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan serta memperhatikan kesehatan ibu selanjutnya, karena berdasarkan ketentuan
dalam Pasal 126 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa : “Upaya kesehatan ibu harus ditujukan
64
untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta m
engurangi angka kematian ibu”. Dengan demikian pemerintah daerah Kota Salatiga dituntut untuk dapat bekerja secara
optimal agar angka kematian ibu dapat diminimalisir sehingga untuk tahun berikutnya tidak terjadi lagi kasus ibu mati yang dapat menjadi salah satu
faktor penghambat pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif dengan berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu secara aman, bermutu,
dan terjangkau, juga menjamin ketersediaan tenaga kesehatan, fasilitas serta obat-obatan.
Selain adanya kewajiban pemerintah daerah untuk menjamin kesehatan ibu agar angka kematian ibu untuk tahun berikutnya tidak
meningkat, pemerintah daerah juga perlu memperhatikan kesehatan bagi anak. Namun berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis Dinas
Kesehatan Kota Salatiga, masih ditemukan angka kematian bayi yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dalam
data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 sd bulan Maret Tahun 2016 sebagai berikut :
Tabel 4. Angka Kelahiran Bayi dan Angka Kematian Bayi
Tahun 2010
2011 2012
2013 2014
2015 2016
Kematian Bayi
29 Kasus
21 Kasus
31 Kasus
40 Kasus
37 Kasus
18 Kasus
10 Kasus
Bayi Lahir
Hidup
3018 2845
2723 2507
2414 1557
571 Sumber : Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga dari Tahun 2010 sd bulan Maret
Tahun 2016.
65
Dari data yang telah diuraikan diatas, terlihat bahwa angka kelahiran bayi dan angka kematian bayi dari tahun ke tahun mengalami penurunan, hal
ini dapat menjadi titik terang bagi pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan kualitas kinerja pemerintah daerah untuk menjamin kesehatan
pada anak agar pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif pada anak juga dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal.
Dalam hal pelaksanaan monitoring, evaluasi, pelaksanaan dan pencapaian program program ASI Eksklusif ini memiliki tujuan untuk
meningkatkan efektivitas pelaksanaan progam pemberian ASI dan juga menilai tingkat keberhasilan daerah dalam mewujudkan hak anak memperoleh
ASI, dengan bentuk laporan kegiatan yang dibuat oleh posyandu untuk diberikan kepada Dinas Kesehatan melalui puskesmas yang berisikan macam-
macam kegiatan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif yang dilakukan di masyarakat. Tingkat keberhasilan pelaksanaan program ini
dilihat dari cakupan ASI Eksklusif yang ditargetkan oleh Dinas Kesehatan yaitu sebanyak 80. Namun berdasarkan hasil penelitian yang didapat
penulis, cakupan ASI Eksklusif dari tahun ke tahun masih jauh dari target yang diharapkan, yaitu :
30
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2006 : 28,08 Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2007 : 27,35
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2008 : 28,82 Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2009 : 40,06
30
Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga
66
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2010 : 37,44 Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2011 : 47,18
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2012 : 49,46 Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2013 : 52,99
Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2014 : 57,9
Berdasarkan cakupan ASI Eksklusif yang telah di uraikan diatas, maka Dinas Kesehatan perlu bekerja keras dengan mengupayakan suatu cara agar
target cakupan ASI Eksklusif di Kota Salatiga yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan sempurna, karena tingkat keberhasilan pelaksanaan program
ASI Eksklusif di Kota Salatiga juga dipengaruhi oleh cara kerja Dinas Kesehatan dalam mewujudkan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif.
Tidak hanya cakupan ASI Eksklusif yang tidak sesuai target saja yang menjadi penghambat karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
penulis Dinas Kesehatan masih menemukan hambatan lain dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif ini yaitu Dinas Kesehatan kesulitan untuk memantau
secara langsung ibu yang bekerja di luar Kota Salatiga untuk melaksanakan pemberian ASI Eksklsif, dan Dinas Kesehatan masih menemukan tingkat
kesadaran ibu untuk mau menyusui yang rendah. Dalam hal melakukan kerjasama dengan pihak lain juga merupakan
sebuah kewajiban bagi pemerintah daerah, bentuk kerjasama yang dimaksudkan dapat berupa penyedian ruang ASI yang dibutuhkan ibu
menyusui baik di fasilitas pelayanan kesehatan maupun fasilitas umum. Pihak lain yang dimaksudkan meliputi instansi pemerintah, fasilitas pelayanan
67
kesehatan dan perusahaan yang berdiri di Kota Salatiga. Pemerintah Daerah melakukan
kerjasama dengan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat BAPERMAS, SAMSAT, POLRES, RSUD Salatiga, RS Puri Asih, RS
Mutiara Bunda, DKT, perusahaan PT Damatex, PT Unsavitalis, dan PT Keefet.
Dalam menyediakan akses terhadap informasi dan edukasi atas penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif, bidang promosi
kesehatan menyediakan brosur yang berisikan informasi yang berkaitan dengan ASI Eksklusif dan disebarkan kepada masyarakat, dapat juga
menggunakan media cetak dengan mengiklankan misalnya kegiatan sosialisasi yang akan diadakan Dinas Kesehatan ataupun seminar yang
berkaitan dengan ASI Eksklsuif. Menurut Bidan Sri Lestari
31
masyarakat dapat berperan aktif dengan cara memberikan dukungan kepada ibu untuk
menyusui dan juga dapat saling berbagai informasi terkait dengan pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Selain itu dapat juga menggunakan cara
lain yaitu menyampaikan informasi secara langsung atau dapat juga dipraktekkan secara langsung setelah ibu bersalin. Dengan demikian
pemerintah daerah tidak dapat mengesampingkan peran masyarakat begitu saja, mengingat peran masyarakat dapat juga menjadi salah satu kunci
keberhasilan dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini.
31
Wawancara dengan Bidan, Narasumber: Ibu Sri Lestari Amd.Keb, Salatiga, 3 Mei 2016.
68
Selain peran masyarakat, peran Pos Pelayanan Terpadu selanjutnya
disebut Posyandu juga menjadi penting mengingat bahwa posyandu memiliki tujuan utama untuk menurunkan angka kematian bayi dan angka kematian ibu
melalui upaya pemberdayaan masyarakat, dengan sasaran yang dituju adalah seluruh masyarakat terutama bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui. Posyandu
memiliki kegiatan yang terdiri atas kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, perbaikan gizi, pencegahan, dan penanggulangan diare.
Dalam kegiatan posyandu masyarakat dapat menjadi pelaksana sekaligus pihak yang memperoleh pelayanan kesehatan sehingga apabila dikaitkan
dengan pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif maka kegiatan posyandu yang tepat adalah mengenai perbaikan gizi.
Kegiatan posyandu ini dapat memantau gizi seorang anak apakah mendapat ASI Eksklusif sesuai batas umur yang ditentukan dalam Peraturan
Pemerintah tentang pemberian ASI Eksklusif atau tidak, sehingga akan terlihat jelas berdasarkan laporan tentang pemantauan gizi.
32
Selanjutnya dalam hal pendanaan, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif dana yang
didapatkan untuk melaksanakan program pemberian ASI Eksklusif adalah berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD dan sumber
pendanaan lain yang sah yaitu berupa hasil kerjasama, dana tugas pembantuan
32
Wawancara dengan Ketua Posyandu Sidorejo Kidul, Narasumber: Ibu Haning, Salatiga, 22 maret 2016.
69
lain dan sebagainya. Namun, menurut ketua kepala seksi gizi bahwa dana yang didapatkan setiap tahunnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Nasional APBN, APBD 1 Provinsi, dan APBD Kota, tetapi jumlahnya tidak menentu, karena jumlah dana yang didapatkan selalu berbeda
antara tahun-tahun berikutnya. Kepala seksi Gizi tidak dapat menjelaskan secara rinci berapa dana yang didapatkan untuk pelaksanaan program ASI
Eksklusif di Kota Salatiga, karena jumlah serta rincian pendanaan setiap tahun merupakan rahasia Dinas Kesehatan. Namun, penulis mendapatkan informasi
jumlah dana untuk tahun 2015 yang berasal dari APBD Provinsi yaitu sebesar Rp. 31.291.000,00 yang kemudian dana ini dibagi untuk pembentukan
motivator ASI sebesar Rp.2.160.000,00.
33
Berdasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh penulis, maka dengan adanya Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu yang mengatur tentang ASI Eksklusif saja tidaklah cukup, karena pada dasarnya Peraturan Daerah Kota Salatiga
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu tidak dapat berjalan sendiri sehingga dibutuhkan peran pemerintah didalamnya,
dengan demikian dapat dikatakan bahwa Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu dan
peran pemerintah harus berjalan secara berdampingan agar dapat mencapai tujuan yang sebagaimana telah diamanatkan didalam ketentuan pasal 3
33
Wawancara dengan Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Narasumber : Ibu Siti Maesaroh, Salatiga, 25 Februari 2016.
70
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu. Dengan demikian maka disinlah letak
pentingnya Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu dalam penyelenggaran program
pemberian ASI Eksklusif guna meningkatkan peran pemerintah untuk melaksanakan secara optimal dan tepat sasaran dan juga untuk meningkatkan
kesadaraan masayarakat terkait pemberian ASI Eksklusif khususnya di Kota Salatiga.
71
C. PEMBAHASAN
1. Analisis Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga Dalam