commit to user 32
c. Intensitas kegiatan ekonomi di Jalan Diponegoro sangat tinggi, dengan
keberadaan fungsi perdagangan, jasa, pendidikan, dan perumahan. d.
Komplek Keraton Mangkunegaran di sisi utara Jl. Ronggowarsito menjadi pusat kegiatan budaya, menjadi datum dan simbol yang layak
untuk dipertahankan keberadaannya. e.
Pasar Triwindu di sisi timur Jl. Diponegoro saat ini menjadi pusat perdagangan barang-barang antik maupun produk repro bernuansa
antik. f.
Diperlukan upaya untuk memadukan kepentingan peningkatan kenyamanan pejalan kaki serta pemantapan citra kawasan citywalk.
g. Kawasan Ngarsapura merupakan kawasan dengan dinamika yang
tinggi, khususnya kegiatan perdagangan, jasa, pemukiman, dan perdagangan. Masing-masing kegiatan berupaya mengambil orientasi
utama pada jalan-jalan utama di Ngarsapura. Penyusunan RTBL untuk kawasan Ngarsapura dapat menjadikan pembangunan lebih terarah dan
terkonsep.
Sumber : http:www.Pasar Ngarsopuro.htm
.
2. Pasar Gedhe Hardjonegoro
Pasar Gedhe Hardjonegoro yang terletak di jalan Urip Sumoharjo, Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Surakarta ini dibangun oleh
Sinuhun Pakoe Boewono X pada tahun 1930. Pasar ini didisain oleh arsitek Belanda bernama Thomas Karsten. Arsitektur Pasar Gedhe
merupakan perpaduan antara gaya Eropa dengan gaya tradisional. Karena
commit to user 33
terjadi kebakaran pada tahun 2000, Pasar Gedhe mengalami renovasi namun tanpa mengubah bentuk aslinya. Pada masa awal berdirinya, di
pasar ini sudah diberlakukan sistem jual beli dan sewa terhadap toko dan tempat untuk berjualan. Sebuah sistem yang masih belum umum pada
masa itu. Satu hal lagi adalah bahwa Pasar Gedhe Harjonegoro menjadi pasar bertingkat pertama di Indonesia.
Bangunan Pasar Gede terdiri dari 2 dua bangunan :
a. Bagian Barat 1.364 m2. Menyediakan jenis dagangan buah – buahan
dan ikan hias. b.
Bagian Timur 5.607 m2 Menyediakan dagangan kebutuhan sehari – hari dan mempunyai spesifikasi menyediakan makanan khas Solo
aneka kue tradisional,dawet,intip,ampyang,serabi,pecel,gethuk dsb.
Profil Pasar
Luas Tanah : 6. 971 m2
Luas Bangunan : 5.800,15m2
Spesifikasi Dagangan : Hasil Bumi
Jumlah Los : 633 Buah
Jumlah Kios : 108 Buah
Jumlah Pedagang KiosLos tahun 2010 : 741 Orang
Jumlah Pedagang Oprokan : 240 Orang
commit to user 34
Fasilitas Pasar
1 Kantor Pasar
2 Lahan Parkir seluas 390 m2
3 Mushola
4 MCK
5 Pos Keamanan
6 Sarana pemadam kebakaranhydrant dan APAR
7 Sarana bongkar muat Sarana kebersihan Container, Bin sampah,
TPS Tempat Pembuangan Sampah Sementara
Pasar Gede sangat strategis letaknya. Berada di seberang timur Gedung Balai Kota Surakarta di dekatnya mengalir Kali Pepe yang
membelah kota Solo, membuat Pasar Gede terlihat dari Gedung Balai Kota. Lokasi ini terletak di perkampungan warga keturunan Tionghoa atau
Pecinan yang bernama Balong.Lokasi Pasar Gede berada di Kelurahan Sudiroprajan berada di Jalan Sudirman dan Jalan Pasar Gede, bila dilihat
dari tata geografisnya, Pasar Gede masuk dalam kawasan segitiga emas kota Solo. Bila di Jakarta ada segitiga emas Kuningan, letak Pasar Gede
Solo pun berada di segitiga emas yang meliputi Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran dan Pasar Gede sendiri.
Pasar Gede termasuk cagar budaya kota Solo berdasarkan SK Walikota No. 646 tahun 1997 tentang perlindungan cagar budaya di kota
Solo. Dengan potensi lahan seluas 8.560 meter persegi yang terdiri dari
commit to user 35
127 ruko, 133 kios, 633 los pasar dan sekitar 250 lapak pedagang, potensi pasar tersebut sangat cukup dikenal oleh orang luar Solo. Bahkan turis
domestik dan asing pun dalam kesempatan berkunjung ke Solo biasa mampir berbelanja ke pasar ini. Selain dekatnya Pasar Gede dengan
Pecinan di Kelurahan Sudiroprajan juga mempengaruhi jenis dagangan yang dijual. Jenis dagangan buah-buahan, juga sembako bahkan jajanan
khas Solo seperti Krasikan, Kue Wajik, Intip, Kue Mangkok dan rempah- rempah bahan racikan jamu tradisionil dijual di Pasar Gede. Beberapa
makanan khas bisa dibeli di sini diantaranya Lenjongan, Dawet Bu Dermi hingga Kare Bu Harini, dengan harga jajanan pasar yang sangat murah
untuk ukuran kota Solo.
Di antara penuh sesaknya parkir becak, sepeda motor, sepeda ontel dan mobil yang memenuhi areal luar pasar, membuat lalu lintas
sedikit padat di jam sibuk kerja. Keunikan lain di dalam pasar ini adalah hukum
sliding price
atau harga lunak dalam tawar menawar antara pembeli dan penjual. Perilaku tawar menawar masih terjaga dengan baik di
sini. Umumnya pedagang menggunakan bahasa Jawa kromo inggil ketika menyapa pembeli. Karena itu keakraban antara penjual dan pembeli yang
menjadi pelanggan tetap sangat terjaga dengan baik. . wawancara Anton Herdinarto, S.Sos, 10 Januari 2011.
commit to user 36
3. Kampoeng Batik Laweyan