Penetapan Kadar Natrium Benzoat dan Kafein dalam Sampel

perhitungan persamaan regresi dapat digunakan untuk penetapan kadar natrium benzoat dan kafein. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 56.

4.5 Penetapan Kadar Natrium Benzoat dan Kafein dalam Sampel

Pada penetapan kadar natrium benzoat dan kafein pada sampel dilakukan pemipetan larutan sampel dengan volume yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan setelah dilakukan orientasi dengan volume yang sama, hasil yang diperoleh diluar dari nilai kurva kalibrasi. Penetapan kadar natrium benzoat dan kafein dilakukan secara spektrofotometri ultraviolet. Natrium benzoat dalam sampel akan bereaksi dengan asam klorida membentuk asam benzoat dalam suasana asam. Dengan menggunakan dua panjang gelombang yaitu masing-masing 229 nm untuk asam benzoat dan 272 nm untuk kafein dilakukan perhitungan kadar untuk kedua senyawa secara persamaan regresi. Sampel diukur pada kedua panjang gelombang tersebut. Analisis kemudian dilanjutkan dengan perhitungan statistik dengan distribusi t pada tingkat kepercayaan 99 perhitungan statistik dapat dilihat pada Lampiran 18-23, halaman 78-98. Kandungan natrium benzoat dan kafein pada sampel minuman energi dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Kandungan Natrium Benzoat dan Kafein pada Minuman Energi No. Sampel Kadar Natrium Benzoat mgkg Jumlah kafein mgsajian 1 A 494,6513 ± 17,1173 48,7618 ± 0,5964 2 B 266,8128 ± 6,6828 46,6278 ± 0,3529 3 C 242,6389 ± 4,0538 45,5494 ± 1,1778 4 D 223,8319 ± 2,3345 47,9144 ± 0,6550 5 E 374,1924 ± 5,7813 45,9813 ± 1,4295 6 F 266,1196 ± 8,8433 47,9624 ± 0,8852 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 1, semua sampel minuman energi yang dianalisis mengandung natrium benzoat antara 223 - 494 mgkg, semua sampel minuman energi tersebut tidak mencantumkan jumlah natrium benzoat pada label namun hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan kadar natrium benzoat yang tercantum dalam SNI 01-0222-1995 tentang bahan tambahan pangan yaitu tidak lebih dari 600 mgkg. Dan semua sampel minuman energi tersebut juga mengandung kafein antara 45 - 48 mgsajian, hasil yang diperoleh berbeda dengan yang tertera pada label yaitu 50 mgsajian namun masih memenuhi persyaratan kandungan kafein dalam minuman energi yang tercantum dalam SNI 01-6684-2002 tentang minuman energi yaitu tidak lebih dari 50 mgsajian. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12-17, halaman 60-75. Kandungan kafein dan natrium benzoat dalam sampel minuman energi yang diperoleh pada panjang gelombang maksimum 229 nm dan 272 nm bukan merupakan kandungan natrium benzoat dan kafein yang sebenarnya tetapi merupakan kandungan total beserta bahan-bahan lain dalam sampel yang memberikan serapan pada panjang gelombang maksimum yang digunakan misalnya vitamin B5 λ maks = 200 nm, sakarin λ maks = 235 nm, vitamin B1 λ maks = 246 nm, nikotinamid λ maks = 261 nm, vitamin B2 λ maks = 267 nm, vitamin B12 λ maks = 278 nm dan vitamin B6 λ maks = 290 nm. Sedangkan bahan – bahan yang mempunyai panjang gelombang maksimum pada daerah visible 400 - 800 nm tidak mempengaruhi hasil penelitian. Panjang gelombang maksimum bahan-bahan yang terdapat dalam sampel minuman energi dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 44. Pada analisis sampel minuman energi yang mengandung berbagai bahan berbeda, peneliti telah salah memilih metode karena Universitas Sumatera Utara tidak mempertimbangkan bahan-bahan lain dalam sampel yang memberikan serapan pada panjang gelombang maksimum yang digunakan. Pada penelitian ini seharusnya menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT yang dapat memisahkan bahan - bahan dalam sampel. 4.6 Validasi Metode Analisis 4.6.1 Uji perolehan kembali