Peranan Mall Untuk Menunjang Perkembangan Wisata Belanja Di Kota Medan
PERANAN
MALL
UNTUK MENUNJANG
PERKEMBANGAN WISATA BELANJA DI KOTA MEDAN
KERTAS KARYA
OLEH
MARDIANA LUMBAN RAJA
082204058
PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kertas Karya :Peranan
Mall
Untuk Menunjang
Perkembangan Wisata Belanja di
Kota Medan
Oleh
: Mardiana Lumban Raja
NIM
: 082204058
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A.
NIP. 19511013 197603 1 001
PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA
Ketua,
Arwina Sufika, S.E., M.Si.
NIP. 19640821 199802 2 001
(3)
LEMBAR PERSETUJUAN
PERANAN MALL UNTUK MENUNJANG
PERKEMBANGAN WISATA BELANJA DI KOTA MEDAN
OLEH
MARDIANA LUMBAN RAJA
082204058
Dosen Pembimbing
,
Dosen Pembaca,
Drs. Marzaini Manday, MSPD
Drs. Ridwan Azhar,
M.Hum
NIP. 19570322 198602 1 002
NIP. 19550923 198203 1
001
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerahNya, sehingga penulisan kertas karya yang berjudul : PerananMall untuk Menunjang Perkembangan Wisata Belanja di Kota Medan dapat diselesaikan oleh penulis dengan baik.
Kertas karya ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Pariwisata dan disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menempuh ujian Diploma III dalam Program Studi Pariwisata, Bidang Keahlian Usaha Wisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini. Oleh karena itu, penulis memperoleh bantuan dari banyak pihak dan dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bimbingan, nasehat, dan bantuan yang telah diberikan sebelum dan sesudahnya kepada :
1.Bapak Drs. Syahron Lubis, M.A., Selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
2.Ibu Arwina Sufikha, SE, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
3.Bapak Solahuddin Nasution, S.E, M.SP, selaku Koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata, Jurusan Pariwisata Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
4.Bapak Marzaini Manday, MSPD, selaku Dosen Pembimbing Yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan kerta karya ini.
(5)
5.Buat Drs. Ridwan Azhar, M.Hum., selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan saran dan petunjuk atas penyempurnaan kertas karya ini. 6.Yang sangat berarti dan istimewa yaitu Ayahanda J. Lumban Raja dan
Ibunda M. br Sinaga, terima kasih buat doa dan kasih sayang yang tidak ternilai dan pengorbanan yang tidak henti-hentinya.
7.Saudara dan saudari penulis yang sangat disayangi penulis; Jadiaman Lumban Raja, Samjhon Lumban Raja, Lamro Lumban Raja.
8. Buat teman-teman di Lingkungan Perkutut atas bantuan dan dukungannya, Buat Kak Meddy yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini, buat Kakak senior penulis (Kak Afrina UW 07 dan Kak Yuni UW 07), buat Kak Juli Mutiara, buat semua teman-teman UW 08 dan Perhotelan 08,
Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, dan pikiran serta waktu dalam menyelaikan kertas karya ini. Namun demikian, penulis menyadari bahwa kertas karya ini memiliki banyak kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati sebagai manusia biasa penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis kiranya kertas karya ini dapat berguna bagi para pembaca.
Medan, Maret 2011 Penulis
Mardiana Lumban Raja NIM : 082204058
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ...1
1.2 Tujuan Pembahaasan...2
1.3 Pembatasan Masalah...2
1.4 Metode Penelitian...3
1.5 Sistematika Penulisan...4
BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Wisata...6
2.2 Pengertian Pariwisata ...7
2.3 Pengertian Kepariwisataan ...11
2.4 Bentuk-Bentuk Pariwisata...14
2.5 Pengertian Objek Wisata dan Atraksi Wisata...15
2.6 Pengertian Industri Pariwisata...15
2.7 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata ...22
2.7.1 Sarana Pariwisata ...22
2.7.2 Prasarana Pariwisata...24
2.8 Pengertian Wisata Belanja (Shopping Tourism)...25
BAB III GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN...29
3.1 Sejarah Kota Medan ...29
3.2 Gambaran Umum Kota Medan ...34
(7)
3.4 Demografi Kota Medan...36
3.5 Sarana dan Prasarana Kota Medan ...37
BAB IV PERANAN MALL UNTUK MENUNJANG PERKEMBANGAN WISATA ELANJA di KOTA MEDAN ...41
4.1 Gambaran Mall di Kota Medan...41
4.2 Jenis-Jenis Mall atau Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Medan...44
4.3 Bagaimana Sarana dan Prasarana Mall untuk Menunjang Perkembangan Wisata Belanja di Kota Medan...52
4.4 Bagaimana Pengelolaan dan Pelayanan Mall Sebagai Wisata Belanja ...52
4.5 Peranan Mall untuk Menunjang Perkembangan Wisata Belanja ...53
BAB V PENUTUP...55
DAFTAR INFORMAN...57 DAFTAR PUSTAKA
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan JudulSaat ini hampir di setiap negara berkembang menjadikan pariwisata menjadi komoditi yang sangat menjanjikan. Pariwisata digalakkan karena mulai meningkatnya minat wisatawan untuk datang ke tempat-tempat wisata bukan hanya sekedar untuk berlibur bahkan sekarang banyak hal yang dapat dilakukan di objek-objek wisata yang ada di dunia ini.
Indonesia juga melakukan hal yang sama. Saat ini Indonesia sedang bersemangat untuk mengembangkan dan mempromosikan pariwisatanya hingga ke seluruh dunia. Indonesia sudah melihat peluang untuk menambah pemasukan negara yang sangat besar dari sektor pariwisata ini. Daerah-daerah objek wisata di Indonesia mulai banyak didatangi wisatawan asing maupun dalam negeri, jumlah wisatawan pun mulai meningkat di beberapa objek wisata yang sudah mendunia seperti Bali, Yogjakarta, dan di berbagai tempat lainnya. Setelah pemerintah berhasil mempromosikan pariwisata Indonesia sampai di dunia internasional, saat ini giliran pemerintah daerah-daerah yang mulai memperkenalkan objek-objek wisata yang mungkin belum dikenal oleh banyak kalayak ramai. Di pulau Sumatera seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara saat ini sedang ramai dibicarakan di dunia pariwisata sebagai salah satu daerah tujuan wisata terbaik di Indonesia.
Sebagaimana yang telah digariskan dalam GBHN, sektor pariwisata diharapkan mampu menjadi sektor andalan bagi kelangsungan pembangunan
(9)
nasional. Untuk mendukung misi yang diemban sektor pariwisata tersebut dibutuhkan berbagai langkah terobosan diantaranya penganekaragaman jenis-jenis kegiatan wisata yang diharapkan akan dapat lebih menarik dan meningkatkan kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun nusantara.
Pembangunan sampai diberbagai sektor yang telah dilaksanakan saat ini telah berhasil membawa dan meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bangsa ke arah tingkat hidup yang lebih baik. Sebagai konsekuensi logis dari kondisi tersebut hampir di semua kota terutama kota-kota besar di seluruh Indonesia berkembang pusat-pusat perbelanjaan yang menyediakan berbagai kebutuhan baik kebutuhan pokok maupun lainnya.
Kegiatan kepariwisataan sudah menjadi salah satu kebutuhan, keinginan yang harus dipenuhi dan tidak lagi bersifat umum namun lebih spesifik. Sehingga melahirkan kelompok wisatawan dengan keinginan yang berbeda-beda, keadaan itu terus berkembang dan berubah di masa-masa yang akan datang. Perkembangan tersebut pada akhirnya mengarah kepada terciptanya pusat-pusat pertokoan, pusat perbelanjaan dengan masing-masing spesifikasinya yang menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisata mancanegara.
Pada saat ini informasi mengenai objek wisata belanja masih sangat terbatas, maka untuk memenuhi objek wisata belanja maka penulis memilih judul PerananMalluntuk Menunjang Perkembangan Wisata Belanja di Kota Medan untuk meningkatkan penyediaan dan penyebaran informasi kepada masyarakat dan wisatawan akan informasi wisata belanja di Kota Medan.
(10)
1.2 Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah :
a. Untuk memperkenalkan bentuk-bentuk Mall sebagai objek wisata belanja di Kota Medan.
b. Untuk menambah wawasan bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya, mengenai perkembangan kepariwisataan di Kota Medan. c. Untuk menerapkan teori dan praktek yang telah diperoleh penulis
selama masa perkuliahan.
d. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya program Diploma III Pariwisata bidang keahlian Usaha Wisata di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penulisan kertas karya ini tetap terarah, maka penulis memfokuskan pembahasan tentang:
a. Informasi umum dunia pariwisata dan bentuk-bentuk pariwisata tersebut.
b. Gambaran umum Kota Medan.
c. Bentuk-bentukMalldi Kota Medan sebagai wisata belanja.
d. Peranan Malluntuk menunjang perkembangan wisata belanja di Kota Medan.
1.4 Metode Penelitian
Proses penyelesaian kertas karya ini, penulis memakai dua metode penelitian, yaitu :
(11)
a. Penelitian Lapangan (Field Research).
Penelitian Lapangan (Field Research) adalah proses pengumpulan data dilakukan di luar kegiatan perpustakaan, maka penulis mengadakan wawancara langsung kepada karyawan-karyawan dan pengunjung. b. Penelitian Kepustakaan (Library Research).
Penelitian Kepustakaan (Library Research) adalah proses pengumpulan data-data dari buku-buku maupun media massa yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas mengenai wisata belanja di Kota Medan untuk melengkapi kebenarannya. Semua ini dilakukan guna keserasian atau kecocokan antara teori dengan praktek ke lapangan sehingga dapat tersusun laporan akhir yang baik sesuai dengan pokok bahasan.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis membatasi sistematika pembahasan dalam lima bab, dan pembahasan tiap-tiap bab dibagi ke dalam sub-sub bab. Sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :
Bab I: Pendahuluan
Meliputi Latar Belakang, Tujuan Pembahasan, Batasan Masalah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II: Uraian teoritis
Menjelaskan tentang pengertian kepariwisataan, objek wisata, bentuk-bentuk pariwisata, industri pariwisata serta sarana dan prasarana pariwisata.
(12)
Bab III : Gambaran Umum Kota Medan
Meliputi sejarah Kota Medan, Letak geografisnya dan batas administratif, demografi, serta sarana dan prasarana Kota Medan.
Bab IV : Peranan Mall untuk Menunjang Perkembangan Wisata Belanja di Kota Medan
Menguraikan semua bentuk-bentuk di Kota Medan, analisis perbandingan antara yang baru berkembang dengan yang sudah lama berkembang.
Bab V : Penutup
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan JudulSaat ini hampir di setiap negara berkembang menjadikan pariwisata menjadi komoditi yang sangat menjanjikan. Pariwisata digalakkan karena mulai meningkatnya minat wisatawan untuk datang ke tempat-tempat wisata bukan hanya sekedar untuk berlibur bahkan sekarang banyak hal yang dapat dilakukan di objek-objek wisata yang ada di dunia ini.
Indonesia juga melakukan hal yang sama. Saat ini Indonesia sedang bersemangat untuk mengembangkan dan mempromosikan pariwisatanya hingga ke seluruh dunia. Indonesia sudah melihat peluang untuk menambah pemasukan negara yang sangat besar dari sektor pariwisata ini. Daerah-daerah objek wisata di Indonesia mulai banyak didatangi wisatawan asing maupun dalam negeri, jumlah wisatawan pun mulai meningkat di beberapa objek wisata yang sudah mendunia seperti Bali, Yogjakarta, dan di berbagai tempat lainnya. Setelah pemerintah berhasil mempromosikan pariwisata Indonesia sampai di dunia internasional, saat ini giliran pemerintah daerah-daerah yang mulai memperkenalkan objek-objek wisata yang mungkin belum dikenal oleh banyak kalayak ramai. Di pulau Sumatera seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara saat ini sedang ramai dibicarakan di dunia pariwisata sebagai salah satu daerah tujuan wisata terbaik di Indonesia.
Sebagaimana yang telah digariskan dalam GBHN, sektor pariwisata diharapkan mampu menjadi sektor andalan bagi kelangsungan pembangunan
(14)
nasional. Untuk mendukung misi yang diemban sektor pariwisata tersebut dibutuhkan berbagai langkah terobosan diantaranya penganekaragaman jenis-jenis kegiatan wisata yang diharapkan akan dapat lebih menarik dan meningkatkan kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun nusantara.
Pembangunan sampai diberbagai sektor yang telah dilaksanakan saat ini telah berhasil membawa dan meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bangsa ke arah tingkat hidup yang lebih baik. Sebagai konsekuensi logis dari kondisi tersebut hampir di semua kota terutama kota-kota besar di seluruh Indonesia berkembang pusat-pusat perbelanjaan yang menyediakan berbagai kebutuhan baik kebutuhan pokok maupun lainnya.
Kegiatan kepariwisataan sudah menjadi salah satu kebutuhan, keinginan yang harus dipenuhi dan tidak lagi bersifat umum namun lebih spesifik. Sehingga melahirkan kelompok wisatawan dengan keinginan yang berbeda-beda, keadaan itu terus berkembang dan berubah di masa-masa yang akan datang. Perkembangan tersebut pada akhirnya mengarah kepada terciptanya pusat-pusat pertokoan, pusat perbelanjaan dengan masing-masing spesifikasinya yang menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisata mancanegara.
Pada saat ini informasi mengenai objek wisata belanja masih sangat terbatas, maka untuk memenuhi objek wisata belanja maka penulis memilih judul PerananMalluntuk Menunjang Perkembangan Wisata Belanja di Kota Medan untuk meningkatkan penyediaan dan penyebaran informasi kepada masyarakat dan wisatawan akan informasi wisata belanja di Kota Medan.
(15)
1.2 Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah :
a. Untuk memperkenalkan bentuk-bentuk Mall sebagai objek wisata belanja di Kota Medan.
b. Untuk menambah wawasan bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya, mengenai perkembangan kepariwisataan di Kota Medan. c. Untuk menerapkan teori dan praktek yang telah diperoleh penulis
selama masa perkuliahan.
d. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya program Diploma III Pariwisata bidang keahlian Usaha Wisata di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penulisan kertas karya ini tetap terarah, maka penulis memfokuskan pembahasan tentang:
a. Informasi umum dunia pariwisata dan bentuk-bentuk pariwisata tersebut.
b. Gambaran umum Kota Medan.
c. Bentuk-bentukMalldi Kota Medan sebagai wisata belanja.
d. Peranan Malluntuk menunjang perkembangan wisata belanja di Kota Medan.
1.4 Metode Penelitian
Proses penyelesaian kertas karya ini, penulis memakai dua metode penelitian, yaitu :
(16)
a. Penelitian Lapangan (Field Research).
Penelitian Lapangan (Field Research) adalah proses pengumpulan data dilakukan di luar kegiatan perpustakaan, maka penulis mengadakan wawancara langsung kepada karyawan-karyawan dan pengunjung. b. Penelitian Kepustakaan (Library Research).
Penelitian Kepustakaan (Library Research) adalah proses pengumpulan data-data dari buku-buku maupun media massa yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas mengenai wisata belanja di Kota Medan untuk melengkapi kebenarannya. Semua ini dilakukan guna keserasian atau kecocokan antara teori dengan praktek ke lapangan sehingga dapat tersusun laporan akhir yang baik sesuai dengan pokok bahasan.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis membatasi sistematika pembahasan dalam lima bab, dan pembahasan tiap-tiap bab dibagi ke dalam sub-sub bab. Sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :
Bab I: Pendahuluan
Meliputi Latar Belakang, Tujuan Pembahasan, Batasan Masalah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II: Uraian teoritis
Menjelaskan tentang pengertian kepariwisataan, objek wisata, bentuk-bentuk pariwisata, industri pariwisata serta sarana dan prasarana pariwisata.
(17)
Bab III : Gambaran Umum Kota Medan
Meliputi sejarah Kota Medan, Letak geografisnya dan batas administratif, demografi, serta sarana dan prasarana Kota Medan.
Bab IV : Peranan Mall untuk Menunjang Perkembangan Wisata Belanja di Kota Medan
Menguraikan semua bentuk-bentuk di Kota Medan, analisis perbandingan antara yang baru berkembang dengan yang sudah lama berkembang.
Bab V : Penutup
(18)
BAB II
URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN
2.1 Pengertian WisataWisata dalam bahasa inggris disebut tour yang secara etimologi berasal dari kata Torah (Ibrani) yang berarti belajar, Tornus (Bahasa Latin) yang berarti alat untuk membuat lingkaran, dan dalam bahasa Perancis Kuno disebut Tour yang berarti mengelilingi sirkuit. Pada umumnya orang memberi padanan kata wisata dengan rekreasi, wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan wisata.
Menurut Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik. Wisata adalah sebuah perjalanan dimana seseorang dalam perjalanannya singgah sementara dibeberapa tempat akhirnya kembali lagi ke tempat asal dimana ia mulai melakukan perjalanan.
Wisata memiliki karakteristik - karakteristik antara lain :
1. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.
2. Melibatkan komponen-komponen wisata, misalnya transportasi, akomodasi, restoran, objek wisata, toko cinderamata dan lain-lain.
3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek wisata dan atraksi wisata. 4. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.
(19)
memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi.
Berdasarkan pada ketentuan WATA (World Association of Travel Agent = Perhimpunan Agen Perjalanan Sedunia), wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota baik di dalam maupun di luar negeri. Wisata itu juga tidak harus mengelilingi suatu tempat atau kota, bisa saja hanya melewatinya saja tanpa berkeliling.
Selain itu perjalanan tidak harus dilakukan oleh biro atau kantor perjalanan, bisa saja perjalanan itu dilakukan oleh perorangan maupun kelompok dengan menggunakan kendaraan pribadi atau umum yang statusnya bukan milik biro perjalanan. Walaupun menggunakan biro perjalanan, letaknya tidak harus di dalam kota, karena biasanya orang lebih memilih kualitas pelayanan. Maka, wisata adalah perjalanan yang dilakukan seorang atau sekelompok orang lebih dari tiga hari dengan menggunakan kendaraan pribadi, umum, atau biro tertentu dengan tujuan untuk melihat-lihat berbagai tempat atau suatu kota baik di dalam negeri maupun diluar negeri.
2.2 Pengertian Pariwisata
Secara etimologi pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu kata
Pari berarti halus maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan Wisata
yang berarti kunjungan atau perjalanan untuk melihat, mendengar, menikmati, dan mempelajari sesuatu. Jadi, pariwisata berarti menyuguhkan suatu kunjungan secara bertatakrama dan berbudi, (Kencana, 2009 : 14).
(20)
Pariwisata merupakan keseluruhan kegiatan, proses dan kaitan-kaitan yang berhubungan dengan perjalanan dan persinggahan dari orang-orang di luar tempat tinggalnya serta tidak dengan maksud mencari nafkah. Berdasarkan Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan denga wisata termasuk pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Pariwisata dapat juga dilihat sebagai suatu bisnis yang berhubungan dengan penyediaan barang atau jasa bagi wisatawan dan menyangkut setiap pengeluaran oleh untuk wisatawan atau pengunjung dalam perjalanannya. Dunia Pariwisata memiliki tiga bentuk komponen sederhana, yaitu :
1. Asal, tempat tinggal wisatawan.
2. Perjalanan, sarana untuk tiba di tempat tujuan dan kembali ke tempat asal. 3. Tujuan, tempat kunjungan yang jauh dari tempat asal.
Pariwisata dewasa ini adalah sebuah mega bisnis, jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk menghabiskan waktu luang (leisure). Hal ini menjadi bagian penting dalam kehidupan dan gaya hidup di negara-negara maju namun demikian memosisikan pariwisata sebagai esensial dalam kehidupan sehari-hari merupakan fenomena yang relatif baru, (Pitana dan Diarta, 2009 : 31).
Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar, yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri, meliputi tempat tinggal orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang bernekaragam dan berbeda dengan apa yang dialami di mana orang tersebut memperoleh pekerjaan tetap. Pariwisata adalah salah satu jenis industri biasa maupun yang menghasilkan
(21)
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup dan menstimulasi sektor-sektor produksi lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri-industri klasik yang sebenarnya seperti industri kerajinantangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri.
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok dari tempat tinggal asalnya ke suatu tempat baik di dalam wilayah negara sendiri atau di negara lain dalam jangka waktu tertentu. Pariwisata juga dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain.
Menurut Hermann V. Schulalard (dalam Yoeti 1996 : 115), seorang ahli ekonomi Bangsa Austria, dalam tahun 1910 telah memberikan batasan pariwisata sebagai berikut :
Torism is the sum of operations, mainly of an economic nature, which directly to the entry, stay and movement of foreigner inside certain country, city or region .
Batasan yang lebih bersifat teknis dikemukakan oleh Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapt tahun 1942, di mana batasan yang diberikannya sebagai berikut :
Tourism is the totally of the relationship and phenomena arising from the travel and stay of strangers (Ortsfremde), provide the stay does not imply the establishment of a permanent resident .
(22)
Menurut Prof. Salah Wahab (dalam Yoeti 1996 : 116.), pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri / di luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap. Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.
Kemudian Prof. Salah Wahab (Bangsa Mesir), dalam bukunya yang berjudul yang berjudul An Introduction on Tourism Theory mengemukakan bahwa batasan pariwisata hendaknya memperlihatkan anatomi dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga unsur, yaitu :
Manusia (Man), yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata.
Ruang (Space), yaitu daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.
Waktu (Time), yaitu waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilaukan sementara dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi akan tetapi adalah untuk menikmati perjalanan tersebut guna rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam tanpa paksaan (sukarela).
Dari keseluruhan uraian tersebut, maka ilmu pariwisata adalah ilmu yang mempelajari bagaimana suatu negara baik pemerintahnya sabagai penguasa maupun masyarakatnya sebagai yang diperintah, menyuguhkan
(23)
kepada tamu-tamu mereka yang akan datang berkunjung meliahat keindahan pemandangan, sejarah bangsa tersebut dan menikmati seni budaya negeri dan halus berbudi dalam arti agamis.
2.3 Pengertian Kepariwisataan
Kepariwisataan merupakan keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat yang ditujukan untuk menata kebutuhan perjalanan dan persinggahan. Kepariwisataan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata. Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Sesuai perkembangan, kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik untuk tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan sesuai dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada, (Marpaung, 2002 : 19).
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan pasal 4 bahwa kepariwisataan bertujuan untuk :
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
(24)
c. Menghapus kemiskinan d. Mengatasi pengangguran
e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya f. Memajukan kebudayaan
g. Mengangkat citra bangsa h. Memupuk rasa cinta tanah air
i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa j. Mempererat persahabatan antar bangsa
Hal-hal yang berhubungan dengan kepariwisataan hendaknya memenuhi syarat sapta pesona pariwisata, (Muljadi, 2009 : 103-107), yaitu : a. Aman
Wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila merasa aman, tenteram, tidak takut, terlindungi dan bebas dari tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti kecopetan, pemerasan, penodongan, penipuan dan lain sebagainya. Kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang kurang baik, seperti kendaraan, peralatan, untuk makan dan minum, lift, alat perlengkapan rekreasi atau olah raga. Gangguan oleh masyarakat, antara lain berupa pemaksaan oleh pedagang asongan tangan jail, ucapan dan tindakan serta perilaku yang tidak bersahabat.
b. Tertib
Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur, rapi dan lancar serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat, misalnya : lalu lintas tertib, teratur dan lancar, alat angkutan datang dan berangkat tepat pada waktunya.
(25)
c. Bersih
Bersih merupakan suatu keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran. Wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat seperti : Lingkungan yang bersih baik di rumah sendiri maupun di tempat-tempat umum, seperti di hotel, restoran, angkutan umum, tempat rekreasi, tempat buangair kecil/besar dan lain sebagainya. d. Sejuk
Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberi suasana atau keadaan sejuk, nyaman dan tenteram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berada di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam ruangan, misalnya ruangan kerja/belajar, ruangan makan, ruangan tidur dan lain sebagainya.
e. Indah
Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan sedap dipandang disebut indah. Indah dapat dilihat dari berbagai segi, seperti dari segi tata warna, tata letak, tata ruang bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi dan selaras, sehingga memberi kesan yang enak dan cantik untuk dilihat. Indah yang selalu sejalan dengan bersih dan tertib serta tidak terpisahkan dari lingkungan hidup baik berupa ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maupun hasil karya manusia.
f. Ramah Tamah
Ramah tamah merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati. Ramah tamah tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan
(26)
kepribadian kita ataupun tidak tegas dalam menentukan sesuatu keputusan atau sikat. Ramah, merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya, yang selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang baik. Sikap ramah tamah ini merupakan satu daya tarik bagi wisatawan, oleh karena itu harus kita pelihara terus.
g. Kenangan
Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan dapat berupa yang indah dan menyenangkan, akan tetapi dapat pula yang tidak menyenangkan. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan perasaan wisatawan dari pengalaman berpariwisata di Indonesia, dengan sendirinya adalah yang indah dan menyenangkan.
2.4 Bentuk-bentuk Pariwisata
Nyoman S. Pendit, (1990) dalam bukunya, Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, mengemukakan bentuk pariwisata dapt dibagi menurut kategori sebagi berikut :
a)Menurut Asal Wisatawan.
Pariwisata dalam negeri atau pariwisata nusantara yaitu pariwisata dalam negeri.
Pariwisata internasional atau pariwisata nusantara yaitu pariwisata luar negeri.
b)Menurut Akibatanya terhadap Neraca Pemabayaran.
Pariwisata aktif yaitu kedatangan wisatawan ke dalam negeri memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar negeri.
(27)
Pariwisata pasif yaitu warga negara yang ke luar negeri memberikan efek negatif terhadap neraca pembayaranluar negeri.
c)Menurut Jangka Waktu.
Pariwisata jangka pendek yaitu apabila wisatawan yang berkunjung ke suatu DTW hanya beberapa hari saja.
Pariwisata Jangka Panjang yaitu apabila wisatawan yang berkunjung ke DTW waktunya sampai berbulan-bulan yang membedakan adalah lama tinggal.
d)Menurut Jumlah Wisatawan.
Pariwisata tunggal yaitu apabila wisatawan yang berpergian hanya satu orang atau satu keluarga.
Pariwisata rombongan yaitu apabila wisatawan yang berpergian satu kelompok atau rombongan yang berjumlah 15 sampai dengan 20 orang atau lebih.
e)Menurut Alat Angkut yang Dipergunakan.
Pariwisata udara.
Pariwisata laut.
Pariwisata kereta api.
Pariwisata mobil.
2.5 Pengertian Objek Wisata dan Atraksi Wisata
Salah satu unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah objek wisata dan atraksi wisata. Dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak dijumpai istilah objek wisata seperti yang biasa dikenal di Indonesia. Untuk pengertian objek wisata mereka lebih banyak
(28)
menggunakan istilah tourist attractions , yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tujuan.
Objek wisata adalah suatu kawasan terencana sebagai atau seluruhnya dilengkapi dengan amenitas dan pelayanan produk wisata, fasilitas rekreasi, restoran, hotel, atraksi, hiburan, dan toko pengecer yang dibutuhkan pengunjung. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990 Tentang Pokok-Pokok Kepariwisataan BAB I Pasal I bahwa objek wisata adalah segala sesuatu yang berupa dan berasal dari alam dan budaya masyarakat serta potensi ekonomi yang dapat ditawarkan untuk menarik minat wisatawan .
Atraksi wisata adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu dan mempunyai ciri-ciri yang sangat penting untuk keperluansight seeing, rekreasi, berbelanja, hiburan, dan bentuk-bentuk lain dari suatu hiburan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan BAB I Pasal I bahwa Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman , kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan wisatawan .
Kawasan dapat berupa suatu provinsi, kabupaten, kecamatan, bahkan suatu desa. Banyak objek wisata di Indonesia sekarang yang tidak secara sadar dikembangkan untuk menarik minat pengunjung, seperti kota dengan bangunan kuno, kota peristirahatan dan lain-lainnya. Di tempat tempat tujuan harus ada fasilitas pelayanan yang cukup untuk pengunjung seperti : rekreasi, hiburan, pertokoan, eceran, pemadam kebakaran, polisi dan fasilitas kesehatan juga
(29)
harus tersedia atau dikembangkan. Hal ini penting untuk suatu objek wisata harus memiliki daya tarik atau atraksi, baik psikologi maupun yang nyata untuk menarik perhatian wisatawan.
Terdapat banyak jenis daya tarik wisata dan dibagi dalam berbagai macam sistem klasifikasi daya tarik. Secara garis besar daya tarik wisata diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi, (Marpaung, 2002 : 80), yaitu :
1. Daya tarik alam. 2. Daya tarik budaya.
3. Daya tarik buatan manusia.
Walaupun demikian ada yang membagi jenis objek dan daya tarik wisata ini ke dalam dua kategori saja, yaitu :
1. Objek dan daya tarik wisata alam.
2. Objek dan daya tarik wisata sosial budaya.
Perencenaan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam maupun sosial budaya harus berdasarkan pada kebijakan rencana pembangunan nasional maupun regional. Jika kedua kebijakan rencana tersebut belum tersusun, tim perencana pengembangan objek daya tarik wisata harus mampu mengansumsikan rencana kebijakan yang sesuai dengan area yang bersangkutan.
Ditinjau dari sudut pemasaran pariwisata, terutama dalam rangka mengembangkan produk baru, sesungguhnya suatu daerah tujuan wisata mempunyai banyak hal yang dapat ditawarkan sebagai daya tarik wisatawan kepada pasar yang berbeda-beda dengan selera wisatawan dan yang penting diperhatikan dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah
(30)
tujuan wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam macam-macam pasar, harus memenuhi tiga syarat, yaitu :
a) Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai something to see .
Artinya, di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata, yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain. Dengan perkataan lain, daerah itu harus mempunyai daya tarik yang khusus, di samping itu harus mempunyai pula atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai
entertainments bila orang datanga ke sana.
b)Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah something to do . Artinya, di tempat tersebut banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama di tempat itu.
c) Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah something to buy . Artinya, di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk belanja (shopping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.
Membicarakan objek dan atraksi wisata ada baiknya dikaitkan dengan pengertian product dari industri pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu, karena sampai sekarang masih dijumpai perbedaan pendapat antara beberapa ahli mengenai pengertian product industri pariwisata di satu pihak dan objek wisata di lain pihak. Produk indusrti pariwisata, meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan, atau dinikmati wisatawan, semenjak ia meninggalkan rumah sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah sendiri
(31)
sebenarnya sudah termasuk ke dalam produk industri pariwisata, karena kalau tidak motivasi untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata itu dapat dikatakan tidak ada, padahal kita sangat meyakini bahwa pada suatu daerah tujuan wisata sudah pasti ada objek dan atraksi wisata, (Yoeti, 1996 : 177-178).
2.6 Pengertian Industri Pariwisata
Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan, tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi tempat kedudukan, letak geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan metode atau cara pemasarannya. Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa (goods and services) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya selama dalam perjalananya.
Pengertian industri pariwisata akan semakin lebih jelas bila kita mempelajarinya dari jasa atau produk yang dihasilkannya atau pelayanan yang diharapkan wisatawan bilamana ia sedang dalam perjalanan atau perlawatanya. Dengan tujuan ini akan terlihat tahap-tahap di mana konsumen (wisatawan) memerlukan pelayanan (service) tertentu. Pendekatan ini beranggapan bahwa produk dari industri pariwisata adalah semua jasa yang diberikan oleh macam-macam perusahahan, semenjak seseorang wisatawan meninggalkan tempat kediamannya, sampai di tempat tujuan, hingga kembali ke tempat asalnya.
(32)
Dapat dibayangkan betapa banyaknya jasa-jasa yang diperlukan oleh wisatawan kalau hendak melakukan perjalanan pariwisata, semenjak ia berangkat sampai ia kembali ke rumah kediamannya. Jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan tersebut tidak hanya dihasilkan oleh satu perusahaan saja, tetapi dihasilkan oleh perusahaan yang berbeda fungsi dan proses pemberian pelayanannya. Jadi, ada serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa yang diperlukan oleh wisatawan. Oleh karena itu, produk industri pariwisata adalah merupakan suatu package, baik perjalanan itu diurus oleh travel agent atau tidak.
Pada dasarnya ada tiga golongan pokok produk industri pariwisata tersebut yaitu :
a.Tourist objectatau objek pariwisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata, yang menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.
b. Fasilitas yang diperlukan di tempat tujuan tersebut, seperti akomodasi perhotelan (accomodation), bar dan restoran (catering), entertainment dan rekreasi.
c. Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan (tourist generating countries) dengan daerah tujuan wisatawan (tourist destination area) serta transportasi di tempat tujuan (local transportation) ke objek-objek pariwisata.
Secara terperinci dapat kita gambarkan jasa-jasa yang merupakan produk industri pariwisata yang dibutuhkan seorang wisatawan, semenjak wisatawan meninggalkan tempat kediamannya hingga kembali ke rumahnya sebagai berikut :
(33)
a. Jasa-jasa Travel Agent untuk mengurus dokumen perjalanan seperti passport,exit-permit, visa, ataupun tickets pesawat udara.
b. Jasa-jasaTaxi Service/Coachbus untuk transfer dari rumah ke airport waktu berangkat (departure) begitu juga sebaliknya dari airport ke hotel waktu datang (arrival).
c. Jasa-jasa maskapai penerbangan (airlines) yang akan membawa ke tempat tujuan.
d. Jasa-jasa akomodasi perhotelan/motel di tempat yang dituju selama tinggal berkunjung di sana.
e. Jasa-jasa Tour Operator untuk kegiatan sight seeing tour ke objek-objek pariwisata
f. Jasa-jasa yang diberikan pada objek pariwisata, atraksi wisatawan, dan entertainment di tempat yang dikunjungi.
g.Jasa-jasa Bar dan restoran, baik di dalam hotel maupun di luar hotel h.Jasa-jasasouvenirshopdanhandicraft center.
Produk industri pariwisata memiliki ciri-ciri seabagai berikut :
a. Hasil atau produk industri pariwisata itu tidak dapat dipindahakan, karena itu dalam penjualannya tidak mungkin produk itu sendiri dibawa kepada konsumen, sebaiknya konsumen (dalam hal ini wisatawan) yang harus dibawa ke tempat produk tersebut dihasilkan.
b. Pada umumunya peranan perantara tidak diperlukan, karena proses produksi terjadi pada saat bersamaan dengan konsumsi.
c. Hasil atau produk industri pariwisata tidak dapat ditimbun, seperti halnya terjadi pada industri barang lainnya.
(34)
d. Hasil atau produk industri pariwisata itu tidak mempunyai standard atau ukuran yang objektif.
e. Permintaan terhadap hasil atau industri pariwisata tidak tepat dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non-ekonomis.
f. Calon konsumen tidak dapat mencoba atau mencicipi produk yang akan dibelinya.
g. Hasil atau produk industri pariwisata itu banyak bergantung pada tenaga manusia dan sedikit sekali yang dapat digantikan dengan mesin.
h. Dari segi pemilik usaha, penyediaan produk industri pariwisata dengan membangun sarana kepariwisataan yang memakan biaya besar, mempunyai resiko yang tinggi, karena perubahan elastis permintaan sangat peka sekali, (Yoeti, 1990 : 14-17).
2.7 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata 2.7.1 Sarana Pariwisata
Sarana merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja, dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama / pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung dan hidup serta kehidupannya banyak tergantung pada kedatangan wisatawan.
Kita mengenal ada tiga macam sarana kepariwisataan, dimana satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Dalam hubungan usaha setiap negara untuk membuat wisatawan lebih banyak datang, lebih lama tinggal, lebih
(35)
banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang dikunjunginya, maka ketiga sarana ini sangat memegang peranan penting. Ketiga sarana yang dimaksudkan ialah :
a.Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Suprastructure).
Sarana Pokok Kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada lalu lintas wisatawan dan travellers lainnya. Fungsinya ialah menyediakan fasilitas`pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Perusahaan perusahaan yang termasuk kelompok ini adalah :
1) Perusahaan-perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan atau disebut dengan Receptive Tourist Plan yaitu perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour,sightseeing bagi wisatawan, seperti travel agent, tour operator, dan lain-lain.
2) Perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan wisata atau disebut dengan Residential Tourist Plan yaitu perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan, misalnya hotel, hostel, home stay, cottage,dan sebagainya.
b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Suprastructure) Sarana pelengkap kepariwisataan adalah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di tempat atau daerah yang dikunjunginya. Dalam literatur kepariwisataan dikenal dengan istilah
(36)
Recreative and Sportive Plant dan yang termasuk dalam kelompok ini ialah fasilitas untuk olah raga, dan sebaganya.
c. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Suprastructure) Sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan (khususnya business tourist), yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap, tetapi fungsinya yang lebih penting adalah yang dikunjunginya tersebut. Yang termasuk dalam kelompok ini yaitu : Night Club,Casino,Souvenirshop, bioskop, dan lain-lain (Yoeti, 1990 : 12-14).
2.7.2 Prasarana Pariwisata
Prasarana dalam kepariwisataan sama seperti prasarana dalam perekonomian pada umumnya, karena kegiatan kepariwisataan pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu sektor kegiatan perekonomian juga. Prasarana (infrastructure) adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya (Yoeti, 1990 : 11). Jadi, fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Dalam pengertian ini yang termasuk dalam prasarana adalah :
a. Prasarana Umum (General Infrastructure).
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran perekonomian dan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah:
(37)
Pembangkit tenaga listrik.
Jaringan jalan raya dan jembatan.
Airport, pelabuhan laut, terminal, stasion.
Kapal tambang (Ferry), kereta api dan lain-lain.
Telekomunikasi.
b. Kebutuhan masyarakat banyak (Basic Needs of Civilized Life).
yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak dan termasuk dalam kelompok ini ialah Rumah Sakit, Kantor Pos, Pompa bensin, Administration Offices (Pemerintahan Umum, Polisi, Pengadilan, Badan-badan Legislatif, dan sebaginya).
2.8 Pengertian Wisata Belanja (Shopping Tourism)
Belanja adalah mengeluarkan uang untuk mendapatkan barang yang diharapkan mempunyai nilai yang seimbang. Tetapi, terkadang uang yang dikeluarkan tidak setara dengan nilai barang yang dibeli. Kemampuan belanja adalah kemampuan khusus yang tidak semua orang memilikinya,
(www.anneahira.com/-pengertian-belanja-.htm).
Salah satu kegiatan menyenangkan adalah belanja atau shopping bahkan sebagian menganggap belanja adalah kegiatan rekreasi atau penghiburan diri dari perasaan lelah dan mungkin juga stress dari segala permasalahan hidup. Saat ini belanja adalah bagian dari rekreasi karena telah tersedianya tempat-tempat belanja yang komplit, menyenangkan, bersih, serta dikemas modern. Sentuhan belanja modern sebagai bentuk telah meningkatnya taraf kehidupan masyarakat saat ini. Di tempat belanja modern kita tidak perlu susah
(38)
menyiapkan anggaran cash. Segala fasilitas tersedia dan cepat sehingga belanja modern lebih efektif dan efisien yang dikemas dalam.Wisata adalah kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Belanja artinya kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang secara sukarela tanpa ada paksaan untuk membeli segala keperluan yang dibutuhkan. Maka, wisata belanja secara singkat disimpulkan sebagai suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang bukan sekedar hanya jalan-jalan tetapi sekaligus untuk membeli kaperluan dan melihat-lihat serta menikmati daya tarik dari kawasan wisata belanja tersebut.
Belanja bukan sekedar pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan keluarga. Belanja adalah aktifitas kompleks bagi wanita. Rekreasi dan pengetahuan serta kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari aktifitas belanja. Perkembangan zaman menyebabkan banyak orang berkreasi dalam berbelanja. Salah satunya dari perusahaan berusaha memikat masyarakat dengan menciptakan pola belanja dalam bentuk permainan.
Belanja, makan, rileks merupakan tiga hal pasti menjadi agenda utama saat melancong ke kota wisata. Di mana pun tempat berlibur, belanja oleh-oleh atau koleksi sendiri jadi urutan kedua, pertama dalam itinerary. Terakhir jika badan rasanya amat letih dan kaki pegal setelah seharian berburu oleh-oleh di pasar, mampir juga ke tempat rileksasi untuk body message atau foot spa, (Sulung, 2009 : 3).
Salah satu kenikmatan tinggal di Ibukota adalah dimanjakan dengan banyaknya pilihan tempat belanja seperti Mall atau pasar modern yang memiliki komoditi khas dengan harga grosir khusus untuk pedagang.
(39)
Pembangunan sampai diberbagai sektor yang telah dilaksanakan saat ini telah berhasil membawa dan meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bangsa ke arah tingkat hidup yang lebih baik. Sebagai konsekuensi logis dari kondisi tersebut hampir di semua kota terutama kota-kota besar di seluruh Indonesia berkembang pusat-pusat perbelanjaan yang menyediakan berbagai kebutuhan baik kebutuhan pokok maupun kebutuhan lainnya. Perkembangan tersebut pada akhirnya mengarah kepada terciptamya pusat-pusat pertokoan, pusat perbelanjaan dengan masing-masing spesifikasinya yang menjadi daya tarik wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Pusat-pusat perbelanjaan tersebut memiliki fasilitas-fasilitas sosial yang sangat mendukung terhadap pengunjung yaitu di pusat perbelanjaan besar dan modern banyak di sediakan fasilitas pendukung yang menguntungkan, misalkan saja sebagai seorang ibu dengan anak balita kita tidak perlu repot menggendong anak kesana kemari karena telah disediakan troli belanja. Troly belanja saat ini lebih variatif dengan bentuk lucu sehingga sangat diminati anak-anak. Selain hal itu juga ada beberapa pusat Mall yang menyediakan tempat bermain anak bahkan disediakan lomba menggambar atau mewarnai agar ibu anak tersebut nyaman belanja, sementara si anak akan diawasi oleh ayah atau pengasuhnya.
Bagi warga urban, belanja sudah menjadi ritual rutin yang bisa menyenangkan. Bukan sekadar membeli atau memenuhi aneka kebutuhan hidup sehari-hari, juga menikmati kenyamanan, kelengkapan, dan fasilitas menjadi tuntutan terhadap pusat-pusat belanja. Tempat belanja yang disukai masyarakat modern adalah yang menawarkan konsep one-stop shopping. Sangat nyaman, aman lengkap disertai petunjuk yang memberikan
(40)
pengetahuan yang bermanfaat untuk semua produknya. Kehadiran pusat belanja harus disesuaikan dengan gaya hidup masyarakat aktual. Kebutuhan belanja dan rekreasi dalam setiap kunjungan di tempat belanja yang luas, aman, nyaman, dan terjangkau. Di mancanegara, seperti Paris New York, London, Jepang, Hong Kong, dan Singapura, kita gampang mendapati penyajian tempat belanja berkonsep modern.
Pakar belanja Indonesia, mengatakan sensasi yang diciptakan tempat belanja adalah bagian dari konsep menjemput bola dan memanjakan pengunjung. Konsepnya modern sesuai dengan gaya hidup. Jadi tidak sekedar belanja, tapi juga ada rekreasi, menikmati hiburan, dan mendapatkan pengetahuan, (http:/bataviase.co.id/node137469).
(41)
BAB II
URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN
2.1 Pengertian WisataWisata dalam bahasa inggris disebut tour yang secara etimologi berasal dari kata Torah (Ibrani) yang berarti belajar, Tornus (Bahasa Latin) yang berarti alat untuk membuat lingkaran, dan dalam bahasa Perancis Kuno disebut Tour yang berarti mengelilingi sirkuit. Pada umumnya orang memberi padanan kata wisata dengan rekreasi, wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan wisata.
Menurut Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik. Wisata adalah sebuah perjalanan dimana seseorang dalam perjalanannya singgah sementara dibeberapa tempat akhirnya kembali lagi ke tempat asal dimana ia mulai melakukan perjalanan.
Wisata memiliki karakteristik - karakteristik antara lain :
1. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.
2. Melibatkan komponen-komponen wisata, misalnya transportasi, akomodasi, restoran, objek wisata, toko cinderamata dan lain-lain.
3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek wisata dan atraksi wisata. 4. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.
(42)
memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi.
Berdasarkan pada ketentuan WATA (World Association of Travel Agent = Perhimpunan Agen Perjalanan Sedunia), wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota baik di dalam maupun di luar negeri. Wisata itu juga tidak harus mengelilingi suatu tempat atau kota, bisa saja hanya melewatinya saja tanpa berkeliling.
Selain itu perjalanan tidak harus dilakukan oleh biro atau kantor perjalanan, bisa saja perjalanan itu dilakukan oleh perorangan maupun kelompok dengan menggunakan kendaraan pribadi atau umum yang statusnya bukan milik biro perjalanan. Walaupun menggunakan biro perjalanan, letaknya tidak harus di dalam kota, karena biasanya orang lebih memilih kualitas pelayanan. Maka, wisata adalah perjalanan yang dilakukan seorang atau sekelompok orang lebih dari tiga hari dengan menggunakan kendaraan pribadi, umum, atau biro tertentu dengan tujuan untuk melihat-lihat berbagai tempat atau suatu kota baik di dalam negeri maupun diluar negeri.
2.2 Pengertian Pariwisata
Secara etimologi pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu kata
Pari berarti halus maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan Wisata
yang berarti kunjungan atau perjalanan untuk melihat, mendengar, menikmati, dan mempelajari sesuatu. Jadi, pariwisata berarti menyuguhkan suatu kunjungan secara bertatakrama dan berbudi, (Kencana, 2009 : 14).
(43)
Pariwisata merupakan keseluruhan kegiatan, proses dan kaitan-kaitan yang berhubungan dengan perjalanan dan persinggahan dari orang-orang di luar tempat tinggalnya serta tidak dengan maksud mencari nafkah. Berdasarkan Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan denga wisata termasuk pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Pariwisata dapat juga dilihat sebagai suatu bisnis yang berhubungan dengan penyediaan barang atau jasa bagi wisatawan dan menyangkut setiap pengeluaran oleh untuk wisatawan atau pengunjung dalam perjalanannya. Dunia Pariwisata memiliki tiga bentuk komponen sederhana, yaitu :
1. Asal, tempat tinggal wisatawan.
2. Perjalanan, sarana untuk tiba di tempat tujuan dan kembali ke tempat asal. 3. Tujuan, tempat kunjungan yang jauh dari tempat asal.
Pariwisata dewasa ini adalah sebuah mega bisnis, jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk menghabiskan waktu luang (leisure). Hal ini menjadi bagian penting dalam kehidupan dan gaya hidup di negara-negara maju namun demikian memosisikan pariwisata sebagai esensial dalam kehidupan sehari-hari merupakan fenomena yang relatif baru, (Pitana dan Diarta, 2009 : 31).
Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar, yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri, meliputi tempat tinggal orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang bernekaragam dan berbeda dengan apa yang dialami di mana orang tersebut memperoleh pekerjaan tetap. Pariwisata adalah salah satu jenis industri biasa maupun yang menghasilkan
(44)
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup dan menstimulasi sektor-sektor produksi lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri-industri klasik yang sebenarnya seperti industri kerajinantangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri.
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok dari tempat tinggal asalnya ke suatu tempat baik di dalam wilayah negara sendiri atau di negara lain dalam jangka waktu tertentu. Pariwisata juga dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain.
Menurut Hermann V. Schulalard (dalam Yoeti 1996 : 115), seorang ahli ekonomi Bangsa Austria, dalam tahun 1910 telah memberikan batasan pariwisata sebagai berikut :
Torism is the sum of operations, mainly of an economic nature, which directly to the entry, stay and movement of foreigner inside certain country, city or region .
Batasan yang lebih bersifat teknis dikemukakan oleh Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapt tahun 1942, di mana batasan yang diberikannya sebagai berikut :
Tourism is the totally of the relationship and phenomena arising from the travel and stay of strangers (Ortsfremde), provide the stay does not imply the establishment of a permanent resident .
(45)
Menurut Prof. Salah Wahab (dalam Yoeti 1996 : 116.), pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri / di luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap. Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.
Kemudian Prof. Salah Wahab (Bangsa Mesir), dalam bukunya yang berjudul yang berjudul An Introduction on Tourism Theory mengemukakan bahwa batasan pariwisata hendaknya memperlihatkan anatomi dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga unsur, yaitu :
Manusia (Man), yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata.
Ruang (Space), yaitu daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.
Waktu (Time), yaitu waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilaukan sementara dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi akan tetapi adalah untuk menikmati perjalanan tersebut guna rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam tanpa paksaan (sukarela).
Dari keseluruhan uraian tersebut, maka ilmu pariwisata adalah ilmu yang mempelajari bagaimana suatu negara baik pemerintahnya sabagai penguasa maupun masyarakatnya sebagai yang diperintah, menyuguhkan
(46)
kepada tamu-tamu mereka yang akan datang berkunjung meliahat keindahan pemandangan, sejarah bangsa tersebut dan menikmati seni budaya negeri dan halus berbudi dalam arti agamis.
2.3 Pengertian Kepariwisataan
Kepariwisataan merupakan keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat yang ditujukan untuk menata kebutuhan perjalanan dan persinggahan. Kepariwisataan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata. Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Sesuai perkembangan, kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik untuk tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan sesuai dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada, (Marpaung, 2002 : 19).
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan pasal 4 bahwa kepariwisataan bertujuan untuk :
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
(47)
c. Menghapus kemiskinan d. Mengatasi pengangguran
e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya f. Memajukan kebudayaan
g. Mengangkat citra bangsa h. Memupuk rasa cinta tanah air
i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa j. Mempererat persahabatan antar bangsa
Hal-hal yang berhubungan dengan kepariwisataan hendaknya memenuhi syarat sapta pesona pariwisata, (Muljadi, 2009 : 103-107), yaitu : a. Aman
Wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila merasa aman, tenteram, tidak takut, terlindungi dan bebas dari tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti kecopetan, pemerasan, penodongan, penipuan dan lain sebagainya. Kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang kurang baik, seperti kendaraan, peralatan, untuk makan dan minum, lift, alat perlengkapan rekreasi atau olah raga. Gangguan oleh masyarakat, antara lain berupa pemaksaan oleh pedagang asongan tangan jail, ucapan dan tindakan serta perilaku yang tidak bersahabat.
b. Tertib
Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur, rapi dan lancar serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat, misalnya : lalu lintas tertib, teratur dan lancar, alat angkutan datang dan berangkat tepat pada waktunya.
(48)
c. Bersih
Bersih merupakan suatu keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran. Wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat seperti : Lingkungan yang bersih baik di rumah sendiri maupun di tempat-tempat umum, seperti di hotel, restoran, angkutan umum, tempat rekreasi, tempat buangair kecil/besar dan lain sebagainya. d. Sejuk
Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberi suasana atau keadaan sejuk, nyaman dan tenteram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berada di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam ruangan, misalnya ruangan kerja/belajar, ruangan makan, ruangan tidur dan lain sebagainya.
e. Indah
Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan sedap dipandang disebut indah. Indah dapat dilihat dari berbagai segi, seperti dari segi tata warna, tata letak, tata ruang bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi dan selaras, sehingga memberi kesan yang enak dan cantik untuk dilihat. Indah yang selalu sejalan dengan bersih dan tertib serta tidak terpisahkan dari lingkungan hidup baik berupa ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maupun hasil karya manusia.
f. Ramah Tamah
Ramah tamah merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati. Ramah tamah tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan
(49)
kepribadian kita ataupun tidak tegas dalam menentukan sesuatu keputusan atau sikat. Ramah, merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya, yang selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang baik. Sikap ramah tamah ini merupakan satu daya tarik bagi wisatawan, oleh karena itu harus kita pelihara terus.
g. Kenangan
Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan dapat berupa yang indah dan menyenangkan, akan tetapi dapat pula yang tidak menyenangkan. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan perasaan wisatawan dari pengalaman berpariwisata di Indonesia, dengan sendirinya adalah yang indah dan menyenangkan.
2.4 Bentuk-bentuk Pariwisata
Nyoman S. Pendit, (1990) dalam bukunya, Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, mengemukakan bentuk pariwisata dapt dibagi menurut kategori sebagi berikut :
a)Menurut Asal Wisatawan.
Pariwisata dalam negeri atau pariwisata nusantara yaitu pariwisata dalam negeri.
Pariwisata internasional atau pariwisata nusantara yaitu pariwisata luar negeri.
b)Menurut Akibatanya terhadap Neraca Pemabayaran.
Pariwisata aktif yaitu kedatangan wisatawan ke dalam negeri memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar negeri.
(50)
Pariwisata pasif yaitu warga negara yang ke luar negeri memberikan efek negatif terhadap neraca pembayaranluar negeri.
c)Menurut Jangka Waktu.
Pariwisata jangka pendek yaitu apabila wisatawan yang berkunjung ke suatu DTW hanya beberapa hari saja.
Pariwisata Jangka Panjang yaitu apabila wisatawan yang berkunjung ke DTW waktunya sampai berbulan-bulan yang membedakan adalah lama tinggal.
d)Menurut Jumlah Wisatawan.
Pariwisata tunggal yaitu apabila wisatawan yang berpergian hanya satu orang atau satu keluarga.
Pariwisata rombongan yaitu apabila wisatawan yang berpergian satu kelompok atau rombongan yang berjumlah 15 sampai dengan 20 orang atau lebih.
e)Menurut Alat Angkut yang Dipergunakan.
Pariwisata udara.
Pariwisata laut.
Pariwisata kereta api.
Pariwisata mobil.
2.5 Pengertian Objek Wisata dan Atraksi Wisata
Salah satu unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah objek wisata dan atraksi wisata. Dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak dijumpai istilah objek wisata seperti yang biasa dikenal di Indonesia. Untuk pengertian objek wisata mereka lebih banyak
(51)
menggunakan istilah tourist attractions , yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tujuan.
Objek wisata adalah suatu kawasan terencana sebagai atau seluruhnya dilengkapi dengan amenitas dan pelayanan produk wisata, fasilitas rekreasi, restoran, hotel, atraksi, hiburan, dan toko pengecer yang dibutuhkan pengunjung. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990 Tentang Pokok-Pokok Kepariwisataan BAB I Pasal I bahwa objek wisata adalah segala sesuatu yang berupa dan berasal dari alam dan budaya masyarakat serta potensi ekonomi yang dapat ditawarkan untuk menarik minat wisatawan .
Atraksi wisata adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu dan mempunyai ciri-ciri yang sangat penting untuk keperluansight seeing, rekreasi, berbelanja, hiburan, dan bentuk-bentuk lain dari suatu hiburan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan BAB I Pasal I bahwa Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman , kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan wisatawan .
Kawasan dapat berupa suatu provinsi, kabupaten, kecamatan, bahkan suatu desa. Banyak objek wisata di Indonesia sekarang yang tidak secara sadar dikembangkan untuk menarik minat pengunjung, seperti kota dengan bangunan kuno, kota peristirahatan dan lain-lainnya. Di tempat tempat tujuan harus ada fasilitas pelayanan yang cukup untuk pengunjung seperti : rekreasi, hiburan, pertokoan, eceran, pemadam kebakaran, polisi dan fasilitas kesehatan juga
(52)
harus tersedia atau dikembangkan. Hal ini penting untuk suatu objek wisata harus memiliki daya tarik atau atraksi, baik psikologi maupun yang nyata untuk menarik perhatian wisatawan.
Terdapat banyak jenis daya tarik wisata dan dibagi dalam berbagai macam sistem klasifikasi daya tarik. Secara garis besar daya tarik wisata diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi, (Marpaung, 2002 : 80), yaitu :
1. Daya tarik alam. 2. Daya tarik budaya.
3. Daya tarik buatan manusia.
Walaupun demikian ada yang membagi jenis objek dan daya tarik wisata ini ke dalam dua kategori saja, yaitu :
1. Objek dan daya tarik wisata alam.
2. Objek dan daya tarik wisata sosial budaya.
Perencenaan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam maupun sosial budaya harus berdasarkan pada kebijakan rencana pembangunan nasional maupun regional. Jika kedua kebijakan rencana tersebut belum tersusun, tim perencana pengembangan objek daya tarik wisata harus mampu mengansumsikan rencana kebijakan yang sesuai dengan area yang bersangkutan.
Ditinjau dari sudut pemasaran pariwisata, terutama dalam rangka mengembangkan produk baru, sesungguhnya suatu daerah tujuan wisata mempunyai banyak hal yang dapat ditawarkan sebagai daya tarik wisatawan kepada pasar yang berbeda-beda dengan selera wisatawan dan yang penting diperhatikan dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah
(53)
tujuan wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam macam-macam pasar, harus memenuhi tiga syarat, yaitu :
a) Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai something to see .
Artinya, di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata, yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain. Dengan perkataan lain, daerah itu harus mempunyai daya tarik yang khusus, di samping itu harus mempunyai pula atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai
entertainments bila orang datanga ke sana.
b)Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah something to do . Artinya, di tempat tersebut banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama di tempat itu.
c) Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah something to buy . Artinya, di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk belanja (shopping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.
Membicarakan objek dan atraksi wisata ada baiknya dikaitkan dengan pengertian product dari industri pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu, karena sampai sekarang masih dijumpai perbedaan pendapat antara beberapa ahli mengenai pengertian product industri pariwisata di satu pihak dan objek wisata di lain pihak. Produk indusrti pariwisata, meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan, atau dinikmati wisatawan, semenjak ia meninggalkan rumah sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah sendiri
(54)
sebenarnya sudah termasuk ke dalam produk industri pariwisata, karena kalau tidak motivasi untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata itu dapat dikatakan tidak ada, padahal kita sangat meyakini bahwa pada suatu daerah tujuan wisata sudah pasti ada objek dan atraksi wisata, (Yoeti, 1996 : 177-178).
2.6 Pengertian Industri Pariwisata
Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan, tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi tempat kedudukan, letak geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan metode atau cara pemasarannya. Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa (goods and services) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya selama dalam perjalananya.
Pengertian industri pariwisata akan semakin lebih jelas bila kita mempelajarinya dari jasa atau produk yang dihasilkannya atau pelayanan yang diharapkan wisatawan bilamana ia sedang dalam perjalanan atau perlawatanya. Dengan tujuan ini akan terlihat tahap-tahap di mana konsumen (wisatawan) memerlukan pelayanan (service) tertentu. Pendekatan ini beranggapan bahwa produk dari industri pariwisata adalah semua jasa yang diberikan oleh macam-macam perusahahan, semenjak seseorang wisatawan meninggalkan tempat kediamannya, sampai di tempat tujuan, hingga kembali ke tempat asalnya.
(55)
Dapat dibayangkan betapa banyaknya jasa-jasa yang diperlukan oleh wisatawan kalau hendak melakukan perjalanan pariwisata, semenjak ia berangkat sampai ia kembali ke rumah kediamannya. Jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan tersebut tidak hanya dihasilkan oleh satu perusahaan saja, tetapi dihasilkan oleh perusahaan yang berbeda fungsi dan proses pemberian pelayanannya. Jadi, ada serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa yang diperlukan oleh wisatawan. Oleh karena itu, produk industri pariwisata adalah merupakan suatu package, baik perjalanan itu diurus oleh travel agent atau tidak.
Pada dasarnya ada tiga golongan pokok produk industri pariwisata tersebut yaitu :
a.Tourist objectatau objek pariwisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata, yang menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.
b. Fasilitas yang diperlukan di tempat tujuan tersebut, seperti akomodasi perhotelan (accomodation), bar dan restoran (catering), entertainment dan rekreasi.
c. Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan (tourist generating countries) dengan daerah tujuan wisatawan (tourist destination area) serta transportasi di tempat tujuan (local transportation) ke objek-objek pariwisata.
Secara terperinci dapat kita gambarkan jasa-jasa yang merupakan produk industri pariwisata yang dibutuhkan seorang wisatawan, semenjak wisatawan meninggalkan tempat kediamannya hingga kembali ke rumahnya sebagai berikut :
(56)
a. Jasa-jasa Travel Agent untuk mengurus dokumen perjalanan seperti passport,exit-permit, visa, ataupun tickets pesawat udara.
b. Jasa-jasaTaxi Service/Coachbus untuk transfer dari rumah ke airport waktu berangkat (departure) begitu juga sebaliknya dari airport ke hotel waktu datang (arrival).
c. Jasa-jasa maskapai penerbangan (airlines) yang akan membawa ke tempat tujuan.
d. Jasa-jasa akomodasi perhotelan/motel di tempat yang dituju selama tinggal berkunjung di sana.
e. Jasa-jasa Tour Operator untuk kegiatan sight seeing tour ke objek-objek pariwisata
f. Jasa-jasa yang diberikan pada objek pariwisata, atraksi wisatawan, dan entertainment di tempat yang dikunjungi.
g.Jasa-jasa Bar dan restoran, baik di dalam hotel maupun di luar hotel h.Jasa-jasasouvenirshopdanhandicraft center.
Produk industri pariwisata memiliki ciri-ciri seabagai berikut :
a. Hasil atau produk industri pariwisata itu tidak dapat dipindahakan, karena itu dalam penjualannya tidak mungkin produk itu sendiri dibawa kepada konsumen, sebaiknya konsumen (dalam hal ini wisatawan) yang harus dibawa ke tempat produk tersebut dihasilkan.
b. Pada umumunya peranan perantara tidak diperlukan, karena proses produksi terjadi pada saat bersamaan dengan konsumsi.
c. Hasil atau produk industri pariwisata tidak dapat ditimbun, seperti halnya terjadi pada industri barang lainnya.
(57)
d. Hasil atau produk industri pariwisata itu tidak mempunyai standard atau ukuran yang objektif.
e. Permintaan terhadap hasil atau industri pariwisata tidak tepat dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non-ekonomis.
f. Calon konsumen tidak dapat mencoba atau mencicipi produk yang akan dibelinya.
g. Hasil atau produk industri pariwisata itu banyak bergantung pada tenaga manusia dan sedikit sekali yang dapat digantikan dengan mesin.
h. Dari segi pemilik usaha, penyediaan produk industri pariwisata dengan membangun sarana kepariwisataan yang memakan biaya besar, mempunyai resiko yang tinggi, karena perubahan elastis permintaan sangat peka sekali, (Yoeti, 1990 : 14-17).
2.7 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata 2.7.1 Sarana Pariwisata
Sarana merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja, dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama / pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung dan hidup serta kehidupannya banyak tergantung pada kedatangan wisatawan.
Kita mengenal ada tiga macam sarana kepariwisataan, dimana satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Dalam hubungan usaha setiap negara untuk membuat wisatawan lebih banyak datang, lebih lama tinggal, lebih
(58)
banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang dikunjunginya, maka ketiga sarana ini sangat memegang peranan penting. Ketiga sarana yang dimaksudkan ialah :
a.Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Suprastructure).
Sarana Pokok Kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada lalu lintas wisatawan dan travellers lainnya. Fungsinya ialah menyediakan fasilitas`pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Perusahaan perusahaan yang termasuk kelompok ini adalah :
1) Perusahaan-perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan atau disebut dengan Receptive Tourist Plan yaitu perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour,sightseeing bagi wisatawan, seperti travel agent, tour operator, dan lain-lain.
2) Perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan wisata atau disebut dengan Residential Tourist Plan yaitu perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan, misalnya hotel, hostel, home stay, cottage,dan sebagainya.
b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Suprastructure) Sarana pelengkap kepariwisataan adalah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di tempat atau daerah yang dikunjunginya. Dalam literatur kepariwisataan dikenal dengan istilah
(59)
Recreative and Sportive Plant dan yang termasuk dalam kelompok ini ialah fasilitas untuk olah raga, dan sebaganya.
c. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Suprastructure) Sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan (khususnya business tourist), yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap, tetapi fungsinya yang lebih penting adalah yang dikunjunginya tersebut. Yang termasuk dalam kelompok ini yaitu : Night Club,Casino,Souvenirshop, bioskop, dan lain-lain (Yoeti, 1990 : 12-14).
2.7.2 Prasarana Pariwisata
Prasarana dalam kepariwisataan sama seperti prasarana dalam perekonomian pada umumnya, karena kegiatan kepariwisataan pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu sektor kegiatan perekonomian juga. Prasarana (infrastructure) adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya (Yoeti, 1990 : 11). Jadi, fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Dalam pengertian ini yang termasuk dalam prasarana adalah :
a. Prasarana Umum (General Infrastructure).
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran perekonomian dan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah:
(60)
Pembangkit tenaga listrik.
Jaringan jalan raya dan jembatan.
Airport, pelabuhan laut, terminal, stasion.
Kapal tambang (Ferry), kereta api dan lain-lain.
Telekomunikasi.
b. Kebutuhan masyarakat banyak (Basic Needs of Civilized Life).
yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak dan termasuk dalam kelompok ini ialah Rumah Sakit, Kantor Pos, Pompa bensin, Administration Offices (Pemerintahan Umum, Polisi, Pengadilan, Badan-badan Legislatif, dan sebaginya).
2.8 Pengertian Wisata Belanja (Shopping Tourism)
Belanja adalah mengeluarkan uang untuk mendapatkan barang yang diharapkan mempunyai nilai yang seimbang. Tetapi, terkadang uang yang dikeluarkan tidak setara dengan nilai barang yang dibeli. Kemampuan belanja adalah kemampuan khusus yang tidak semua orang memilikinya,
(www.anneahira.com/-pengertian-belanja-.htm).
Salah satu kegiatan menyenangkan adalah belanja atau shopping bahkan sebagian menganggap belanja adalah kegiatan rekreasi atau penghiburan diri dari perasaan lelah dan mungkin juga stress dari segala permasalahan hidup. Saat ini belanja adalah bagian dari rekreasi karena telah tersedianya tempat-tempat belanja yang komplit, menyenangkan, bersih, serta dikemas modern. Sentuhan belanja modern sebagai bentuk telah meningkatnya taraf kehidupan masyarakat saat ini. Di tempat belanja modern kita tidak perlu susah
(1)
e.Sebagai rekreasi keluarga atau sekedar cuci mata. f.Meningkatkan pajak penghasilan daerah.
g. Mengangkat citra kota. h.Memupuk rasa cinta tanah air.
(2)
BAB V
PENUTUP
Kegiatan kepariwisataan sudah menjadi salah satu kebutuhan, keinginan yang harus dipenuhi dan tidak lagi bersifat umum namun lebih spesifik. Sehingga melahirkan kelompok wisatawan dengan keinginan yang berbeda-beda, keadaan itu terus berkembang dan berubah di masa-masa yang akan datang. Perkembangan tersebut pada akhirnya mengarah kepada terciptanya pusat-pusat pertokoan, pusat perbelanjaan dengan masing-masing spesifikasinya yang menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik wisatwan nusantara maupun wisata mancanegara.
Mall merupakan salah satu pusat perbelanjaan modern yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang berkunjung ke daerah tujuan wisata sebagai wisata belanja sehingga Mall yang terletak di daerah perkotaan mengalami perkembangan pesat salah satunya Mall yang di Kota Medan. Perkembangan Mall menurut hasil wawacara bahwa Mall di kota Medan dari mulai berdiri hingga sekarang mengalami perkembangan yang sangat baik, banyak sarana dan prasarana yang sudah dikembangkan juga.
Pusat perbelanjaan yang berada di Kota Medan mempunyai karateristik yang berbeda-beda, pengelolaan dan pelayanan yang berbeda-beda. Salah satu
(3)
belanja yang komplit, menyenangkan, bersih, serta dikemas modern. Sentuhan belanja modern sebagai bentuk telah meningkatnya taraf kehidupan masyarakat saat ini.
(4)
DAFTAR INFORMAN
1.
Nama : Yakobus RaymondJenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Jend. Gatot Subroto No. 30 Pekerjaan : Pegawai Swasta Plaza Medan Fair
Umur : 27
Lama tinggal di Medan : 7 Tahun
2.
Nama : Rudiman. SJenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Jamin Ginting No.309 P.Bulan Medan
Pekerjaan : Pegawai Swasta Carrefour Umur: 28 Lama tinggal di Medan : 12 Tahun
3.
Nama : Tonggo SitorusJenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Melur II No.23 Helvtia
(5)
4.
Nama : Emmy Suryati Jenis Kelamin : PerempuanAlamat : Jl. Melur 2 No. 108
Pekerjaan : Pegawai Swasta Thamrin Plaza
Umur : 40
Lama tinggal di Medan : 40 Tahun
5.
Nama : FirmanJenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Binjai KM 7,5 Gg. Dame Pekerjaan : Pegawai Swasta Sun Plaza
Umur : 23
Lama tinggal di Medan : 7 Tahun
6.
Nama : MeddyJenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Rawa Cangkuk No.1 Medan Pekerjaan : Pegawai Swasta Sun PLaza
Umur : 35
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Anne Ahira, Pengertian Belanja, www.anneahira.com/pengertian-belanja-langsung.htm, diakses 10 Maret 2011.
A.J. Muljadi. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : PT. ajagrafindo Persada.
Badan Pusat Statistika, Medan Dalam Angka 2010. Agus santosa.
Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta : Universitas Indonesia.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Pusat_perbelanjaan_di_Medan, diakses 11 Maret 2011.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_perbelanjaan, diakses 11 Maret 2011. Http://www.pemkomedan.go.id/pariwisata_list.php?category=Pusat%20Perbel
anjaan, diakses 12 Maret 2011.
Http://www.shopingmall.blogspot.com/, diakses 11 Maret 2011.
Marpaung, Happy dkk. 2002.Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta. Marpaung, Happy. 2002.Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta. Pemerintahan Sumatera Utara, http://www.sumutprov.go.id/ongkam.php,
diakses 12 Maret 2011.
Pendit, Nyoman S. 1990. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : T. Pradnya Paramita.
Pitana, Igde dkk. 2009.Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogjakarta : Andi
Syafiie, Inu, Kencana, Drs. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Mandar Maju.