Dasar Hukum Pemungutan PPN pada Pengusaha Emas Subjek dan Objek PPN

commit to user xlvii

b. Garis Besar Pajak Pertambahan Nilai

1. Dasar Hukum Pemungutan PPN pada Pengusaha Emas

Beberapa peraturan yang dijadikan acuan: a Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007. b Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. c Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83KMK.032002 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Emas Perhiasan oleh Pengusaha Toko Emas Perhiasan. d Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep. 168Pj2002 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Emas Perhiasan oleh Pengusaha Toko Emas Perhiasan. e Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79PMK.032010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha kena Pajak yang Melakukan Usaha Kegiatan Tertentu. f Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-63PJ2010 tentang penyampaian Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74PMK.032010 tentang Pedoman penghitungan Pengkreditan commit to user xlviii Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang Mempunyai Peredaran Usaha Tidak Melebihi Jumlah Tertentu.

2. Subjek dan Objek PPN

Seperti yang disebutkan B. Ilyas dan Richard 2004: 83, terdapat subjek dan beberapa objek Pajak Pertambahan Nilai yang menjadi dasar pemungutannya. Subjek dari Pajak Pertambahan Nilai adalah Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Adapun pengertian Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. Tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha kecil yang dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai batasannya didasarkan pada jumlah peredaran bruto usaha omzet dalam satu tahun dan diperkenankan untuk memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Apabila commit to user xlix sudah menjadi Pengusaha Kena Pajak, hak dan kewajibannya sama seperti Pengusaha Kena Pajak pada umumnya. Batasan Pengusaha Kecil sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 552KMK.042000 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 571KMK.032003 dan juga Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE.33Pj.512003 dengan pengaturan: · Pengusaha kecil adalah pengusaha yang menyerahkan Barang Kena Pajak danatau Jasa Kena Pajak dalam satu tahun buku memperoleh jumlah peredaran bruto danatau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 enam ratus juta rupiah. · Apabila sampai dengan suatu masa pajak dalam satu tahun buku jumlah peredaran bruto lebih dari Rp 600.000.000,00 maka pengusaha ini memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak, sehingga wajib melaporkan usahaya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir bulan berikutnya. Bila pengusaha tersebut tidak memenuhi kewajiban sesuai batas waktu yang ditetapkan, maka saat pengukuhannya yaitu awal bulan berikutnya setelah bulan batas waktu paling lambat. Dengan demikian apabila kewajiban pelaporan usahanya dilaksanakan tidak tepat waktu, maka saat pengukuhan adalah awal bulan berikutnya setelah akhir bulan seharusnya kewajiban pelaporan sudah dilakukan. commit to user l · Dalam hal pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak dilakukakn secara jabatan, maka saat pengukuhan tetap pada awal bulan berikutnya setelah batas waktu seharusnya kewajiban pelaporan usaha dilakukan. · Kewajiban untuk memungut, menyetorkan, dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang oleh Pengusaha sebagai Pengusaha Kecil dimulai sejak saat dikukuhkan sebagai Pengusaha kena Pajak. Objek Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas : a Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: · Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak · Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak tidak berwujud · Penyerahan dilakukan di daerah pabean · Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya. b Impor Barang Kena Pajak c Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha; penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: commit to user li · Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak · Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean · Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya d Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean e Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean f Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak g Kegiatan membangun sendiri yang tidak dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan h Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan.

3. Tarif PPN