Pembiayaan Musyarakah Analisis prosedur pelaksanaan pembiayaan musyarakah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Surakarta 3945

Gambar 2.2 Pembiayaan Musyarakah 2. Karakteristik Musyarakah sebenarnya hampir sama dengan mudharabah. Musyarakah merupakan akad kerjasama diantara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam Musyarakah mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya, mitra dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank. Pembiayaan Musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non kas, termasuk aktiva tidak berwujud seperti lisensi dan hak paten. Musyarakah dapat bersifat musyarakah permanen maupun menurun. Dalam musyarakah permanen, bagian modal setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad, sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal bank akan dialihkan secara bertahap kepada mitra, sehingga bagian modal bank akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik usaha tersebut. 3. Sumber Hukum Akad Musyarakah a. Al-Quran ”Maka mereka berserikat pada sepertiga” QS An Nisaa : 12 ”Dan, sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh” QS Shaad : 24 b. As-Sunah Hadits Qudsi dari Abu Hurairah : ” Aku Allah adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat sepanjang salah seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila seseorang berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari keduanya” HR. Abu Dawud dan Al – Hakim dari Abu Hurairah. Dalam Hadits lain, Rasullulah bersabda : ”Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat sepanjang keduanya tidak saling berkhianat” HR. Muslim. 4. Syarat-syarat umum syirkahmusyarakah a. Jenis usaha fisik yang dilakukan dalam syirkah ini harus dapat diwakilkan kepada orang lain. Hal ini penting karena dalam kenyataan, sering kali satu mitra mewakili perusahaan untuk melakukan dealing dengan perusahaan lain. Jika syarat ini tidak ada dalam jenis usaha, maka akan sulit menjalankan perusahaan dengan lancar. b. Keuntungan yang didapat nanti dari hasil usaha harus diketahui dengan jelas. Masing-masing mitra harus mengetahui keuntungannya misalnya 10 atau 20 . c. Keuntungan harus dibagi rata kepada semua mitra. 5. Bentuk-bentuk Musyarakah a. Musyarakah tetap Bentuk akad musyarakah yang paling sederhana adalah musyarakah tetap ketika jumlah dan porsi modal yang disertakan oleh masing-masing mitra tetap selama periode kontrak. b. Musyarakah menurun Bentuk akad lain yang merupakan pengembangan dari musyarakah adalah musyarakah menurun. Pada kerjasama ini, dua pihak bermitra untuk kepemilikan bersama suatu asset dalam bentuk property, peralatan, perusahaan, atau lainnya. Bagian asset pihak pertama, sebagai pemodal, kemudian dibagi ke dalam beberapa unit dan disepakati bahwa pihak kedua, sebagai klien, akan membeli bagian asset pihak pertama unit demi unit secara periodik sehingga akan meningkatkan bagian asset pihak kedua sampai semua unit milik pihak pertama terbeli semua dan asset sepenuhnya milik pihak kedua. Keuntungan yang dihasilkan pada tiap-tiap periode dibagi sesuai porsi kepemilikan asset masing-masing pihak saat itu. c. Musyarakah mutanaqishah Salah satu bentuk musyarakah yang berkembang belakangan ini adalah musyarakah mutanaqishah, yaitu suatu penyertaan modal secara terbatas dari mitra usaha kepada perusahaan lain untuk jangka waktu tertentu, yang dalam dunia modern biasa disebut modal ventura, dan unsur-unsur yang dilarang dalam syariah. 6. Jenis Akad Musyarakah Prinsip al-musyarakah al-musyarakah aqad menurut Siamat 2004 dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, sebagai berikut: a. Syirkah al’inan Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana masing- masing pihak menyerahkan suatu bagianporsi modal dan ikut aktif dalam usahakerja. Porsi setoran modal masing-masing dibagi sesuai kesepakatan, dan tidak harus sama besar. Demikian pula keuntungan atau kerugian yang terjadi jumlahnya tidak harus sama dan dilakukan berdasarkan kontrak atau perjanjian. b. Syirkah Mufawadhah Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana masing- masing pihak menyerahkan bagian modal yang jumlahnya sama besar dan ikut berpartisipasi dalam pekerjaan. Demikian pula tanggung jawab dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak. c. Syirkah A’mal Syirkah Abdan atau Sanaa’i Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih yang memiliki keahlian atau profesi yang sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dimana keuntungan dibagi bersama. d. Syirkah Wujuh Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih yang masing-masing memiliki reputasi dan kredibilitas kepercayaan dalam melakukan suatu usaha. 7. Rukun Musyarakah a. Pelaku terdiri atas mitra b. Objek Musyarakah berupa Modal maal dan kerja c. Ijab Qabul Serah Terima d. Nisbah Keuntungan 8. Berakhirnya akad musyarakah Akad musyarakah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut : a. Salah satu mitra menghentikan akad. b. Salah satu mitra meninggal dunia atau hilang akal. c. Modal musyarakah hilang atau habis. 9. Penetapan Nisbah dalam Akad Musyarakah Nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu : a. Pembagian keuntungan proposional sesuai modal Dengan cara ini keuntungan harus dibagi di antara para mitra secara proporsional sesuai modal yang disetorkan. b. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal Dengan cara ini, dalam penentuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya modal yang disetorkan tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi atau waktu kerja yang lebih panjang. 10. Ketentuan umum pembiayaan musyarakah : Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek Musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek Musyarakah tidak boleh melakukan tindakan seperti : a. Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi. b. Menjalankan proyek Musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik modal lainnya. c. Memberi pinjaman kepada pihak lain. d. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh pihak lain. e. Setiap pemilik modal dapat dianggap mengakhiri kerjasama apabila; Menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia aau menjadi tidak cakap hukum. f. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui bersama, keuntungan dibagi sesuai kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal. g. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. BAB III PEMBAHASAN

A. Gambaran Obyek Penelitian

1. Sejarah P.T. Bank Muamalat Indonesia,Tbk

Pendirian Bank Muamalat Indonesia, merupakan prakarsa Majelis Ulama Indonesia MUI, yang muncul dalam Lokakarya Bunga Bank pada tanggal 19 – 22 Agustus 1990 di Cisarua, Ide ini dipertegas kembali dalam Musyawarah Nasional IV MUI di Hotel Sahid Jaya, Jakarta pada tanggal 22 - 25 Agustus 1990. Pendirian Bank Muamalat mendapat dukungan pengusaha maupun cendikiawan muslim yang namanya tergabung dalam 227 Pemegang Saham Pendiri, juga diperoleh dukungan dari ICMI, untuk selanjutnya dibentuk Tim Pendanaan, Tim Hukum dan Anggota Dasar. Bank Muamalat merupakan Bank Syariah Pertama di Indonesia yang menggunakan konsep perbankan secara Syariah. Bank Muamalat didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 1 tanggal 1 Nopember 1991 atau 24 Rabiul Awal 1412 H, dibuat dihadapan Yudo Paripurno, S.H., Notaris di Jakarta. Akta Pendirian tersebut telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No. C2-2413.HT.01.01 Tahun 1992 tanggal 21 Maret 1992 dan telah didaftarkan pada Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 30 Maret 1992 No. 9701992 serta diumumkan dalam Berita Negara RI No. 34 tanggal 28 April 1992 Tambahan No. 1919 A. Menurut Zainul Arifin 2000, Bank Muamalat juga telah mendirikan asuransi syariah Takaful pada tahun 1994, yang dilandasi konsep tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan taawanu alal birri wa taqwa dengan memberikan perlindungan at-ta’min dan menjadikan semua peserta Takaful saling menanggung resiko satu sama lain Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 430KMK.0131992 tanggal 24 April 1992 Bank Muamalat telah memperoleh izin untuk beroperasi sebagai Bank Devisa sejak tanggal 27 Oktober 1994 berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 2776KEPDIR. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 131kmk.0171995 tanggal 30 maret 1995, Bank Muamalat dinyatakan sebagai bank yang beroperasi dengan sistem bagi hasil. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. S-106Mk.031995 bertanggal 7 Maret 1995, Bank Muamalat memperoleh status Bank Persepsi untuk menerima Setoran-setoran Pajak. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama pada tanggal 24 Nopember 1999, Bank Muamalat sebagai Bank Swasta Pertama yang memperoleh izin sebagai Bank Persepsi untuk dapat menerima setoran Biaya Penyelenggara Ibadah Haji BPIH atau Ongkos Naik Haji ONH. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang menghancurkan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet NPL mencapai lebih dari 60. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp. 105 Milyar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp. 39,3 milyar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, bank muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggap secara positif oleh Islamic Development Bank IDB yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB Islamic Development Bank secara resmi menjadi salah satu pemegang saham P.T. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 sampai dengan tahun 2000 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi P.T. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Dalam kurun waktu tersebut, P.T. Bank Muamalat Indonesia, Tbk berhasil membalikkan keadaan dari kondisi rugi menjadi laba, berkat upaya dan dedikasi kru Muamalat, ditunjang oleh