BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minuman Energi
Minuman energi adalah minuman ringan non-alkohol yang dirancang untuk memberikan konsumen energi. Minuman energi lebih populer dari
sebelumnya dan tampaknya akan semakin besar setiap tahun. Minuman energi sering digunakan oleh para remaja, dewasa, dan populasi yang aktif secara fisik.
Minuman ini dipasarkan sebagai alternatif alami yang meningkatkan kinerja fisik dan kognitif seperti konsentrasi, perhatian, dan kewaspadaan Mubarak, 2012.
Bahan utama dalam kebanyakan minuman energi adalah kafein, yang dilengkapi dengan berbagai macam asam amino, vitamin B, dan suplemen herbal Babu,
dkk., 2008. Pada dasarnya setiap orang memerlukan suplai energi yang cukup untuk
dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Energi ini dapat diperoleh dari makanan atau suplemen. Suplemen mempunyai batasan istilah yaitu produk yang
digunakan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan. Beberapa suplemen makanan berperan dalam menyuplai energi dan menjadi salah satu alternatif
apabila dari konsumsi pangan tidak mencukupi. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya orang yang lebih suka mengambil cara cepat untuk memperoleh energi
dengan minuman energi energy drink. Bahkan, banyak yang mengkonsumsi minuman energi setiap hari karena beranggapan minuman energi sebagai sumber
tenaga tambahan yang siap untuk digunakan tubuh untuk melakukan aktivitas Putriastuti, dkk., 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Bahan Tambahan Pangan 2.2.1 Bahan pengawet
Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang
disebabkan oleh mikroorganisme BSN, 1995. Pemakaian bahan pengawet menguntungkan karena dengan bahan pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan
dari kehidupan mikroba, baik yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun mikrobial yang nonpatogen
yang dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan, misalnya pembusukan. Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan anorganik dalam bentuk asam dan
garamnya Cahyadi, 2008. Zat pengawet organik lebih banyak dipakai daripada yang anorganik
karena bahan ini lebih mudah larut. Bahan organik digunakan baik dalam bentuk asam maupun dalam bentuk garamnya. Zat kimia yang sering digunakan sebagai
bahan pengawet adalah asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat dan epoksida Cahyadi, 2008.
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hidrogen peroksida, nitrat dan nitrit. Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO
2
, garam Na atau K sulfit, bisulfit dan metabisulfit. Garam nitrat dan nitrit umumnya digunakan
pada proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan mikroba. Selain digunakan pada produk daging, nitrat dan nitrit juga
digunakan pada ikan dan keju Cahyadi, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Natrium Benzoat